45

21.2K 1.2K 42
                                    

Sebelumnya aku minta maaf kalo part ini feelnya kurang dapet🙏🏻 Semoga kalian suka!

***

Bisa dihitung sudah lima hari lamanya Jean belum bangun dari tidurnya. Sejak ditemukannya Jean di mobil Smith, mereka langsung bergegas menuju rumah sakit.

Kata Dokter, Jeana mengalami dehidrasi dan juga luka memar. Belum lagi, suhu tubuh Jean yang bisa dikatakan sangat panas.

Mesin EKG senantiasa mengisi kesunyian di dalam kamar bernomor 10. Tak ada henti-hentinya mereka semua datang menemani gadis yang sedang terbujur lemah di atas brankar rumah sakit.

Jovan yang pertama kali melihat mata indah itu terbuka segera mendekati brankar. "Ada yang diinginkan?" Mendengar suara Jovan, mereka semua pun ikut mendekati brankar dan mengelilingi Jean.

"Ha-ha ... us."

Dengan sigap, Jovan mengambil gelas berisi air mineral di nakas dekat brankar. Hati-hati Jovan membantu kembarannya untuk minum.

Gama memencet tombol merah di dekat brankar, gunanya untuk memanggil Dokter.

Tak berselang lama, Dokter tiba dan segera memeriksa kondisi Jean.

***

"Nggak, jangan."

"Akh, sakit."

"Nggak, aku mohon."

"Nggak, Romeo!"

Jean terbangun dari tidurnya dengan napas yang tersenggal-senggal. Matanya menatap awas sekitar, keningnya sudah basah akan air keringat.

Dengan sigap, Gama mendekat dan memeluk Jean dengan sayang, menyalurkan kekuatan. Melihat rintihan Adiknya, pasti pria tua bangka itu menyiksa Adiknya dengan kejam. Hatinya ikut teriris.

Jovan termenung, lelaki itu memikirkan nama yang terucap dari bibir Jean. Apa mungkin, dia ada sangkut pautnya? Tapi persetan, ada atau tidak, ia juga akan menghabisi lelaki itu nanti.

Setelah Dokter memeriksa kondisi Jean, Jean menjadi sedikit tenang. Matanya kembali menutup dengan Gama yang masih asik memeluk Jean seraya mengelap air keringat yang ada.

"Bagaimana, Dok?"

Dokter menghela nafas sebentar. "Keadaannya sudah sedikit membaik. Namun tak bisa dipungkiri, Nona Jean trauma dengan apa yang dialaminya beberapa hari yang lalu. Seperti yang diketahui, luka fisik Nona memang terlihat nyata. Dan, Nona mengalami luka psikis juga."

Semuanya kaget, luka psikis? Sebegitu kejamnya Louis menyiksa Jean? Mereka semua menunduk menahan rasa penyesalan atas itu semua. Gama mengepalkan tangannya, tentu saja, Gama tidak akan melepaskan pria itu dengan mudah.

"Terus apa yang harus saya lakukan agar dia bisa sembuh, Dok?" lirih Smith dengan nada sedih.

"Saya sarankan, ajak Nona Jean ke tempat yang baru. Tempat yang tak pernah dia kunjungi, atau Tuan bisa mengajak Nona kembali ke Jerman. Dengan begitu, keadaannya akan membaik. Jangan lupakan juga ikut terapi." Smith mengangguk, mungkin itu saran yang cocok untuknya menyembuhkan Jean.

"Wow, kita kembali?" celetuk Joy. Sandra terus mengelus punggung suaminya, mengatakan jika semua baik-baik saja.

Selepas pulang dari kejadian kemarin, suaminya terus murung dan menyalahkan diri sendiri. Padahal, Smith mengatakan tidak apa-apa.

"I want!" seru Elvan. Danish sedikit menimang. Anggukan dari sang kepala keluarga itu merubah wajah Elvan menjadi riang kembali.

"Nek, apakah kalian juga ikut?"

Laila menghembuskan nafasnya kasar. "Ya." Joy, Elvan, Sean, dan Tomi cekikikan tak jelas karena keputusan Laila. Bagaimana lagi, kedua pasangan itu akan menolak tegas jika diajak berpindah tempat. Namun ini, mereka rela pindah karena Jean. Cucu tersayang mereka.

***

Bugh

"Sialan lo, anjing."

Bugh

"Jovan stop! Dia bisa mati." Oji melerai Jovan yang kesetanan. Di bawahnya, keadaan sang korban begitu buruk, Oji saja sampai ngilu melihatnya.

"Terus gimana sama kembaran gue?!" Oji membisu. Memang, Oji sudah tahu semua. Berkat Elvan yang menceritakannya kepada Oji dan Dio.

"Terus kalo lo mukul dia, Jean bisa lupain semua yang terjadi sama dia?" Dio yang tadinya acuh, kini bersuara.

Tangannya mengepal kuat, matanya terus menatap tajam. Amarahnya sedang memuncak, tapi ia harus tahan.

Oji bernafas lega melihat Jovan berbalik dan berjalan menjauhi mereka. Kepalanya menoleh menatap Dio meminta persetujuan. Dio mengendikkan bahunya acuh dan berjalan keluar.

"Sorry." Hanya itu yang diucapkan Oji sebelum dirinya ikut berbalik dan berjalan keluar.

***

Malam ini, semua anggota keluarga Frankiston keluar dari mobil yang mereka tumpangi. Berjalan bersama menuju tempat di mana pesawat pribadi mereka singgah.

"Jean!" panggil Beby dari kejauhan.

Mereka berempat memeluk Jean yang duduk di kursi roda dengan air mata yang mengalir.

"Lo hati-hati yah," ucap Billa. Jean hanya mengangguk tanpa mau menjawab. Mulutnya seakan bisu untuk berbicara. Rasa takut masih menjalar di hatinya.

"Cepet sembuh yah."

"Lo jangan lupain kita-kita. Di sana jangan lupa hubungin kita," pesan Beby.

"Tungguin gue."

"Lo mau ngapain?"

"Gue mau kuliah di sana." Beby, Vanya, dan Billa melongo dibuatnya.

"Lo kuliah di sana?!" kaget Vanya. Farah hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Ma-"

"Gama!" Suara Billa tertahan saat seseorang memanggil Kakak pertama Jean.

Bara memeluk Gama sedih. Sedih karena ditinggal lagi dan bekerja sendiri. Juga, dia tidak bisa meminta uang lagi dari Gama.

"Jijik." Bara menatap kesal Gama.

"Abang?"

"Halo Adek laknat," jawab Bara dengan senyum konyolnya. Beby menginjak kaki Bara membuat sang empu berteriak.

"Heh! Malu-maluin." Bara menatap sinis Adiknya sembari mengelus ujung sepatunya.

"Ya sudah, kita mau berangkat dulu," putus Laila dengan ramah.

Mereka semua mengangguk. "Hati-hati."

***

Di dalam pesawat, Jean duduk di pojok dekat jendela. Pesawat sudah terbang sekitar sepuluh menit yang lalu.

Jean menghela nafas sebentar diikuti matanya yang menutup. Semoga, di tempat baru nanti dia bisa melupakan semua yang terjadi sebelumnya.

Untuk lelaki yang menyebalkan itu- ah tidak, ia harus melupakannya. Jean menggeleng. Kepalanya ia sandarkan di bahu Gama.

Selamat tinggal semuanya, semoga kita masih bisa bertemu di lain waktu.

SELESAI—

Alhamdulillah tamat juga cerita ini. Jujur ini cerita bikin pusing banget dah. Apalagi ada problem yang mengharuskan aku nulis ulang beberapa part di akhir cerita.

Maaf kalo ceritaku kurang dapet feelnya ya guys, aku berusaha sebisa mungkin buat ngasi yang terbaik.

Makasih buat kalian yang udah baca dan juga selalu suport aku❤️ Tanpa kalian, mungkin aku ga lanjut nyelesein cerita ini (karena ada problem tadi)🙃

Thx u!

JEANWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu