Part 4

5.4K 229 0
                                    


Nindy berlari ke bagian umum, menanyakan kalender kegiatan tahun ini. Dilanjutkan ke bagian pemantauan untuk memastikan tidak ada kegiatan yang terlewat diadakan. Perutnya berbunyi karena melewatkan sarapan nasi goreng yang dibuatkan ibu di rumah tadi. Nindy menghela napas panjang, mengutuk tindakan bos barunya yang seenaknya itu, membuatnya harus menahan lebih lama perasaan lapar yang menderanya.

Masuk ke ruangan, teman-temannya tengah berkerumun di depan salah satu komputer temannya. Nindy yang penasaran, ikut berbaris di belakang mereka sambil mencuri lihat.

Ternyata mereka sedang mencari informasi tentang Pak Malik, dari mana bos barunya itu berasal dan hal lainnya yang bisa mereka temui di data pegawai. Pak Malik ternyata merupakan pegawai yang dipromosikan karena telah sukses mengharumkan nama organisasinya dengan menciptakan design pembelajaran baru yang memperoleh apresiasi tinggi dari segenap jajaran petinggi di organisasinya. Nindy hanya bisa membelalakkan mata. Bagaimana bisa orang setenar ini tak pernah terdengar gaungnya di kantor mereka. Wajar saja, Nindy bekerja di unit vertikal daerah yang biasanya memang memperoleh sedikiti sekali informasi tentang hal yang terjadi di kantor pusat.

Tinggal satu jam lagi sebelum istirahat siang, Nindy semakin mempercepat gerak jarinya menekan tiap tombol di keyboardnya. Dahinya berkeringat dan jantungnya semakin berdetak cepat membayangkan apa yang akan terjadi apabila laporan ini tidak bisa selesai tepat waktu. Si perfeksionis itu pasti akan menelannya bulat-bulat. Kariernya bisa tersendat.

Lima menit menjelang pukul 12 siang, Nindy telah selesai mencetak laporannya dan bergegas berlari menuju ruang Pak Malik. Ketika diintip dari luar, ternyata bos barunya itu sedang tak berada di ruangan. Nindy sekonyong-konyong membuka pintu ruangan dan meletakkan laporan yang sudah dibuatnya tadi di atas meja. Baru saja membuka pintu dan hendak keluar ruangan, Nindy nyaris menabrak...
"Pak... Pak Malik," ucap Nindy tergopoh-gopoh nyaris saja bertabrakan dengan bosnya itu.

"Bisa-bisanya kau masuk tanpa mengetuk pintu," ucap Pak Malik sinis sambil melanjutkan langkahnya masuk ruangannya dan membuat Nindy menepi jauh dari pintu.

"Maaf, Pak tadi saya lihat tidak ada orang di dalam," bela Nindy.

"Kau mengintip?" Pak Malik menatapnya tajam.

"Eh, bukan begitu, Pak.."

"Diam, kamu! Keluar segera!" Pak Malik menghardiknya begitu keras. Rasa takut berubah menjadi amarah sampai ke ubun-ubun.

Nindy mengepalkan tangan berharap bisa menahan emosinya. Kesabarannya hari ini benar-benar dikkuras habis.

Dengan marah, Nindy melangkah keluar tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.

Bos Baru KamiWhere stories live. Discover now