23

1.8K 134 21
                                    


   Pagi ini Dyra berdiri di depan cermin memakai seragam yang kesempitan, karena perutnya kian membesar. Membuat Dyra bingung bagaimana cara menyembunyikannya.

"Kenapa?" tanya Alga dengan handuk yang masih melilit pinggangnya, bingung melihat Dyra bercermin membolak-balikan badannya.

Dyra langsung menutup matanya, "Alga pakai baju."

"Gue lagi ngambil baju, lo kenapa?"

"Pakai baju dulu sana."

Daripada berdebat panjang Alga mengambil seragam yang disiapkan Dyra di kasur, lalu memakainya.

    Ketika sarapan Alga bingung melihat Dyra yang memakai baju rumah, sedangkan hari ini tidak libur.
"Lo sakit? Kenapa gak sekolah?"

Dyra berdiri dengan cemberut seraya mengusap perutnya yang mulai membesar. Alga mendekati Dyra, meletakan daun telinganya ke perut Dyra. "Katanya pengen keluar cepet," ucap Alga dengan wajah serius mengatakan kebohongan.

"Masa sih, kan baru 4 bulan?"

Alga tertawa melihat kepolosan Dyra, "Enggak gue bohong."

Dyra berdecak, "Ayok cepat sarapan nanti telat."

"Lo yakin gak sekolah?"

"Baju aku kekecilan, terus perut aku udah mulai besar. Gimana cara nutupinnya?"

"Yaudah hari ini gue beliin baju yang ukurannya agak besar, masalah perut lo bisa pakai sweater selama di sekolah."

"Tapikan di larang sekolah."

"Nanti gue minta izin dulu."

"Iya makasih, aku hari ini mau izin ke makam keluarga aku," ungkap Dyra.

Alga menghentikan makannya menatap Dyra, ia memang sudah menikahi Dyra, tetapi ia tidak tahu seluk beluk keluarga Dyra. "Gue ikut," balas Alga.

"Gak perlu Al, kamu juga nanti ada rapatkan di kantor," sergah Dyra.

"Kan bisa pagi ini."

"Kamu jangan bolos mulu, anak aku gak mau punya papa bodoh," kata Dyra.

"Papa atau suami nih," goda Alga, membuat Dyra bersemu.

"Alga udah mau bel, kamu gak ke sekolah?" balas Dyra mengalihkan pembicaraan.

Alga terkekeh, "Iya gue berangkat dulu, bye."
Dyra mengangguk melihat kepergian Alga.

    Setelah membereskan apartemen, Dyra bersiap untuk pergi ke makam orang tuanya.

Mobil taxi yang Dyra gunakan sudah sampai di tujuan TPU. Setelah membayar Dyra masuk dengan sekeranjang bunga.

Hari ini adalah hari dimana peringatan meninggalnya mama Dyra.
Dyra berjongkok seraya mengusap nisan Mamanya. "I miss You Ma," ucap Dyra.
Sebenarnya dia ingin membawa Alga, tapi diurungkan. Karena takut siapa sebenarnya Dyra terbongkar.

Setelah berdoa Dyra menaburkan bunga yang ia bawa tadi, "Ma, maafin Dyra. Sebenarnya Dyra udah—."

"Dyra...," panggil seseorang membuat Dyra berbalik melihatnya.

"Hai, Galen. Kamu ngapain?"

"Sorry gue ganggu, lo tadi lanjutin aja ngomongnya," balas Galen.

Dyra bernafas lega karena Galen tidak mendengarkan lebih ucapannya. "Gak kok, aku gak mau ngomong apa-apa."

"Kok lo gugup sih?" Galen melihat gerak-gerik Dyra yang terlihat gugup.

Dyra tersenyum kaku, "Aku takut aja sih, aku kira kamu hantu."

Galen terkekeh, "Lo kali yang hantu."

"Aku bukan hantu Galen." Dyra melangkahkan kakinya keluar area pemakaman.

"Masa sih Ra, kok lo ngehantuin hati dan pikiran gue," ucap Galen menggenggam tangan Dyra.

Dyra menggeleng lalu mendorong pelan dada Galen, "Ada-ada aja kamu Gal, aku mau pulang dulu."

"Dyra..." Galen menarik tangan Dyra yang sudah ingin memasuki taxi yang disinggahkan, "...lo bisa pulang ke rumah lo, dan hidup lebih baik dari dulu dengan syarat nikah sama gue," ungkap Galen.

Dyra agak terkejut dengan penuturan Galen, mungkin ia sangat ingin kembali ke rumahnya, tapi tidak untuk menikah bersama Galen. Ia melepaskan tangan Galen, "Maaf Gal, aku gak bisa. Aku pulang dulu," ujar Dyra.

Galen terkekeh melihat takdir yang seakan tidak berpihak padanya.
"Dyra... Dyra, kenapa sih lo suka menyulitkan diri sendiri, bahkan lo juga menyulitkan gue buat lupain lo," kata Galen melihat kepergian taxi yang ditumpangi Dyra.

****
Jangan lupa votte & comen yaa...

Follow juga akun author

putriafrillaa_

&

triputriihldsr


AlDyra StoryOnde histórias criam vida. Descubra agora