12

1.9K 121 0
                                    


Sesampai di rumah Reva masuk kamarnya dengan nampan berisi bubur dan susu yang ia beli. Ia melihat Dyra yang sudah sadar matanya menerawang langit-langit kamar Reva.

"Dyra, lo udah bangun. Makan dulu ya," ucap Reva mencoba seperti biasa. Ia menahan semua pertanyaan, biar Dyra bercerita semuanya.

Dyra tersenyum tipis, ia bangun duduk bersandar di ranjang. "sini aku makan sendiri."

Reva menggeleng, ia meletakan susu di nakas dan nampan yang berisi semangkok bubur di pangkuannya. "gue mau nyuapin lo."

Dyra terkekeh, ia tersenyum mengiyakan lagi pula tubuhnya terlalu lemah.
"Aaaaaa..." Reva menyuapkan bubur ke mulut Dyra sedikit demi sedikit.

"Terimakasih Reva," ucap Dyra.

Reva tersenyum getir mengingat kebenaran bahwa Dyra sekarang dalam masalah besar. Siapa ayah dari anak tersebut muncul dipikiran Reva.

"Ra, lo taukan kita kayak saudara?" kata Reva.

Dyra mengangguk.

"Kita udah lama bertemanan, setiap gue ada masalah, lo adalah orang pertama yang tau. Tempat keluh kesah gue. Tempat gue bersandar. Bahkan lo adalah orang yang gue sayang setelah Papa," ucap Reva.

Setets air mata Dyra menetes, ia belum siap menceritakan semuanya ke Reva.
"Gue tau kok Dyra, lo belum siap bercerita," sahut Reva cepat ketika melihat wajah Dyra yang frustasi.

"Lo gak sendiri Ra, lo ada gue. Gue akan ada apapun keadaan lo, asalkan jangan pergi Ra," ucap Reva tulus. Ia sangat ingin menangis tapi tertahan masih banyak perkataan yang harus diucapkan.

"Gue tau kok Ra, lo-." ucapa Reva terhenti ketika melihat Dyra menangis segugukan. Dengan cepat Reva meletakan nampan di nakas memeluk erat Dyra.

"Reva, aku gak tau harus gimana. Aku malu Rev, aku jijik dengan diriku sendiri....hiks..hiks aku udah ngecewain banyak orang," lirih Dyra.

"Aku hamil," gumam Dyra dalam pelukan Reva.

Reva yang mendengarnya samar, ikut meneteskn air mata. Siapa yang telah melakukannya pada sahabatnya, dekat dengan laki-laki saja Dyra jarang. Apalagi pacaran.

Reva melepaskan pelukannya, memegang kedua pipi Dyra agar menatapnya. "siapa ayah dari anak itu?" tanya Reva dengan nada dingin.

Dyra menunduk tidak berani menatap Reva, bahkan mulutnya seakan terkantup rapat, ia tidak bisa mengatakan siapa ayah dari anak dalam kandungannya.

Dyra menggelengkan kepalanya.

"Siapa Ra?" Reva bertanya emosi melihat Dyra yang seakan bisu ketika ditanya siapa ayah anak dari kandungannya.

"Oke fine, lo nggak kasih tau gue gak papa. Tapi inget Ra lo jangan pernah berpikir untuk gugurin kandungan lo..."
Reva menghela napas pasrah. "...Lo mau anak lo tumbuh tanpa sosok seorang ayah?"

Dyra terdiam dengan pertanyaan Reva, isakannya mereda. Ia mendongkak melihat Reva dengan tatapan getir. "Gue tau Ra, lo kaya. Tapi lo gak bisa beli kasih sayang buat anak lo. Lo lihat keadaan gue Ra."

"Gue hidup tanpa ibu, lihat hidup lo juga tanpa orang tua, gimana Ra perasaannya. Sepi kan?" Reva membujuk agar Dyra memberitahu orang yang telah melakukam itu.

"Siapa Ra?" tanya Reva lagi.

Bibir Dyra bergetar, ia kesusahan menyebutkan nama seseorang.

"Gua akan merahasiakan semuanya Ra, gue janji."

"Tapi orang itu harus mengetahui keadaan lo," sambung Reva dalam hati.

Dyra mengangguk ia mengucapkan nama seseorang. Membuat Reva menggertakan giginya menahan amarah.

"Aku mohon Rev, jangan beritahu dia." mohon Dyra.

Reva mengangguk, lalu melanjutkan menyuapi Dyra yang sempat tertunda tadi.

****

Jangan lupa votte & komen yaa..

Follow juga akun authdor

putriafrillaa_

&

triputriihldsr

AlDyra StoryWhere stories live. Discover now