09

1.9K 118 0
                                    


"Hoek...hoekkk.. Hoeekkk." Dyra sudah bangun sepagi ini karena tiba-tiba muntah. Ia memijat peningnya terasa sakit.

"Hoek... Hoeekkk." lagi-lagi Dyra muntah. Ia bercermin di wastafel kamar mandinya, terlihat wajah pucat dengan keringat bercucuran. Ia segera mandi, agar tidak terlambat ke sekolah.

Sesampai di sekolah Dyra berjalan pelan karena tubuhnya tidak enak. Setelah berada di kelas Dyra duduk di bangkunya mengeluarkan minyak kayu putih dari tas.

Reva yang baru memasuki kelas terkejut dengan wajah Dyra seperti zombie. "Ra lo kenapa?"  ucap Reva khawatir, ia mengecek suhu tubuh Dyra, hangat.

"Nggak tau Rev, aku rasanya lames terus tadi pagi juga muntah-muntah," keluh Dyra.

"Lo sakit ya, mending ke UKS dari pada di kelas ribut."

"Emm nanti kamu izinin ya sama guru," pinta Dyra. Ia lebih baik di UKS dari pada terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Oke siap." Reva memapah Dyra ke UKS.

"Lo udah makan Ra?"

"Aku kalau lihat nasi pengen muntah, jadi gak nafsu," jawab Dyra.

"Kayak tante gue aja lo, lihat nasi segala muntah," kata Reva.

"Emang tante kamu kenapa?" tanya Dyra.

"Yaa tante gue hamil anak kedua, jadi nambah deh keponakan gue," kekeh Reva.

Seolah napas Dyra tercekat pikirannya melayang ke jadian itu. "Hemm."

Reva membantu Dyra merebahkan tubuhnya dibrankar UKS. "Kalau lo butuh apa-apa bilang sama gue, bisa chat atau telpon," ucap Reva seraya menirukan gaya menelpon.

"Iya Rev, makasih."

"Nanti gue bawaiin susu hangat buat, tapi orang lain yang nganter. Dah dulu ya Ra," pamit Reva meeninggalkan Dyra ke kelas.

Dyra menatap langit-langit ruang UKS. Setetes air bening keluar dari matanya.

"Gak mungkin," gumamnya.

Dokter penjaga UKS datang dengan seorang siswa. "Kamu ini Al, ngapain pagi-pagi udah berantem," omel Dokter Putri.

"Biasa Dok, cowok," balasnya.

"Masalahnya saya mau rapat Al."

"Sebentar Dok."

Dokter Putri melihat keberadaan Dyra di brankar. "Nah saya minta tolong Dyra aja ya, buat obatin kamu."

Alga terdiam tidak menolak atau mengiyakan, ia lebih butuh pertolongan.
"Ada apa Dok?" tanya Dyra.

"Kamu sakit Ra?" tanya Dokter.

"Enggak Dok, cuma pusing aja," jawab Dyra.

"Kalau gitu, bisa bantu saya obatin muka si Alga," pinta Dokter Putri.

Dyra melihat Alga yang sibuk dengan ponselnya. "Nih obatnya." Dokter Putri menyerahkan kotak P3K ke pangkuan Dyra. Lalu bergegas pergi menuju rapat.

Suasana di ruang UKS sangat canggung, hawa diam di antara mereka membuat semuanya terdengar sunyi.

"Sampai Kapan mau berdiri di sana?" ucapan Dyra memecah keheningan tercipta.

Alga menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal. "hmm."

Dyra menepuk tempat di sebelahnya memberi tahu agar Alga duduk di sampingnya. Alga hanya menurut arahan Dyra.

Mereka duduk berhadapan. Perhatian Alga tak jauh dari bagaimana Dyra menyapukan kapas yang telah di beri obat ke wajah Alga.

Keheningan di antara mereka tidak pecah sampai akhirnya Dyra selesai mengobati luka di wajahnya.

"Dyra lo–."

"Sama-sama," balas Dyra memotong perkataan Alga.

"Dyra, gue...gue mau tanggung jawab," ucap Alga.

"Gak perlu Al, aku gak hamil. Dan gak akan hamil," bentak Dyra.

Keadaan UKS sunyi karena pembelajaran di kelas berlangsung. Jadi tidak ada orang yang berlalu lalang.

"Pergi," usir Dyra menunjuk pintu keluar.
"Pergi Al," ujarnya lagi.

Alga mengehla napas pasrah. Lalu pergi meninggalkan Dyra yang menangis.

Mood Alga sedang buruk sekarang dia memarahi semua orang di kelas yang mengusik telinganya. "kalian bisa diam gak sih." Alga marah-marah sendirian tidak jelas.

"kenapa tu si Alga," bisik Bisma.

"Pms kali," balas Galen.

"Jangan ngadi-ngadi lo," ujar Bisma menepuk bahu Galen tertawa.

"Ganteng lo," balas Galen tak mau kalah.

"Iya ganteng, iri bilang bos," ucap Bisma.

"Cabut," ucap Alga mengajak kedua temannya.

"Kemana Al?" tanya Galen.

"Kantin," balasnya.

Alga dan Galen pergi ke kantin. Sedangkan Bisma masih asyik dengan hpnya. "eh sahabat gue mana?" tanya Bisma kepada penghuni kelas. Berarti sejak tadi dia berbicara sendirian. "Teman asu," ucap Bisma menyusul mereka ke kantin.

Sesampai di kantin Bisma terkejut seisi meja penuh dengan makanan. "Wiih makan gratis nih," seru Bisma.

"Jangan dipengang kalau mau tangan lo masih utuh," ucap Alga garang.

"Galak amat sahabat, segini banyak emang ini semua lo pesen," ucap Bisma memperhatikan makanan tersaji di meja.

"Iyalah, kalau mau makan pergi sana beli sendiri." suruh Alga. Bisma mendengus kesal lalu pergi ke stand yang tersedia di kantin.

"Lo kelaparan atau rakus sih," ucap Galen melihat Alga yang melahap makanan di atas meja dengan nikmat. Sedangkan orang-orang di kantin melirik meja mereka cengo.

"Ebusyeeeett nih anak makan kek kesetanaan," ucap Bisma membawa nampan berisi bakso dan minumannya. Ia geleng-geleng melihat Alga makan.

Reva menghentikan langkahnya ketika lewat di meja Alga. "Istifar lo," ucap Reva.

Alga melirik sekilas ke arah Reva dan orang yang di sampingnya. Selanjutnya ia meneruskan makan tidak menghiraukan orang yang di sekitanya menatap aneh.

"Ayok Dyra, kita makan," ajak Reva. Dyra hanya mengangguk setuju.

Setelah sepulang sekolah Dyra mengurung dirinya di kamar sambil memikirkan bagaimana jika dia hamil. Beberapa alat tes kehamilan dibelinya sepulang sekolah tadi. Dyra tampak ragu untuk memakai tespack tersebut.

Dyra mengehembuskan napasnya. "Oke gak papa, aku cuma masuk angin," ucapnya meyakinkan diri.

Setelah masuk wc Dyra menunggu beberapa saat. Di testpack tergambar dua garis merah dengan arti positif hamil. Lagi-lagi Dyra berpikir postif bahwa ada kesalahan di testpackknya.

"Ini pasti negatif," ucapnya yakin ketika menggunakan testpack kesekian kalinya.

Dyra membeku semua testpack yang ia gunakan tidak ada bertanda negatif. "Gak mungkin," pikirnya. Setelah itu ia luruh dengan tangis yang pecah. "Maafin Dyra bunda ayah, pasti kalian kecewa," lirihnya.

"Hoek...hoek.. Hoekk." Dyra kembali muntah dengan cepat ia pergi ke wastafel.

Dyra mengusap perutnya yang masih rata. "Gimana ini," ucapnya.

****
Jangan lupa votte & komen ya..

Follow juga akun authdor

putriafrillaa_

&

triputriihldsr

AlDyra StoryUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum