15

20.3K 1.3K 10
                                    

Tak bisa dipungkiri, angin malam membuatnya kedinginan dan juga pusing. Mungkin salah satu faktornya adalah ia tak memakai helm.

Ingin rasanya Jean mual saja. Akan tetapi, dia ingat di mana dia sekarang.

Sedari tadi, Romeo memperhatikan wajah gadis itu lewat kaca spion. Romeo tahu jika gadis itu kedinginan dan bahkan mau mual. Tapi Romeo tak ingin berhenti, ia sudah cukup lelah untuk beristirahat sejenak. Apalagi ditambah letak rumah Jean yang sangat jauh dari bengkel tempatnya bekerja, bahkan rumahnya pun sudah terlewati.

"Ini masih lama?" Sedikit berteriak takut-takut gadis yang duduk di jok motornya tak mendengarnya.

Jean membuka matanya, "Sebentar lagi."

"Lo sabaran dikit ya." Jean mengangguk sebagai jawaban. Sejujurnya, mulutnya terasa kelu. Tapi harus ia tahan karna sebentar lagi juga sampai di gang rumahnya.

"Itu tuh gang yang depannya ada tempat sampah gede," ucapnya sambil menunjuk di mana gang rumahnya berada dan Romeo hanya mengangguk sebagai jawaban.

Turun dari motor, Jean cepat-cepat menuju tempat sampah yang besar di samping gang. Romeo yang mendengar suara muntahan pun langsung menoleh ke sumber suara.

Dilihatnya Jean yang membungkuk didepan tempat sampah itu dan mengeluarkan semua isi perutnya, sedikit merasa kasihan pada Jean yang membuatnya seperti itu.

Romeo turun dari motornya dan membuka helmnya. Lalu menghampiri Jean dan membantu mengurut tengkuk kepalanya.

"Hah ..." Membuang nafas lega sembari mengusap keningnya yang sedikit berkeringat.

"Makasih ya." Romeo mengangguk.

"Ya udah gue balik dulu," pamitnya. Kemudian berjalan menuju motornya dan menyalakannya.

"Iya hati-hati," serunya sambil melambai kearah Romeo yang kini sudah berbalik menjauhi tempatnya berada.

Jean masuk kedalam kostnya. Satu kata untuknya. Lelah.

Setelah masuk dan mengunci pintu kostnya, Jean membersihkan diri dan meminum segelas air.

Cepat-cepat ia menata buku untuk pelajaran esok hari, lalu merebahkan tubuh lelahnya di atas kasur kapuk.

Sejujurnya, meskipun ia merebahkan dirinya di atas kasur kapuk ini. Tubuhnya malah menjadi sedikit lebih sakit. Tapi apa boleh buat, Jean juga tak punya pilihan. Dan akhirnya ia memilih untuk tidur.

***

Hari ini hari Rabu, di mana Jean akan mentraktir Beby seperti janjinya kemarin lusa dengan uang yang ada di credit card miliknya.

Kini mereka berdua bersenandung ria menuju kantin sekolah. Ya, meskipun banyak pasang mata yang memandangnya tak suka, Jean mencoba untuk mengacuhkannya.

Dukk

"Awh ..." ringisnya bersamaan dengan tubuhnya yang terjatuh ke bawah.

Beby terkejut melihat sahabatnya terjatuh, lalu menatap garang ke arah Reni. Sedangkan sang tersangka hanya pura-pura terkejut sambil menutup mulutnya yang melongo.

"Ups, nggak sengaja," ejeknya dan tertawa bersama teman-temannya yang lain.

"MAKSUD LO APA?!"

"Gue, kan, udah bilang nggak sengaja."

Beby sangat gemas melihat tingkah Reni, lalu balik mendorong kedua bahu gadis itu. Reni pun terjungkal.

"Ups, nggak sengaja," celetuknya dengan menunjukkan raut tak berdosa.

Beby menghampiri Jean dan membantunya berdiri. Jean melihat kulitnya yang tersobek dan mengeluarkan darah membuatnya meringis sekali lagi.

"Ke UKS aja." Jean mengangguk dan berjalan meninggalkan Reni dan teman-temannya di belakang. Jean dan Beby mengacuhkan sumpah serapah yang keluar dari mulut Reni.

***

"WHAT?!" Matanya melotot kaget dengan mulutnya terbuka lebar setelah membaca apa yang terpampang dilayar handphonenya.

Jean dibuat kaget olehnya, lalu tangannya mendorong dagu Beby untuk menutup mulutnya yang terbuka.

Beby tersadar dan menggaruk rambutnya yang tak gatal. Sedangkan Jean menghela nafas sabar. Kali ini apa yang membuat sahabatnya itu terkaget sampai mengagetkannya juga?

"Nih, lo liat artikel ini," ujarnya sambil menyodorkan handphonenya.

Keluarga Frankiston, Anak pertama (Smith Elgar Frankiston) memutuskan pindah ke Indonesia hari ini. Alasan dari kepindahan tersebut karena ingin mencari suasana baru.

- dilansir dari media Berlin, Jerman

Keluarga Frankiston? Siapa?

Jean mengembalikan handphone itu dan menatap bingung sahabatnya. "Emang kenapa kalau mereka pindah? Kan, di situ udah ada alasan kenapa mereka pindah."

"Aduh Jean ... gue tahu kalau itu, tapi yang mau mereka pindahi itu negara kita. Sumpah gue nggak sabar banget kalau paparazi keluarga mereka nyebar di jagat raya ini." Jean menautkan kedua alisnya heran, "Kenapa, sih?"

"Lo tau keluarga Frankiston nggak?" Jean menggeleng sebagai jawaban.

Beby yang gemas dengan Jean pun menarik kedua pipi chubby itu, membuat sang korban meringis kesakitan.

"Apa, sih, Beby. Sakit tahu," protesnya sambil mengelus pelan kedua pipinya yang memerah dan panas akibat ulah Beby. Sedangkan tersangka tertawa melihat keadaan sahabatnya yang mengenaskan.

***
TBC

JEANWhere stories live. Discover now