18

20.1K 1.4K 16
                                    

Dirasa wanita itu sudah pergi dari hadapannya, Smith menatap lekat Anak gadisnya.

"Sayang, ini Daddy, Nak." Jean masih diam.

"Kamu Anaknya Mina dan Hendra, 'kan, sayang?" What?! Pria itu tahu nama kedua orang tuanya? Apa jangan-jangan ... tidak, Jean menggelengkan kepalanya pelan.

"Bukan?" tanya Smith heran kala mendapat gelengan dari gadis di depannya itu.

Jean tersenyum kikuk, "Bukan, maksud 'ku iya. Ah maksudnya memang nama Ibu dan Bapak adalah Mina dan Hendra."

Sedikit bingung lalu mengangguk paham. Setelahnya Smith dengan keberaniannya menceritakan bagaimana Jean bisa berada dengan Mina dan Hendra sedari kecil.

Dimana Smith harus menyuruh mantan ART-nya memboyong Jean yang baru saja lahir di dunia. Menyembunyikan semua data-data tentangnya agar tak diketahui oleh pria jahat itu. Dan berakhir lah seperti ini.

Tapi tidak mengatakan jika pria itu masih memiliki dendam padanya.

Jean menatap tak percaya, sungguh dirinya tak menyangka jika seperti itu. Oh my God.

Namun dirinya juga tak bisa bohong jika ia pun menginginkan untuk tinggal bersama keluarga kandungnya.

Tiba-tiba tanpa disadari, air matanya turun menetes. Jean menatap haru pada pria itu, Daddy! Ayahnya!

Smith yang melihat Jean yang menangis pun memajukan tubuhnya dan menarik tubuh gadis itu ke dalam dekapannya. Smith juga menangis merasakan kebahagiaan. Mimpinya kali ini terwujud, dimana dirinya masih bisa bertemu Putrinya.

Smith merasakan tangisan Jean yang mulai mereda akhirnya melepaskan pelukannya. Lalu berpindah tempat berada di samping gadis itu. Menyingkirkan beberapa helai rambutnya yang menutupi wajah cantiknya.

Jean mencoba menenangkan dirinya sendiri. Jean merasakan tangan besar itu mengusap kedua pipi dengan sayang.

"Ikut Daddy ya, Sayang," pintanya dengan nada memohon.

Jean mengangguk, lalu mengusap ingusnya yang sudah membasahi bawah hidungnya.

Smith menarik lengan Jean membuat sang empu sedikit tersentak kaget.

"Pindahnya sekarang?" tanya Jean dengan nada bingung.

Smith mengangguk. "Besok aja ya? Hari ini sungguh melelahkan."

Jean memang lelah hari ini, setelah insiden jatuhnya yang menyebabkan lututnya terluka lagi. Hari ini Jean juga melaksanakan kegiatan olahraga membuat tubuhnya sangat lelah.

Smith menatap raut lelah dari gadis itu, lalu mengangguk. Kasihan juga kalau dipikir-pikir.

"Tapi kamu nginap di hotel ya? Ikut sama Daddy," pintanya. Tak mampu jika Jean tetap tidur di ruangan sesak seperti ini.

"Nggak bisa di sini aja?" Langsung saja Smith menggeleng tegas. Jean mengangguk pasrah sebagai jawaban.

"Ya udah sebentar, aku mau menyiapkan semuanya dulu." Berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju kamar kecilnya itu.

Tetapi sebelum ia melangkah, kan, kakinya, tangannya langsung ditahan oleh Smith.

"Biarin Bian yang urus, kamu sama Daddy langsung ke mobil saja," jelasnya sambil memberi kode pada Bian yang sudah menampakkan wajahnya di depan pintu.

Bian, sedari tadi dirinya hanya duduk di depan teras kost Jean. Dia masih tahu diri jika mereka berdua memiliki privasi. Setelah mendengar namanya dipanggil, Bian dengan siap siaga menampakkan wajahnya di depan pintu dan mengangguk setelah mendapat kode dari Smith.

***

Jean sudah sampai di kamar hotel yang dipesan oleh Smith. Dia diberi satu kamar untuknya sendiri. Sama seperti Smith. Sedangkan Bian diberi satu kamar berdua dengan supir pribadi milik Smith. Yang pasti di kamar itu terdapat dua kasur single. Kan, nggak lucu kalo tidur berdua, ntar dikira ada apa-apa lagi.

Jean merebahkan dirinya diatas kasur king size hotel. Empuk, sangat empuk! Dia merasakan kesenangan tersendiri, akhirnya ia bisa tidur di kasur empuk selama dia hidup.

Bukan, bukan maksudnya tidak bersyukur. Tapi hanya memimpikan saja seperti ini.

***
TBC

Mimpi itu penting, contohnya bisa halu jadian sama doi yang ga pernah notice. Saya adalah korbannya🙂

JEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang