Dua |•| Minimarket

1.8K 218 303
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

SEPERTI hari-hari sebelumnya, setelah kelasnya selesai, Kenzie tidak langsung pulang. Ia biasanya nongkrong di cafe bersama dua sahabatnya yaitu Ervan dan Gibran.

Dia sedikit tertawa geli ketika teringat kejadian tadi sore, seolah tak menyangka dirinya bisa melontarkan gombalan. Semua ini gara-gara game konyol itu. Huh menyebalkan!

Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, Kenzie berniat untuk pulang ke rumahnya. Tapi setelah melihat ada sebuah minimarket, ia pun mengarahkan sen motornya ke kanan dan berhenti tepat di minimarket tersebut, karna merasa tenggorokannya kering.

Ia berjalan ke arah minuman bersoda, namun tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya dari belakang. Badan Kenzie terhuyung ke depan tapi untungnya tidak jatuh.

Kenzie pun menoleh ke arah orang yang menabraknya, seraya mengusap pinggangnya yang sedikit terasa nyeri.

Matanya jatuh pada gadis dengan lesung pipi yang sedang menunduk "Maaf-- Ziell ngga sengaja.." ucapnya.

Tapi setelah ia mendongakkan kepala, sungguh terkejutnya dia. Melihat pria tampan yang ia temui di cafe sore tadi. Dan secara refleks, snack-snack yang ada ditangannya terlempar begitu saja mengenai wajah pria yang kini sedang menatapnya sinis.

Ziell menaikkan kedua alisnya, sambil menutup mulut yang menganga shock. "Ma--maaf Ziell Eunghh-- ngga sengaja" ucapnya ketakutan.

Kenzie hanya menatapnya dengan tatapan menusuk. Kemudian setelah itu, ia berlalu begitu saja ke arah rak yang berisi minuman, tanpa menghiraukan gadis yang sedang menatapnya heran. Tak sampai disitu, gadis dengan rambut yang dikuncir asal itu perlahan berjalan menghampiri Kenzie setelah memungut semua Snack yang jatuh ke lantai.

"Ziell beneran ngga sengaja kok, maaf ya"

"Mas-nya ngga marah kan? Ziell minta maaf"

"Ada yang sakit ngga?"

"Kalo ada yang sakit Ziel--"

Kenzie memejamkan matanya frustasi, kenapa gadis ini cerewet sekali. Ia menoleh ke arah Ziell, tatapannya semakin tajam membuat gadis itu terus mengucapkan doa dalam hati, meminta diberi keselamatan.

"Bisa diem gak?!" ucapnya singkat tapi menusuk membuat Ziell tersentak kaget.

"Eum Ziell obatin maksudnya" balas gadis itu melanjutkan perkataannya yang sempat terpotong sambil memanyunkan bibirnya.

Dan lagi-lagi Kenzie berlalu begitu saja. Berjalan ke arah kasir, bermaksud membayar satu kaleng minuman yang sudah ia teguk.

Kemudian Kenzie keluar dari minimarket itu, dan naik ke atas jok motor satria berwarna hitam. Setelah memakai helm full face, ia siap melajukan motornya.

Sebelum pergi, Kenzie melihat ke arah gadis yang kini dimeja kasir sedang membayar belanjaannya. Ketika gadis bernama Graziell itu melihat ke arahnya, Kenzie langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Kemudian langsung melajukan motornya tak mau berlama-lama.

.

|•| |•| |•|

.

Setelah memarkirkan motornya di garasi, Kenzie membuka pintu rumahnya yang tergolong mewah. Masih sama seperti hari-hari kemarin, di rumahnya pasti sepi, sunyi, seperti tak berpenghuni.

Lagi-lagi Kenzie menghela nafas gusar sambil menatap langit-langit rumahnya. Kapan rumah ini akan terlihat hidup? Pikirnya.

"Ehh Den Kenzie udah pulang?" tanya bi Tuti yang tak lain adalah asisten rumah tangga yang ada dirumahnya.

Kenzie tersenyum tulus, seolah menjadi kebiasaan setelah pulang dari kampus, pasti ia disambut oleh bibinya yang sudah dia anggap seperti ibu sendiri. "Iya bi" jawabnya.

"Mau bibi buatin makanan? Atau minuman?"

"Boleh"

"Siap Denn, mau makan apa? Nanti bibi siapin"

"Nasi goreng aja"

"Okeyy siap" jawab bi Tuti sambil tangannya membentuk gerakan hormat. Kenzie terkekeh melihatnya.

Bi Tuti sudah 11 tahun kerja dirumahnya. Dan ia juga hapal betul kalau Kenzie sebenarnya adalah anak yang baik dan ramah. Namun terlihat cuek saja.

.....

Kenzie menuruni tangga dengan gontai. Setelah ia mandi dan mengganti bajunya dengan yang lebih santai, pria itu duduk dimeja makan menunggu bi Tuti yang sedang menyiapkannya makanan.

Bi Tuti datang dengan membawa sepiring nasi goreng beserta air putih yang baru saja ia keluarkan dari kulkas. Lalu meletakkannya dimeja.

"Papah belum pulang?"

"Tuan belum pulang Den, sepertinya lembur" jawab bi Tuti yang dijawab oleh anggukan. Setelah itu bi Tuti pamit untuk ke kamarnya.

Kenzie menatap nasi goreng itu dengan tatapan nanar. Lagi-lagi ia makan malam sendirian. Lalu setelah menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan pikiran-pikiran buruk yang selalu menghantuinya, ia mulai memakan nasi goreng itu dengan lahap. Karna memang tidak bisa dipungkiri, masakan bi Tuti itu enak.

Setelah menghabiskan makanannya, Kenzie kembali ke kamar. Dia membuka sebuah buku tebal yang berisi tentang penjelasan-penjelasan medis yang terbilang cukup rumit. Lalu mulai membacanya.

Namun entah kenapa, pikirannya terus terganggu dan sulit untuk berkonsentrasi. Gadis berlesung Pipit itu selalu masuk tanpa permisi ke dalam pikirannya. Membuat kenzie sesekali memijit pelipisnya yang terasa pening.

"Graziell Arabelle Jovanka" gumamnya.

Nama itu memang indah, seindah wajahnya. Tidak tidak! apa ini? Semua itu tidak benar. Wajahnya juga biasa saja, gerutu Kenzie dalam hati.

Kenzie menutup buku itu dengan kasar, berusaha menghentikan semua pikirannya yang sudah berkeliaran entah kemana.

"Inget Ken, cewek itu cuma sumber dari masalah" batinnya.

Note! : Menyendiri bukan berarti tak punya teman, dan yang punya teman bukan berarti tak kesepian. -Dn

.
.

To be continue.

Guys, untuk sementara "kenziell" up setiap hari Sabtu jam 18.30.. aku masih nabung chapter, jadi nanti akan ada perubahan jadwal entah itu seminggu 2 kali, atau 3 kali hehe
Salam manis dari aku❤️
See you dichapter selanjutnya!

12 September 2020

Love, dinn

KENZIELLWhere stories live. Discover now