34

17.9K 1.2K 49
                                    

Jean

Cepat membaik untuk Jean❤️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cepat membaik untuk Jean❤️


***

Jean menangis di atas gundukan tanah yang masih basah itu.

Setelah dirinya sedikit membaik, Smith dan Gama memperbolehkannya untuk berkunjung ke makam sang Bunda.

Dan di sini lah dia; memeluk erat batu nisan bertuliskan nama Kira dengan air mata yang semakin deras membanjiri kedua pipinya. Sedangkan yang lain hanya menunduk tak kuasa melihat kesedihan Jean.

Smith memeluk erat tubuh yang masih bergetar itu agar Jean selalu kuat dan ikhlas menerima semua ini.

Rintik-rintik hujan mulai turun. Mereka semua membuka payung yang mereka bawa.

Dari gerimis hingga menjadi deras. Smith menarik Jean agar dia berdiri.

"Nggak mau! Aku mau sama Bunda, Dad! Bunda kasian kehujanan!" jeritnya.

"Nanti Daddy kasih payung di atas makamnya Bunda, tapi sekarang kita neduh dulu yah." Jean menggeleng. "Bunda kesepian Dad ...," raungnya sekali lagi.

Gama yang semakin tak tega pun berjalan mendekat dan menggendong Jean seperti koala.

Jean memukul dada Gama berulang kali agar kembali ke makam Kira. "Bunda kesepian Kak ..."

Mereka memutuskan untuk pulang akibat kondisi yang seperti ini. Jean memukul-mukul kaca mobil meminta ingin keluar. Namun tidak dihiraukan oleh yang lain.

"Bunda, Kak ...," racaunya terus menerus.

Tomi yang tak kuasa melihat itu pun mendekat dan memeluk Jean. Gadis itu menangis sesenggukan di dada Tomi, sampai akhirnya Jean tertidur dengan kondisi masih berpelukan dengan Tomi.

***

"Wow ... ternyata kamu pintar juga ya bisa kenal dengan dia, okey kali ini serahkan sama Papa," ucap Pria itu dengan senyum liciknya.

Lelaki itu mengangguk ragu, "terserah." Kemudian beranjak melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

Dia sedikit ragu dengan tindakannya. Entah ini benar atau tidak, tapi mendengar cerita dari Papanya, di satu sisi membenarkan apa yang ia lakukan dan disatu sisi seperti tidak tega.

Entahlah, dia kembali acuh seperti biasa tanpa mempedulikan apa pun yang dilakukan Papanya itu.

***

Setelah sepuluh hari lamanya Jean tidak bersekolah. Hari ini, gadis itu memutuskan untuk bersekolah.

Sempat bertengkar dengan saudaranya yang lain karena tak mengizinkannya bersekolah, tapi dengan keukeh ia memaksa untuk bersekolah, membuat mereka mengangguk menuruti.

Keluar dari mobil bersama dengan Elvan dan Joy sebagai murid baru di SMAWA ini. Sedangkan di sebelah mobil ada motor sport Jovan yang sudah datang mendahului mereka.

"Kalian ke TU sendiri aja, aku mau ke kelas dulu," ucap Jean membuka pintu mobil dan meninggalkan mereka berdua dengan raut tak percaya.

"Ya kali kita ke TU sendiri. Kita, kan, Anak baru," Joy mengangguk setuju dengan tanggapan Elvan.

"Bentar, gue mau nelfon Jovan dulu."

***

Billa, Beby, Vanya, dan Farah menatap kaget dengan kedatangan Jean. Bukan hanya mereka berempat, tetapi satu kelas juga menatap Jean kaget.

"Sumpah Je! Lo kemana aja?!" tanya Beby bingung.

Jean menunduk lesu. "Nggak apa-apa kalo lo nggak mau cerita," tutur Billa sambil mengelus kedua bahu Jean.

"Sorry, gue cuma nggak nyangka aja setelah sekian lama lo nggak masuk sekolah dan sekarang masuk sekolah lagi," jelas Beby dengan raut menyesal.

"Iya," jawabnya singkat.

***

Kini semua atensi siswi XI IPA 3 berada di depan kelas, melihat murid baru yang tiba-tiba hadir di kelas mereka.

"Hai ... g–gue Elvan Edmark Frankiston, you can call me Elvan," ucap Elvan agak susah berkata lo-gue .

Yap, Elvan adalah murid baru yang menjadi satu kelas dengan Jean. Elvan sangat bahagia melihat jika ia sekelas dengan sepupu tersayangnya.

"Jadi, Nak Elvan adalah murid pindahan dari New York. Semoga kalian bisa membantunya beradaptasi dengan sekitar yah," jelas bu Tati selaku wali kelas XI IPA 3.

Mereka semua mengangguk antusias, siapa yang tidak menerima kehadiran salah satu Cucu keluarga Frankiston di kelas mereka?

"Nah, Nak Elvan bisa duduk dengan Farah." Mendengar namanya disebut, Farah melotot tak terima, "Jangan saya Bu!"

Elvan yang sedari tadi memperhatikan Jean pun menoleh ke asal suara itu lalu menggeleng, "Iya Bu, saya sama Jeana saja."

Kali ini Jean mendongak ketika namanya disebut. "Loh, kenapa Nak?" tanya bu Tati heran.

Elvan menggeleng. "Ya sudah, Billa kamu pindah dengan Farah biar Elvan dengan Jean."

Billa menggerutu saat disuruh berpindah tempat, tapi tak urung ia bertanya-tanya kenapa Elvan meminta duduk bersama Jean? Apa cowok itu menaksir temannya?

Jean merasa jika dirinya menjadi pusat perhatian satu kelasnya, terutama kaum hawa. Tangannya memukul bahu Elvan sebal, "Kamu kenapa duduk di sini, sih?!"

Elvan mengangkat alisnya heran, "Emang kenapa? Nggak boleh?" sambil mencubit kedua pipi Jean.

Jean malu! Belum lagi tatapan teman sekelasnya yang seperti siap menerkamnya itu membuatnya menjadi takut.

Mengusap-usap kedua pipinya, Jean menatap sinis Elvan.

"Bodo."

Elvan kembali mencubit pipi kiri Jean membuat sang empu meringis, "Nggak boleh ngomong kasar!" Jean menggerutu sebal lalu menghiraukan keberadaan sepupunya itu.

***
TBC

JEANWhere stories live. Discover now