06

2.1K 128 2
                                    

Pagi ini sangat cerah, secerah senyuman mu yang berusaha tegar hari ini. Mungkin kita punya hari yang sama dengan kehidupan yang berbeda. Semoga yang sedang sakit lekas pulih, dan yang sehat semoga selalu bahagia.

Dyra seorang gadis sederhana, mungkin mereka yang melihatnya seorang gadis biasa yang kebetulan punya takdir bagus bisa bersekolah di sekolah elit. Mereka juga mengira jika Dyra adalah murid beasiswa karena kepintarannya. Padahal Dyra punya uang dengan jumlah banyak, tapi dia mengetahui satu hal bahwa uang tidak bisa membeli kebahagian dan mengembalikan waktu, uang hanya bersifat sementara. Setelah dirawat seminggu Dyra kembali bersekolah, ia berlari karena takut telat mengikuti upacara.

"Huh, semangat," ucapnya pada diri sendiri.

Doaaaarrrr!

"Astagfirullah Dyra cantik," ucap Dyra spontan.
Reva terbahak melihat wajah sahabatnya yang terkejut.

"Nggak lucu Rev," sergahnya.
Reva tidak membalas ucapan Dyra karena upacara bendera telah dimulai.

Dyra melihat di depan ada Alga yang berbaris sendirian, bisik-bisik terdengar di telinga Dyra.

"Eh Alga kenapa tu, di hukum lagi keknya."

"Alga makin ganteng apalagi kena sinar matahari, auto insekyur dan tu matahari."

"Anday aja Alga gak galak, udah gebet tuh cowo gantengnya gak ada obat."

"Alga he is my future."

Begitulah bisikan murid yang memuji seorang Alga. Tak sadar Dyra menatap Alga dalam diam.

Rahang tegas.

Mata indah.

Alis tebal.

Tubuh tinggi.

Badan bagus. ada abs nya.

Dingin.

Itu adalah Alghasian Prambudi di mata semua orang. Tapi di mata Dyra hanya seorang cowok.

Galak.

Galak.

Galak.

Nyebelin.

Nakal.

Pala batu.

Gak ada akhlak.

Gambaran Alga di mata seorang Dyra memang berbeda. Apalagi karena kejadian ia terkunci di perpustakaan semalaman dan membuatnya seminggu berada di rumah sakit. Kalau tidak diceritakan Reva bahwa Alga yang membawanya ke rumah sakit mungkin ia sudah memaki Alga. Kenapa harus Dyra mengajari seorang pala batu seperti Alga. Kalau tidak mendapatkan ancaman dari Bu Heni bahwa akan menceritakan kepada semua murid siapa sebenarnya Dyra, ia adalah pemilik saham terbesar di sekolah setelah Alga.

Dari kejauhan Alga melihat Dyra yang diam menatapnya dengan mata menerawang. "mungkin dia marah sama gue," pikir Alga.

Setelah upacara bubar, Alga dihukum mengelilingi lapangan sebelum masuk kelas. Alga sendiri sudah terbiasa berlari pagi hari. Setiap ia berlari di lapangan sudah banyak siswi yang menontonnya di lapangan ataupun koridor bawah dan atas menurutnya itu hanya membuang waktu mereka saja. Setelah selesai memutari lapangan, Alga mengambil tasnya lalu pergi dari lapangan dengan keringat yang bercucuran.

"My baby Alga," panggil Rebeca menghentikan langkah Alga.

Alga diam menunggu ucapan selanjutnya dari Rebeca. "Nih minuman, biar lo tambah semangat." Rebeca menyodorkan sebotol minuman ion. Alga menerimanya lalu pergi tanpa sepatah katapun.
Rebeca berteriak girang karena minumanya diterima Alga, meskipun tanpa ucapan terimakasih.

"Benerkan kata Mei apa juga, Rebeca gak boleh patah hati sebelum memiliki hati Alga," ujar Meira.

"Tumben bener Mei," kekeh Tara.

"Jangan berantem, dah yuk guys cabut," ucap Rebeca mengajak kedua anteknya.

Setelah agak jauh dari Rebeca dan anteknya, Alga berhenti di samping bak sampah, ia membuang minuman yang diberikan Rebeca.

"Kok dibuang?"

Alga menoleh ke sumber suara. "Lo mau?"

"Enggak," balas Dyra.

"Maaf," ujar Alga.

"Hah, maksud kamu?"

"Ck, gue minta maaf," ulang Alga.

"Ngapain kamu minta maaf?"

"Karena gue lo jadi nunggu."

"Ck, biasanya juga gitukan, ngapain minta maaf kalau ngulangin kesalahan yang sama," sahut Dyra.

"Lo nya aja yang keras kepala, gue bilang enggak, lo juga tetep maksa," kata Alga.

"Aku emang keras kepala ya, tapi kamu lebih pala batu, aku tuh ngajarin kamu biar pinter."

"Oke, gue akan belajar sama lo tapi gak di sekolah," putus Alga.

"Terus dimana?"

"Di Apartment gue sepulang sekolah, kalo gak mau gak masalah."

Dyra menimang-nimang keputusan Alga untuk belajar di Apartmentnya, ia takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Alga yang mengetahui isi kepala Dyra pun berkata,"Gue gak akan ngapa-Ngapain lo, karena gue gak nafsu soalnya lo tepos."

Dyra melotot kaget ke Alga, ia sontak menutup dada dengan kedua tangannya. "Kamu mesum, siapa juga berpikir negatif," ucap Dyra lari terbirit meninggalkan Alga.

Bisma adalah siswa yang humble, senang bertemanan dengan siapapun dan suka tour ke kelas lain. Seperti jam kosong saat ini Bisma membawa gitarnya memutari kelas Dyra sambil bernyanyi menghampiri orang-orang.

Aku untuk mu

Kamu untukku

Namun semua takkan mungkin

Iman kita yang berbeda

Tuhan memang satu

Kita yang tak sama

Harus aku lantas pergi

Meski cinta takkan bisa pergi .......
                  

Bisma bernyanyi potongan lagu dari penyanyi terkenal dulu di hadapan Dyra.

Prok prok prokk

Dyra bertepuk tangan untuk Bisma. "Bagus Bis suara kamu, apalagi penghayatannya kamu pernah ngalamin yaa." ucap Dyra.

Bisma menarik kursi agar duduk di hadapan Dyra dengan memasang wajah sedih. "Iya Dy, gue jatuh cinta sama orang yang keyakinannya beda sama gue," ceritanya.

Sedangkan Reva yang duduk di samping Dyra hanya menahan tawa hingga akhirnya. "Hahhaahhahahha, mampus lo Bis. Kapan bisa Bismillah masuk gereja. Gue udah bilang apa kemarin." Reva menghentikan tawanya ketika melihat wajah Bisma yang sedih.

"Iih Reva, gak boleh gitu sama Bisma. Jatuh cintakan gak bisa diatur. Meski beda agama, beda kota, beda fisik, beda cara makan bembeng," kata Dyra.

Beda perasaan. sad banget.

Mata Reva menyipit mendengarkan ocehan Dyra. "Emang lo pernah jatuh cinta??"

Mendengar pertanyaan Reva sontak Dyra menggeleng. Bisma dan Reve sontak terbahak. "Jomblo sok bijak lo," ucap Bisma.

****

Jangan lupa votte & komen yaa...

follow juga akun authdor


putriafrillaa_

&

triputriihldsr

AlDyra StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang