10

22K 1.3K 26
                                    

Matanya menatap horor kearah sahabatnya, "Jean, ini serius?!"

Yang ditanya hanya menatap balik dengan raut bingungnya. "Lo tau arti saldo, 'kan?" Jean mengangguk tahu.

Jean mulai melihat apa yang tertera diatas layar ponsel Beby, tak lama matanya juga melotot kaget kearah Beby.

"Lima belas milyar," gumam mereka berdua.

Jean mencoba menormalkan kekagetannya. Kemudian menjelaskan bagaimana dirinya bisa mendapat kartu itu pada Beby.

Tapi, Jean tak menceritakan jika dirinya bukan Anak kandung mendiang kedua orangtuanya.

Bel masuk berdering kencang, pertanda jam istirahat telah usai. Sepasang sahabat itu beranjak dari tempatnya dan mulai melangkahkan kaki menuju kelasnya berada.

Dipertengahan jalan, Jean teringat sesuatu. Dia berhenti, membuat seseorang di sebelahnya juga ikut berhenti.

"Kenapa Je?"

Jean masih mengecek barang bawaan yang ia bawa saat istirahat tadi. Lalu teringat akan sesuatu, ia menepuk jidatnya pelan.

"Aduh aku lupa, handphone 'ku ketinggalan By," ucapnya sambil menunjukkan deretan giginya pada Beby.

Beby menggeleng mengejek, "Dasar pelupa. Ya udah cepetan, gue tunggu sini."

"Kamu ke kelas aja, aku sekalian mau ke toilet nanti."

Beby mengangguk dan berjalan meninggalkan Jean yang kini mulai berbalik dan berjalan menuju mushola.

"Huft ... untung masih ada," ujarnya seraya mengangkat handphonennya yang tergeletak di atas teras mushola.

Saat ingin berbalik, Jean mendengar sesuatu. Seperti ... suara orang sedang mengorok. Lalu matanya menatap sekeliling dan tak menemukan apa-apa. Jean mengendikkan bahunya acuh, lalu membalikkan badannya.

Tak berselang lama, pendengarannya mendengar suara itu lagi. Asalnya bukan dari mushola. Tepatnya taman belakang sekolah yang berada dibelakang tempat wudhu laki-laki.

Jean penasaran dan mulai melangkah mendekat ke arah suara itu.

Matanya melihat seorang siswa laki-laki yang sedang tertidur dengan posisi miring, tangan kanannya dijadikan bantalan kepala dan tangan kirinya menutup sebagian wajahnya.

Jean menautkan alisnya heran. Bel berdering tadi cukup kencang. Kenapa siswa ini tidak beranjak? Atau bahkan bangun dari tidurnya? Dan bahkan suara ngoroknya saja terdengar kencang.

Karna Jean berbaik hati, Jean mulai menggoyangnya kaki panjang itu dengan pelan.

"Hei ... hei ... bangun." Namun sama sekali tak mendapat respon dari sang empu.

Tak kehabisan akal, kini jari-jari tangannya mulai menoel-noel pinggang siswa itu.

Dan, YAP!

Siswa itu bergerak kekanan dan kekiri untuk menghindari rangsangan pada pinggangnya.

Merasa tidur siangnya terganggu, dia membuka matanya perlahan dan mengusap kasar wajahnya.

Jean sempat terpaku melihat wajah siswa itu. Sungguh manis sekali.

"Siapa, sih, ganggu tidur gue!" bentaknya tak terima sambil mengucek kedua matanya.

Jean tersadar saat menerima bentakan itu, "Oh ... kamu ... itu ..." Jean merutuki ketakutannya yang membuatnya menjadi gugup.

Dia mengerjapkan matanya saat melihat siapa yang ada didepannya adalah siswi yang waktu itu mengawasi dirinya saat dihukum Bu Diah.

Lalu matanya menangkap raut takut dari siswi didepannya membuatnya sedikit merasa bersalah, "So–sorry, gue nggak tau." Jean mengangguk dan tersenyum kikuk.

"Kenapa lo bangunin gue?" lanjutnya.

Jean sedikit gelagapan, "It–itu, ini udah masuk jam pelajaran, kamu nggak masuk kelas?"

"Yah elah, gue kira apaan. Gak ah males, lo aja sana yang masuk kelas. Lo, kan, Anak rajin," ucapnya seraya terkekeh mengejek.

Jean mengembungkan pipinya kesal. Tahu jika begini, dirinya tak akan mau membantu siswa menyebalkan ini.

Tak mengatakan sepatah kata pun, Jean berbalik dan melangkahkan kakinya menuju toilet perempuan. Meninggalkan siswa itu yang melongo dibuatnya

"Lah, tuh cewek gitu amat." Lalu mulai membaringkan tubuhnya diatas kursi taman dan melanjutkan aksi tidur siangnya.

Lucu ... batinnya seraya tersenyum tipis sesaat sebelum menutup matanya.

***
TBC

Imut lucu walau tak terlalu tinggi -Aku✨

JEANWhere stories live. Discover now