Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
. . .
Sudah tekan bintangnya?😗😬
GRAZIELL memandang papan tulis dengan tatapan kosong. Hari ini konsentrasinya benar-benar terbagi. Semenjak pulang dari rumah Alena, ia terjaga sampai pagi.
"Graziell,"
"Graziell Arabelle Jovanka!"
Gadis itu tersentak, saat ada suara yang menginterupsi.
"Iya, pak?"
"Jangan melamun, perhatikan pelajaran saya!"
"Baik, pak."
Graziell menoleh ke samping kanannya, kursi yang menjadi tempat Alena duduk, hari ini kosong. Gadis itu tidak sekolah, karna masih berurusan dengan pihak berwajib. Juga sore nanti akan mengantarkan kekasihnya pada pengistirahatan terakhir.
Semalam Alena menangis. Polisi mengatakan, jika bukti-bukti kematian Fikri mengarah padanya, itu artinya Alena lah yang akan ditetapkan sebagai pelaku.
Graziell menggelengkan kepalanya pelan. Menghilangkan segala pikiran buruk yang muncul. Alena akan baik-baik saja, ia yakin itu. Graziell menghela nafas panjang, pelajaran Bahasa Indonesia dilanjutkan.
.....
"Ziell, mau ikut ke kantin?" ajak Theresia yang duduk didepan Graziell.
"Gue mu ke perpus, balikin buku."
"Mau gue temenin?" Feranisa, yang duduk disamping Theresia bertanya.
"Gue sendiri aja." Jawab graziell tersenyum hangat.
¢•¢•¢
Setelah mengembalikan buku yang ia pinjam Minggu lalu, Graziell memilih buku untuk ia pinjam lagi. Setelah menemukan buku yang ia maksud, Graziell membalikkan badannya. Hendak ke meja Bu Susi, wanita berumur 20 puluh tahunan yang menjadi pengawas perpustakaan.
"Dor!"
"Astagfirullah!"
"Hai!!" Elvira tiba-tiba muncul di depan Ziell. Menampilkan cengiran lebarnya.
Oh my God! Sekarang Graziell harus bersikap bagaimana? Semenjak kejadian di toko buku tempo hari, sebisa mungkin ia terus menghindari Elvira.
"El, kok disini?"
"Kelas aku kan di sebelah perpus. Tadi ngga sengaja liat Kamu, jadi ke sini deh."
Bodoh! Bagaimana mana bisa, Graziell yang sudah berhari-hari menghindari Elvira, tapi ternyata hari ini dialah yang menghampirinya, seperti bunuh diri.
