Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
.
. .
SETELAH hampir 15 menit menempuh perjalanan, Kenzie dan Ziell sampai di butik yang pemiliknya tak lain adalah mamahnya sendiri. Ya, Felisa selama ini menghidupi keluarganya dari butik ini.
"Turun"
Ziell hanya diam, bukannya tidak mau turun, tapi dia bingung. Karna roknya terlalu sempit.
"Lo budeg!?"
"Budeg budeg, ini susah loh turunnya!"
Setelah melepaskan helm full face-nya, Kenzie turun, tanpa aba-aba pria itu menggendong Ziell ala bridal style dan langsung melepaskan tubuh gadis itu.
Beruntunglah tangan gadis itu masih melingkar dileher Kenzie. Kalau tidak, mungkin pantatnya sudah mencium tanah.
Ternyata tidak sampai disitu, Kenzie dengan sengaja menghempaskan tangan Ziell dari pundaknya. Membuat tubuh gadis itu kehilangan keseimbangan dan.
Brukk..
"AW!" pekik Ziell seraya mengusap pinggangnya. Sedangkan Laki-Laki itu berjalan menjauh lalu hilang dibalik tembok tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Cowok gila!" umpatnya.
....
"Loh Ziellnya mana Ken?" tanya Bram.
"Ilang kali" jawab Kenzie enteng sambil menghempaskan tubuhnya di sofa.
Tak lama semua mata yang ada di ruangan itu tertuju pada suara hentakan kaki yang semakin mendekat.
"Nahh ini Ziell, kok ngga bareng sama Kenzie?" tanya Bram.
"Tadi bareng kok om, cuma Ziell jalannya lama" jawab gadis itu dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
Felisa baru saja keluar dari ruang ganti. Kebaya putih dengan ujung menjuntai ke lantai sangat pas ditubuhnya.
"Ini beneran mamah? Aku sampe pangling loh" seru Ziell yang langsung disetujui oleh Bram. Sedangkan Kenzie masih asik dengan ponselnya.
"Kamu cocok banget sama kebaya yang itu Fel" ucap Bram.
"Beneran mas?"
"Iya serius"
"Yauda deh aku ambil kebaya yang ini aja"
"Ziell, coba kamu ganti sama gaun yang udah Mamah pilih" lanjut Felisa. Ziell hanya mengangguk lalu berjalan ke arah ruang ganti.
