13

20.7K 1.2K 14
                                    

Bandung, Indonesia 11.30 WIB

Beberapa hari ini Jean menghidupi kebutuhan sehari-harinya dengan uang yang ada di credit card miliknya. Beby yang menyuruhnya memakai uang itu.

Ia juga sudah membayar uang kostnya untuk setahun ke depan. Sedangkan untuk kaca jendela, itu juga sudah ia ganti.

Dan berkali-kali dirinya menemui siswa yang sangat menyebalkan baginya.

Jean lupa-lupa ingat namanya. Karena saat berhadapan dengannya, dia lupa untuk menanyakan kembali namanya.

Saat seperti ini, Jean kembali bertemu dengan siswa menyebalkan itu. Maksudnya dia yang menemukan siswa itu sedang tertidur diatas ranjang UKS. Entah karna sakit atau memang pelor seperti biasa.

Jean sempat bertanya-tanya, kenapa siswa itu sering tidur di sekolah? Masa iya dia tukang tidur? Atau pangeran tidur? Kan, nggak mungkin kalau dia putri tidur? Ya, 'kan.

Pasalnya, siswa itu tertidur di sembarang tempat. Yang penting bersuasana sunyi dan sepi. Dan sialnya, Jean yang berakhir menemukan siswa itu.

Di UKS hanya ada dirinya dan siswa menyebalkan itu. Awal niat Jean kemari hanya ingin meminta obat sakit kepala. Kepalanya sungguh pening. Di kelas, mereka semua menyorakinya tak suka entah karena apa. Dan itu membuatnya pusing.

Melihat tak ada penjaga UKS, Jean menghampiri almari kaca yang di dalamnya berisi obat-obatan. Lalu mengambil obat pereda sakit kepala dan menelannya, diikuti aliran air minum yang masuk ke dalam mulutnya.

Memutuskan untuk duduk di samping ranjang yang ditiduri siswa itu, Jean memejamkan matanya sebentar.

"Heh, mau ngapain lo?!"

Jean membuka matanya, dan menatap heran ke arah siswa itu.

"Apanya, sih?"

Siswa itu masih berbaring dengan posisi miring, namun matanya sudah terbuka lebar.

"Ya lo lah, ngapain lo kaya gitu? Pejem-pejem mata kayak nahan boker aja."

Jean melotot tak terima, kurang ajar! Begini-begini dirinya tahu tempat untuk BAB tahuu!

"Kalo ngomong nggak di filter dulu!" kesalnya sambil memukul lengan siswa itu.

Jean menyilangkan kedua tangannya di depan dada, kesal. Tapi, dimata siswa itu, Jean terlihat lucu.

"Makanya, kalo mau ngeden atau berak jangan di sini," godanya sambil terkekeh menatap wajah lucu itu.

"Enak aja, aku nggak pingin berak tahu!"

"Terus tadi ngapain?" tanya siswa itu polos.

Jean menarik nafasanya sabar, "Tadi abis minum obat, terus ya udah duduk bentar sambil pejem mata." Siswa itu membulatkan mulutnya membentuk huruf 'O' dan menganggukkan kepalanya paham.

"Dasar nyebelin," gumam Jean.

Siswa itu mendudukkan tubuhnya.

"Apanya yang nyebelin?" godanya menatap Jean sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Ctakk

Setelah menyentil jidat siswa yang menyebalkan itu, Jean beranjak untuk keluar dari ruang UKS.

"HEH! KURANG AJAR LO YA, JULI?!" teriaknya ragu dengan nama yang ia ucapkan. Pasalnya, dia lupa siapa nama siswi itu.

Jean kembali masuk ke ruang UKS dengan tergopoh-gopoh, lalu memukul keras lengan siswa itu. Apa katanya? JULI?!

Plakk

"Aww," ringis siswa itu.

"Enak aja Juli, Juli! Nama 'ku tuh Jean, J.E.A.N," terang Jean dengan mengeja namanya sendiri.

Siswa itu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Oh ... Jean? Gue kira Juli," pahamnya seraya menggaruk rambutnya yang tak gatal karena salah menyebut nama orang.

"Dasar cowok nyebelin!" kesalnya sekali lagi dan langsung berjalan cepat keluar ruang UKS dengan perasaan dongkol.

"WOY!! NAMA GUE ROMEO TAU! BUKAN COWOK NYEBELIN!" teriak Romeo sekali lagi.

Jean mendengar teriakan itu. Lalu menepuk jidatnya pelan, namanya Romeo! Romeo nyebelin iya?! Lalu menghentak-hentakkan kakinya tak jelas.

***

Jean merutuki kebodohannya kali ini. Dia tak tahu sekarang berada dimana.

Tubuhnya yang lelah membuatnya tertidur didalam angkot dan melupakan di mana tempatnya berhenti biasanya. Bangun-bangun, dia sudah berada di terminal angkot saja.

Jean sempat protes dengan mamang angkotnya, tapi yang ia dapat malah diprotes balik karna dirinya yang tertidur di angkot.

Hari sudah terlalu larut, dan kini berjalan seorang diri. Untungnya jalanan tidak terlalu sepi kali ini. Namun, suasana yang meremang membuatnya takut akan jalan yang ia tapaki sedari tadi.

Matanya melihat dua pria yang bertampang seperti preman dari arah yang berlawanan. Takut-takut terjadi sesuatu, tangannya mulai mengerat pada tali slingbag 'nya.

"Eh Neng cantik, mau kemana?" Tiba-tiba salah satu dari dua pria itu menyapanya dengan nada genit.

Jean menunduk takut.

"Diem-diem bae Neng, ngomong napa." Pria lainnya bersuara sambil menoel pelan bahu jean.

Jean menangkis tangan kekar itu dengan gesit. "Jangan pegang-pegang!" peringatnya waspada.

"Okey-okey, kita nggak pegang," jawab salah satu dari mereka dengan mengangkat kedua tangannya ke atas.

Pria satunya menoyor temannya, "Kelamaan lo."

Lalu tanpa diduga, pria yang menoyor temannya itu menarik-narik tangan Jean.

"Lepasin," pintanya sambil menghentakkan tangan kirinya, tapi usahanya nihil.

"Aku teriak nih, Om!" serunya yang malah membuat kedua pria itu terkekeh.

"Teriak aja, gak bakalan ada yang nolongin," jawab pria bertato itu dengan tampang mengejek.

"TOLONG!!!" teriak Jean yang mungkin memang benar tak ada yang menolongnya. Tapi, usaha dulu boleh, 'kan?

"Bawel banget, sih," dumel pria yang berkumis setengah, lalu ikut menarik tangan kanan Jean.

Jean jelas memberontak, ini sungguh bahaya! Semoga saja ada yang menolongnya!

Bugh ...

***
TBC

Aku teringat; Tolong ... tolong ... ada serigala disini -Jarjit🙂

JEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang