38

17.1K 1.2K 40
                                    

Happy 9k readers! Thx to u all! Love u

***

Elvan mendesis sebal kala sepepu tertuanya itu duduk mendusel diantara dia dan Jean. Beberapa kali mulutnya mendumel tapi namanya orang cuek ya tetap cuek.

"Kak, udah kenapa, sih. Malu diliatin temen." Akhirnya, gadis itu mengangkat suaranya. Elvan tersenyum sinis penuh kemenangan, sedangkan Gama melihatnya cuek.

"Bau. Kuman 'mu akan menempel ke Jean." Manjur, buktinya kepala Gama mendongak memperhatikan Jean yang tengah sibuk mencatat bahan untuk presentasi.

Gama mengangguk dan mengecup pelan puncak kepala Jean kemudian berdiri dan beranjak dari sana. Elvan menghela nafas lega. Duduknya menjadi sedikit lebih luas.

"Itu ... Kak Gama?" Vanya mengangguk masih dengan wajah cengo. Mereka bertiga sedari tadi memang memperhatikan interaksi kedua Kakak beradik itu. Anehnya, rumor beredar jika Gama adalah sosok yang dingin dan menakutkan dengan tatapan tajamnya. Nah ini? Kenapa seperti anak kecil di dekat Jean?

"Kalian maklumin aja ya," pinta Jean yang masih sibuk mencatat. Mereka bertiga mengangguk kikuk, Farah memutar bola matanya malas.

***

Setelah melihat kepergian sahabat-sahabatnya yang kian menjauh dari pekarangan rumah, Jean berbalik diikuti Elvan di belakangnya.

"SAYANGGG." Jean dan Elvan berhenti dan memutar tubuhnya. Bisa dilihat, kedua sepupunya berjalan ke arahnya dengan Sean menutup kedua telinganya.

"Berisik."

"Nyenyenye." Sean menjitak Tomi membuat sang empu meringis.

"Kenapa di luar? Masuk," titah Gama mengagetkan Jean dan yang lainnya.

Jean mengusap dadanya sabar dan mengangguk. Belum sempat ia melangkah, Gama menahannya.

"Keluar yuk." Belum sempat Jean menjawab, tangannya langsung ditarik menuju mobil bewarna silver itu.

***

Gama menatap aneh Jean yang terlihat gusar dari tadi, "Kenapa?"

Sejak memasuki Mall besar ini, Jean dan Gama menjadi sorotan banyak orang. Tak sedikit yang mencibirnya atau juga melayangkan tatapan tak suka padanya, itu salah satu yang membuatnya tak nyaman berada di keramaian.

Jean menggeleng seraya tersenyum kikuk. Gama memperhatikan sekitar, ternyata orang-orang ini yang membuat Adiknya tak nyaman. Matanya menatap tajam orang-orang yang mencoba mengganggu Adiknya. Dia juga mengkode dua pengawal yang berjarak 3 meter darinya agar mengurus hal tersebut.

"Kak, ini udah banyak lho. Masa iya pulang-pulang kaya ngeborong satu mall ini." Bukan hanya dua atau tiga kantung belajaan yang dibawa 1 pengawal lagi, melainkan ada banyak sekali kantung belanjaan. Jean saja melihatnya seperti tak tega.

Gama menggeleng, "Ini bukan ngeborong, ini cuma beli keperluan kamu aja." Jean menganga tak percaya, apa katanya? Keperluan? Yang benar saja. Di rumah, semua yang dia perlukan sudah tersedia, lengkap. Emang ya, holkay memang beda.

"Kak, aku laper nih." Gama berhenti berjalan dan mengangguk. Bagaimana dia bisa lupa kalau Jean belum makan setibanya di Mall.

Pilihan Gama jatuh pada restoran seafood yang menggugah selera. Jean menelan salivanya sendiri saat melihat harga di menu makanan, lalu menatap Gama yang asik dengan buku menunya sendiri.

"Kamu apa?" Lamunannya buyar seketika, Jean tersenyum kaku, "samain aja, Kak."

Setelah waiters pergi, Gama menatap Jean yang terlihat aneh. "Kenapa?" Jean menggeleng dan mengangguk.

10 menit kemudian, waiters datang dengan nampan yang berisi pesanan mereka berdua. Jean melotot kaget saat melihat makanan yang di pesan porsinya sedikit, bahkan harga dengan porsinya saja berbanding jauh.

***

"Ternyata kau kenal juga dengannya." Pemuda itu diam tak mendengar semua ocehan pria paruh baya yang duduk anteng di hadapannya.

"Kau tahu, 'kan? Semua ini salah keluarganya." Tangannya mengepal kuat menahan gejolak amarah yang bercampur menjadi satu. Berdiri dari duduknya dan beranjak dari sana meninggalkan pria paruh baya itu yang sedang menyeringai.

***

"Tadi ada yang bilang mau pinjam flashdisk, deh." Gama melirik malas Sean.

"Wah, tadi ada yang ngajakin belajar bareng," sambung Elvan sambil menaruh jari telunjuknya di depan dagunya, seolah dia sedang berfikir.

Jean menoleh dan menatap sungkan, "Aduh maaf yah El, tadi ditarik sama Kak Gama." Gama menatap tajam Elvan yang meliriknya malas. Elvan hanya berdehem.

"Ikut," pekik Tomi dan tidur di samping Jean. Tak hanya Tomi, Sean dan kedua lelaki lainnya pun menyerobot tidur di atas kasur King size Jean.

"Sempit," decak Gama.

Elvan mendesis sebal kala tubuhnya berada di ujung kasur, "Kak, astaga."

Bruk

Mereka semua saling berpandangan, beberapa detik kemudian tawa meledak. Jean terkekeh lucu dengan Gama yang makin mempererat pelukannya.

"Kak, geser dikit dong," ucapnya dengan mendorong tubuh Sean.

"Gak bisa, sempit." Elvan mendumel dan menghentakkan kakinya kesal, kemudian memilih pergi dan tidur di kamarnya.

"Kalian ini, kasian tuh Elvan." Bisa dilihat, mereka semua hanya mesem-mesem seperti tak ada kesalahan apa pun. Jean tersenyum seraya menggelengkan kepalanya sabar.

Tanpa mereka ketahui, ada sosok yang melihat semua kejadian tadi. Ada sedikit rasa ingin ikut, tapi ia menggeleng dan berjalan kembali.

***
TBC

Btw, happy boyfriend day's! Tjieee selamat merayakan ya buat kalian para uwu🌈 
Buat yang jomlo mening diem😶 Canda, mending kalian ajak yang lain buat baca JEAN, oke?👍🏻

JEANحيث تعيش القصص. اكتشف الآن