EmpatBelas |•| Ancaman

831 94 72
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

BRUMM brumm

Kenzie dengan mata elangnya, sesekali melihat ke arah spion motor. Sedari tadi ada seseorang yang mengikutinya dari belakang.

Pria berhidung mancung itu menambah kecepatan motornya. Tak peduli tikungan-tikungan tajam yang ia lewati. Sial! Motor itu terus mengejarnya.

Shit! Umpatnya dalam hati.

Karna kesal, Kenzie menepikan motornya. Ia turun sambil membuka helm full facenya dengan nafas memburu menahan emosi. Untunglah dia berhenti tepat di jalan yang sepi.

Motor yang dibelakangnya ikut berhenti. Ketika pria itu membuka helm full face sampai terlihat wajahnya, Kenzie berdecih sambil menatapnya sinis.

Orang itu adalah, Fahri Zain Raditha

Fahri turun dari motornya, berjalan mendekat dengan sangat angkuh. "Kenzie-- akhirnya kita ketemu lagi."

"Mau Lo apa?" tanya Kenzie tanpa basa-basi.

"Simpel, jauhin Graziell."

Kenzie mengalihkan pandangannya ke arah lain sambil tertawa kosong. "Lagi?" tanya pria itu menaikkan sebelah alisnya.

"Lo pasti tau, konsekuensinya apa." jawab Fahri.

"Kali ini, gue gaakan ngikutin kemauan Lo!" ucapnya dingin, jangan lupakan tatapan mengerikannya itu.

"Oh, wow! Why? Apa karna ini Graziell, bukan Elvira?"

Setenang mungkin, Kenzie menjawab. "Lo gak bosen, terus-terusan jadiin cewek sebagai ancaman? Banci."

Bugh!

Wajah tampan Kenzie tak bisa menghindar. Ketika Fahri melayangkan satu tonjokannya. Sedikit nyeri, tapi bagi Kenzie, itu belum ada apa-apanya.

"Hahaha. Mau berapa sayatan, ditubuh mulus Graziell?"

Kenzie yang mendengar itu, mengepalkan tangannya kuat. Rahangnya mengeras, bunyi gertakan antara giginya yang rapih itu terdengar jelas.

Bugh! Bugh!

Tonjokan demi tonjokan lolos diwajah Fahri tanpa ampun. Pria itu tertawa sinis sambil mengelap darah dari sudut bibir dengan menggunakan punggung tangannya.

"Gue, gaakan biarin itu terjadi!" ucap Kenzie.

"Pinter juga, Lo mancing emosi gue."

Dengan amarah yang membara, Fahri menarik kerah jaket jeans Kenzie lalu ia layangkan satu Bogeman tepat di wajah Kenzie. belum puas membuat tanda biru dipipi Kenzie, Fahri menendang perutnya membuat Kenzie tersungkur di tanah, dengan mulut yang mengeluarkan darah.

"Inget, ini peringatan pertama."

Urat-urat ditangan Kenzie terlihat jelas. Dengan buku-buku jari yang terlihat putih. Ia bangkit, dan kembali menyerang Fahri seperti kesetanan.

KENZIELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang