14

19.7K 1.2K 9
                                    

Pria bertato itu terjungkal ke depan membuat tangan kiri Jean terbebas. Kemudian tangan kirinya itu ia gunakan untuk memukul pria berkumis setengah di samping kanannya.

"Lemah banget, sih, lo," ejeknya pada kawannya itu.

Pria bertato itu berdiri dan menatap garang pada seseorang. "Bangsat lo," umpatnya dengan membalas pukulan itu.

"Lepasin gak, Om!" teriaknya sambil melotot garang ke arah pria berkumis setengah. Tangan kirinya masih ia gunakan untuk memukul lengan kekar pria itu.

Pria itu tertawa, "Percuma lo mukul gue, Neng." Lalu matanya menatap temannya yang sudah terjatuh lemah di atas tanah.

Kini, giliran pria berkumis setengah itu yang menatap garang pada seseorang yang membuat temannya seperti itu.

Tangannya melepaskan genggaman dari tangan Jean dan mulai membaku hantam pada seseorang itu.

Jean yang tak terbiasa dalam melihat pertarungan pun menjadi takut. Apalagi suara-suara dari pukulan itu membuatnya ikut meringis juga. Jean memejamkan matanya sambil menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.

Sungguh dia takut!

Bagaimana jika seseorang yang berkelahi dengan Om preman itu malah lebih jahat dari Om preman itu?!

Tepukan pelan di pundaknya membuat Jean terperanjat. Lalu berbalik pelan dengan mata yang masih tertutup.

Kekehan kecil itu membuat kedua matanya yang semula terpejam takut menjadi terbuka.

Matanya melotot kaget!

"Hai, Juan!" sapa seseorang dengan nada yang menurut Jean menyebalkan.

Ya, kini di depan Jean terdapat sosok yang menyebalkan baginya. Siapa lagi jika bukan Romeo! Dan apa tadi? Juan? What the— namanya Jean! Dasar Romeo nyebelin!

Jean memukul dada cowok itu dan melotot kesal, sedangkan korban meringis sakit karena luka yang dia dapat di area dada dipukul dengan tidak hati-hati oleh cewek pemarah itu.

"Kenapa, sih, lo." Romeo bertanya sembari mengelus dadanya pelan.

Jean membuang muka, sebal. "Udah dikasih tau, nama 'ku tuh JEAN! J.E.A.N dibaca JEAN!" jelas Jean sambil menekan dan mengeja namanya sendiri.

Romeo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Iya-iya maaf, gue kira nama lo Juan." ujarnya seraya terkekeh pelan karena lagi-lagi dirinya salah menyebut nama cewek pemarah itu.

Jean mengembungkan pipinya sebal, lalu menatap wajah Romeo yang terkesan seperti habis berkelahi.

Tangannya terulur mengusap bibir cowok itu yang sedikit sobek di pinggir kanan. Cowok itu meringis. "Asem banget lo, sakit tau."

"Kamu abis berantem?" Romeo melongo dibuatnya. What?! Dia kira tadi, cewek yang belum ia lihat wajahnya sudah melihat wajahnya terlebih dahulu. Tapi ini?

"Lo nggak liat, gue abis ngapain?" Jean menggeleng membuat Romeo mengelus dadanya sabar.

"Gue abis berantem, Jean." Gemas, Romeo menyentil jidat Jean.

Jean meringis sebentar lalu menatap Romeo. Apa jangan-jangan seseorang yang berkelahi dengan dua preman itu Romeo? Oh God!

Sungguh Jean merasa bersalah kali ini. "So–sorry," ucapnya merasa bersalah.

Romeo menautkan alisnya heran, "Ngapain?"

"Kamu nolongin aku jadi kena kaya gini, 'kan."

"Ya ampun Jean! Kalo misal gue nggak tolongin lo, terus nasib lo gimana?!" Mendengar itu Jean menepuk kepalanya pelan, sungguh ia lupa akan keselamatannya sendiri.

"Hehehe tapi makasih ya, dan maaf banget karena kamu harus bonyok gini."

Romeo menangkup kedua pipi Jean membuat mulutnya maju seperti bebek. "It's okay, no prob."

***

Jean mengerutkan kedua alisnya bingung melihat tempat bengkel yang masih buka di jam selarut ini. Matanya mengikuti langkah Romeo yang ada didepannya dengan menggenggam tangan kanannya.

Setelah tadi berbincang dengan Romeo, cowok itu menyuruhnya untuk mengikutinya. Katanya takut nanti ada apa-apa lagi di jalan. Dan Jean hanya menurut, karena memang dia takut kejadian seperti tadi terulang.

Romeo mendudukkan Jean di salah satu tempat duduk di depan bengkel. "Lo tunggu sini, oke." Jean hanya mengangguk tanpa minat menjawab.

Cowok itu memasuki bengkel dan bertos ria dengan pria-pria yang memang bekerja di sana. Pikirnya. Lalu ada juga lelaki yang ia kira sepantaran dengannya menyapa Romeo.

Jean memperhatikan lamat-lamat cowok itu. Ramah. Satu kata yang menjabarkan Romeo sekarang. Uhmm, dia lupa. Penolong! Ya, dia menolongnya. Padahal Jean sudah memaki cowok itu dalam hati, tapi dengan baiknya cowok itu menolongnya. Ah, maafkan Jean ya Rom.

Jean juga baru sadar, pakaian yang dikenakan Romeo senada dengan pakaian pegawai bengkel itu. Berarti, Romeo bekerja di sini? Masa? Apa itu penyebab cowok itu selalu tertidur di sekolah?

Beberapa menit berlalu, Romeo datang kembali di hadapan Jean. Tubuhnya kini tergantikan dengan kaos oblong bewarna hitam dan jeans selutut. Tak lupa tangan kirinya menenteng jaket jeans yang menambah kesan cool cowok itu.

"Ayo." Tangan Romeo terulur membuat lamunan Jean membuyar, kemudian menggapai tangan itu untuk berdiri.

"Gue cuma ada satu helm, karena emang nggak kebiasaan bonceng orang," jelas Romeo sambil memasukkan helmnya di kepalanya.

Sedangkan Jean hanya mengangguk. Ia tak apa tak pakai helm, sudah diberi boncengan seperti ini saja dirinya merasa bersyukur sekali.

Kakinya mulai naik keatas motor sport milik Romeo dengan tangannya yang memegang kedua bahu cowok itu.

Dirasa Jean sudah siap di belakang jok motornya, Romeo mulai menjalankan motor sport hitamnya.

***
TBC

Uwu gak? Uwu aja lah yah

JEANWhere stories live. Discover now