15

2.1K 125 0
                                    


Sepulang dari pemakaman kakeknya Harry Wijaya, Dyra tak berhenti mengeluarkan air mata. Di saat pemakaman Dyra juga dilirik sinis oleh Adriana dan Rebeca. Sedangkan Devan memberitahunya ketika ingin pulang bahwa semua harta kekayaan dari H'group dan  W'companye jatuh sepenuhnya atas nama Adriana. Dyra tidak mempersalahkan semua harta tersebut yang ia sesalkan adalah membuat kakeknya kecewa.

Reva melihat keadaan Dyra, ia memcoba membujuknya agar makan dan berhenti menangis karena ia takut terjadi sesuatu sama Dyra dan kandungannya. "Ra, lo makan dulu yaa," bujuk Reva. Dyra menjawab dengan gelengkan seraya menghampus jejak air matanya.

"Ra, gue tau lo sedih, tapi harus ingat semuanya gak bisa kembali meski lo nangis darah. Lo harus ikhlas, gak baik buat kesehatan lo dan bayi lo," kata Reva.

Dyra merubah rautnya menjadi marah. "gara-gara anak ini Reva, semuanya jadi begini," emosi Dyra.

Plakkk!

Reva menampar wajah Dyra agar sadar tidak menyalahkan bayi dalam kandungannya. "Lo egois Ra, bayi dalam kandungan lo itu bukan kesalahan."

"Aku hiks... hikss a-aku cape Rev."

"Lo gak bisa menyalahkan anak dalam kandungan lo, atas semua yang terjadi."

Dyra menangis ia sadar bahwa ia egois. Semuanya yang terjadi adalah sebuah garis takdir dimana ada bagian garis yang harus dilewati dengan sabar. Dyra sekarang di posisi itu.

"Sekarang lo makan." Reva menyodorkan semangkok bubur dan segelas air putih di atas nampan.

Setelah cukup kenyang Dyra menaruh nampan  tersebut di nakas. Penglihatan Dyra tertuju pada pintu kamar, di sana ada Reva yang membukakannya dan mereka berbincang sebentar.

"Masuk aja." Reva mempersilahkan orang tersebut masuk.

"Gimana keadaan lo?" tanya Alga ketika melihat keadaan Dyra yang terlihat kacau.

"Apa perduli kamu," ketus Dyra.

"Gue keluar dulu, kalian selesaikan masalah ini secepatnya." Reva keluar kamar meninggalkan Dyra dan Alga.

"Reva, jangan bilang kamu udah–."

"Iya Dyra, gue yang kasih tau, demi kebaikan," kata Reva sebelum menutup pintu.

"Gimana keadaan lo?" Alga kembali bertanya.

"Pergi kamu, aku mau tidur." Gerakan Dyra terhenti ketika Alga menarik lengannya agar bertatap muka dengannya.

"Gimana keadaan lo?"

Dyra berdecak kesal. "masih hidup belum mati."

"Sekali lagi gue tanya, jawabannya gak bener, gue cium," ancam Alga.

Dyra meneguk ludahnya kasar. "aku baik."

Alga berdecak halus. "Gue minta maaf."

"Aku mafiin, sekarang kamu bisa pergi."

Alga cukup lama terdiam melihat aktivitas Dyra yang ingin tidur.

"Gue mau tanggung jawab dan nikahin lo," ungkap Alga membuat mata Dyra terhenti menutup.

Dyra membelakangi Alga. "Kalau kamu terpaksa gak usah, dari pada kamu gak bahagia sama aku."

"Gue emang terpaksa, tapi gue gak mau jadi orang brengsek yang  kedua kalinya."

Dyra bangun dan menatap Alga. "Aku gak papa, mending kamu pergi."

Alga menghela napas. " Lo egois Ra, lo gak pikirin gimana masa depan anak dalam kandungan lo. Gue udah mau tanggung jawab mestinya lo hargain itu," bentak Alga.
Alga berbicara panjang lebar hari ini.

Dyra menahan isakannya meski air matanya sudah mengalir. "Aku emang egois, mending kamu pergi."

Alga berdecak kesal melihat tingkah Dyra yang keras kepala. "Ok Fine, dengan cara ini lo gak akan bisa nolak." Alga menarik Dyra dan mengangkatnya ala bridal style keluar kamar. Kebetulan Reva yang membuka pintunya. "Dyra kenapa?" tanya Reva khawatir.

"Reva tolongin Dyra...." jerit Dyra dalam kendongan.

"Gue mau bawa dia kerumah ortu," balas Alga.

Reva hanya ber oh ria mengikuti Alga keluar rumah. Dyra terkejut dengan balas Reva. "Reva, tolongin Dyra," ucapnya dengan wajah memelas.

Reva mengabaikan Dyra, ia melihat Alga yang telaten mendudukan Dyra dalam mobil. "kalau mau nikah undang gue yaa," ucap Reva.

"Oke."

"Reva kok gitu, Reva bukan sahabat Dyra lagi."

Reva berdecak mendengar ocehan Dyra yang selalu mengancamnya begitu dari dulu. "Dadahhh." Reva melambaikan tangan ke mobil Alga yang mulai menjauh dari rumahnya.

Setelah mobil Alga menjauh,Reva memasuki rumah dengan senyuman tipis. "semoga lo bahagia Ra."

Ketika di dalam kamar Reva beralih ke meja belajarnya terdapat sebuah figura foto dirinya dan Dyra saat pertama kali bertemu. Reva terkekeh melihat foto tersebut, air matanya tak sadar juga ikut menetes. "Gue mau lo bahagia Ra, karena gue sahabat yang selalu sayang lo," ucap Reva menghapus jejak air matanya.
Reva beralih membuka sebuah buku diary lalu menulis sebuah kata.

"Semoga Tuhan memberikan kebahagiaan terbaik menurutnya, jangan lupa bersyukur. Aku menyayangimu."

****
Jangan lupa votte &komen yaa...
Follow juga akun authdor
putriafrillaa_
&
triputriihldsr

AlDyra StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang