Part 42

2.7K 130 0
                                    

Mereka telah tiba di ruang makan. Nindy memindai keberadaan Ilman dan melihatnya duduk bersama seorang teman. Nindy mendekatinya. Ketika kemudian Nindy duduk di sebelah Ilman, Pak Malik sudah tak terlihat.

Sehabis makan malam, acara bebas diadakan. Mereka semua menuju ruang pertemuan besar di mana panitia sudah mempersiapkan pementasan drama kecil-kecilan di mana pemerannya adalah teman-teman Nindy sendiri. Nindy tidak ikut karena merasa belum terlalu percaya diri melakukannya. Ilman sudah bersiap di belakang panggung tentu saja. Laki-laki itu tak pernah ketinggalan mengikuti momen tampil seperti ini. 

Nindy duduk di bagian belakang, menyendiri karena beberapa temannya sudah duduk dengan teman-teman mereka lainnya di sisi depan. Nindy sedang tak ingin merepotkan diri berbasa-basi dengan teman-teman yang belum terlalu dikenalnya. Perempuan itu hanya ingin sendiri dan fokus menyaksikan pertunjukan Ilman dan teman-teman lain yang sebentar lagi akan dimulai.

Lampu di aula mulai dimatikan, layar di depan panggung menyala terang karena lampu sorot yang telah dihidupkan. Nindy membuka tutup botol dan meneguknya, mengangkat kaki dan menyilangkannya di atas kursi. Nindy menangkap sosok gelap duduk di sebelahnya. Nindy ingin sekali untuk tidak peduli. Berpura-pura hanya fokus pada apa yang dilihatnya di depan tetapi penasaran menghantuinya. Dari ekor matanya, Nindy mencoba mencari tau siapa teman di sebelahnya itu. Orang itu sama sekali tidak menyapa atau mengeluarkan suara, hanya duduk diam dan matanya memperhatikan ke arah panggung.

Sosok di sebelahnya menggunakan kacamata. Nindy mulai menerka-nerka. Acara sudah dimulai, Nindy masih sibuk dengan pemikirannya sendiri.

"Sebaiknya kamu fokus memperhatikan penampilan pacarmu alih-alih mencari tau siapa yang duduk di sebelahmu," Nindy tau siapa yang bicara.

Segera dihadapkannya kembali wajahnya ke depan, perkataan laki-laki tadi mengganggu egonya. Nindy ketauan memperhatikan.

"Dari semua kursi yang masih kosong mengapa harus berada di sini," Nindy mulai berani berkata tidak sopan dengan atasannya. Perempuan itu sama sekali tidak menoleh ketika berbicara.

"Apakah ini kursi pacarmu?" Perkataan yang sudah mulai membuat kesal. 

"Apa peduli, Bapak?" Nindy tak mau kalah.

Bos Baru KamiWhere stories live. Discover now