28

18.1K 1.2K 14
                                    

Malam ini, Jovan tidak menggunakan kuda besi hitamnya. Melainkan memakai mobil, sebab dia tak ingin Jean kedinginan.

Kedai Cold.

Tempat itu membuat Jean takjub melihatnya, di mana di depan pintunya bisa terbuka lebar secara otomatis jika ada yang masuk atau keluar kedai. Dan di dalamnya banyak pernak- pernik berbau es cream beserta lampu warna-warni yang menghiasi. Jangan lupakan suasana dingin yang membuat seisi dalam kedai itu menjadi dingin. Seperti namanya, dingin.

Jovan mendudukkan tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan Jean. Mereka berdua hanyut dengan sepi tanpa mau membuka suara. Bukannya tak mau, tetapi Jean sedikit gugup berada di dekat kembarannya itu.

Pelayan kedai pun datang dan membawakan pesanan milik mereka.

Jean menatap bahagia kearah es cream oreo. Lalu matanya menatap Jovan. "Wah ... kamu ngajak aku ke sini buat beli ini, Jo," ungkapnya senang.

Jovan tersenyum tipis melihatnya. "Makan yang banyak, sorry kalau kemarin nggak bagi-bagi."

Mendengar itu Jean menghentikan aktifitas menjilat es cream ke dalam mulutnya. Matanya menatap Jovan sungkan. "Aduh, ketahuan yah," Sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.

Jovan terkekeh mendengarnya. Lagi dan lagi, Jean membuatnya ingin menikmati wajah gadis itu hari ini.

Jean sedikit kaget mendengar kekehan Jovan. Selama ini, Jovan sangatl ah dingin dengannya. Bercanda pun tak pernah. Dan sekarang? Sungguh, itu membuat hatinya berdesir bahagia.

"Jovan nggak ikut mesen?" Matanya mulai sadar ketika melihat Jovan yang tak ikut memakan es cream oreo itu.

Jovan menggeleng, "Udah."

Jean menautkan kedua alisnya bingung. Di meja memang ada dua es cream oreo, tetapi ia sama sekali belum melihat lelaki itu memakan es cream oreo di meja mereka.

"Kapan?" tanya Jean.

"Kemaren."

Jean melongo dibuatnya. Jovan tertawa melihat ekspresi lucu yang ditunjukkan Jean.

Beberapa saat, Jean termenung mendengar tawa riang itu. Jean tersenyum tipis.

"Kok Jovan ketawa, sih? Ada yang lucu?"

Jovan menghentikan tawanya dan menggeleng kecil. "Nggak, udah lo habisin. Jangan sampe malem, ntar gue bisa abis sama Kak Gama."

Tadi, sebelum menawari Jean untuk keluar rumah, Jovan meminta izin. Daddynya mengizinkan, dan juga menyuruhnya meminta izin kepada Gama. Namun tak ia lakukan.

Males. Pasti tidak boleh.

Jean menurut dan melahap habis kedua es cream oreo yang ada dihadapannya.

Diam-diam, Jovan memfoto Jean yang sedang memakan es cream itu. Pasti, tanpa diketahui Jean.

***

Setelah mengucapkan salam perpisahan dengan Tomi, Jean melangkah memasuki pekarangan sekolah.

Di pertigaan koridor sekolah, dengan tiba-tiba tubuhnya terhuyung ke belakang. Jean bersyukur karena ada yang menangkapnya dari belakang, membuatnya tak jadi terjatuh.

Setelah sadar, Jean melihat ke belakang dan menemukan Jovan yang menatap tajam ke depan. Bukan, bukan ke arahnya. Namun kearah siswi yang terduduk di atas lantai koridor.

Jean menghampiri siswi itu untuk meminta maaf. Belum sampai tangannya menggapai siswi itu, Jovan menahan tangannya.

Jovan menggeleng dan tanpa sadar menatap Jean dengan tajam.

Siswi itu berdiri dan membersihkan rok bagian belakangnya. Matanya menatap kedua siswa dan siswi yang berada di depannya.

"So–sorry," ucapnya penuh rasa bersalah karena tak sengaja menabrak seseorang yang entah siswa atau siswi yang berada di depannya.

Jean sedikit kaget setelah mendengar suara siswi itu, kepalanya terangkat untuk melihatnya.

"JEAN?!"

"BEBY?!" pekik mereka bersamaan.

Mereka berdua pun berpelukan menyalurkan rindu. Jean tak menyangka jika bertemu dengan sahabatnya di sekolah barunya itu. Sungguh ia bahagia. Karena selama ini ia belum bisa mengabari Beby.

Pelukan mereka terlepas, bukan, bukan mereka yang melepasnya. Akan tetapi, karena seorang siswa yang tak lain adalah Jovan. Lelaki itu menatap tajam Beby, membuat sang empu sedikit takut karenanya.

"Ehm ... Jovan, dia sahabat aku pas ada di Bandung. Kita tadi nggak sengaja ketabrak kok," ungkap Jean.

Atensinya beralih ke Jean lalu menaikkan satu alisnya ke atas untuk memastikan. Jean pun mengangguk yakin dan dijawab anggukkan juga oleh Jovan. Setelah itu, Jovan melenggang pergi menuju kelasnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Beby mengembuskan nafasnya lega. "Jean," kagetnya sambil memeluk kembali tubuh sahabatnya itu.

***
TBC

Jean

Beby

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Beby

Beby

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
JEANWo Geschichten leben. Entdecke jetzt