17

19.5K 1.4K 16
                                    

Smith dan Bian mengalihkan pandangan mereka pada seorang gadis berpakaian seragam sekolah berjalan menuju tempat mereka berdua singgah.

***

Jean menatap bingung kedua pria yang ada di depan kostnya, apalagi ada Ibu kostnya juga.

Ada apa ini? Mau mengusirnya?

"Permisi," sapanya dengan sopan.

Bu Utami memandang sinis gadis itu. "Ini Pak, Anak yang tinggal di sini," jelasnya dengan nada sinis.

Smith masih diam memandangi wajah gadis itu. Hingga dimana ia menemukan kemiripan wajah itu dengan wajahnya saat masih kecil. Meskipun dalam bentuk wajah perempuan.

Smith mendekat dengan mata yang mulai berair di pelupuk matanya.

Jean yang melihat salah satu pria itu mendekat pun mulai memundurkan tubuhnya secara perlahan. Dia sangat takut kejadian kemarin terulang lagi. Tetapi setelah melihat wajah pria itu yang berlinang air mata membuatnya turut bersedih. Ada apa dengannya?

Merasa gadis itu memundurkan tubuhnya, Smith angkat bicara, "Sayang."

Jean menatap bingung pada pria didepannya. Apa katanya? Sayang? What?!

"Kenapa, Pak?" Dengan nada sedikit ragu Jean bertanya. Pria itu yang langsung menghambur memeluk dirinya.

Jean kaget, sungguh! Tapi, yang ia rasakan sekarang adalah rasa nyaman. Tak seperti Bapaknya yang dulu selalu memeluknya. Ini jauh berbeda.

Smith merasakan rasa rindu yang berat dengan gadis ini. Bahkan air matanya sudah menetes deras.

Entah bagaimana, kedua tangannya terangkat untuk membalas pelukan pria itu. Ini sungguh nyaman.

Setelah sadar dengan apa yang ia lakukan, Jean mendorong dada pria itu dan menyebabkan pelukan mereka terlepas.

Smith mendesah kecewa pada gadis itu, "Apa kamu tak ingin memeluk Daddy, Sayang?" Jean melotot kaget, Daddy?! Hah?! Sadarkan dia untuk tak terlalu berhalu pada pria di depannya ini adalah Ayah kandungnya!

"Hah?" jawab Jean dengan linglung.

Smith tersadar, mungkin gadis itu masih bingung. Lalu menoleh ke belakang menatap Bian. Bian pun mengangguk setelah mendapatkan kode dari Smith.

Bian maju dan mensejajarkan tubuhnya dengan Smith. "Bisakah kita bicara di dalam rumah 'mu saja?"

Jean mengangguk ragu, lalu melangkah membuka pintu kostnya.

Smith dan Bian mengekor di belakangnya. Jangan lupakan Bu Utami yang ikut masuk ke dalam. Ibu kost Jean itu sangat lah kepo! Ada apa sebenarnya?

***

Mereka berempat duduk saling berhadapan. Jean juga menyediakan dua gelas berisi air minum untuk kedua pria di depannya.

Agaknya Jean sedikit sungkan pada Ibu kost yang berada di sebelahnya, mungkin dia juga ingin dijamu tapi apa boleh buat? Jean cuma memiliki dua gelas saja.

Smith menatap sekeliling tempat ini. Di sini lebih sesak daripada di jalan sempit gang ini. Panas juga.

Melihat Smith yang belum angkat bicara, Bian pun berdehem untuk memulai, "Jadi kedatangan kami berdua ke sini untuk menjemput 'mu."

Jean menatap bingung pada pria yang barusan membuka suara. "Menjemput 'ku? Memang ada apa?"

"Kau adalah Anak dari Mr. Dan Mrs. Smith, satu-satunya Cucu perempuan di keluarga Frankiston." Jean kaget mendengarnya, matanya melotot dan mulutnya terbuka. Apa katanya? Frankiston? YANG BENAR SAJA?!

"Bagaimana bisa?!" Suaranya meninggi akibat keterkejutannya itu.

Smith menatap gadis itu sendu. Ingin rasanya menyebut nama Anak gadisnya, namun sampai sekarang dia belum mengetahui nama dari Anaknya itu. Lidahnya sungguh kelu setiap ingin menanyakan namanya.

Bian membuka tas yang ia tenteng sedari awal, kemudian menyerahkan beberapa berkas pada Jean.

Jean menerimanya dan membuka berkas-berkas itu. Matanya melotot pada apa yang ia baca. Akte kelahirannya?! Darimana pria itu mendapat Aktenya?! Bahkan Jean pun tak pernah melihat Akte kelahirannya sendiri.

Menatap tak percaya pada mereka berdua, lalu menunduk kembali melihat nama didalam akte itu belum terisi satu huruf pun disana.

"Ini memang akte 'ku, tapi kenapa namaku tidak ada? Kalian pembohong?" Jean tahu itu, karena tanggal yang tercantum adalah tanggal kelahirannya.

Smith menghela nafas lega, berarti memang gadis itu adalah putrinya.

"Kamu memang Anak Daddy," ucap Smith dengan mantap.

Jean menggeleng, "Jean, kan, Anak Ibu dan Bapak."

Smith akhirnya mengetahui nama dari Anaknya itu, Jean. Mirip sekali dengan nama kembarannya, meskipun hanya berbeda pengucapan.

"Jean?" tanya Smith yang ingin tahu nama panjangnya.

Jean menepuk pelan keningnya. "Ah aku lupa, nama 'ku Jeana," jelasnya sambil tersenyum kikuk.

"Hm ... Jeana, nama yang persis seperti kembaran 'mu." Lagi, Jean kembali dibuat terkejut.

Apa tadi? Kembaran? Jadi selama ini dia memiliki kembaran?!

"Pak, jangan ngada-ngada ya." Jean masih berusaha mengelak. "Punten Pak, perasaan Nak Jean tinggal di sini seorang diri." Kali ini Smith dan Bian yang dibuat terkejut. Tinggal sendiri?!

Jean menangkap raut terkejut kedua pria itu lalu mengembuskan nafasnya kasar. "Iya, soalnya Ibu dan Bapak udah meninggal beberapa bulan yang lalu." Matanya menatap kosong kedua pria di hadapannya.

Smith memberi kode pada Bian agar wanita di samping Anaknya itu untuk pergi dari hadapan mereka.

Bian mengangguk dan mulai mengusir Bu Utami secara halus.

***
TBC

JEANTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon