Part 27

3.3K 192 1
                                    

"Belum selesai juga?" Pak Malik mencecar Nindy.

Belum sempat perempuan itu menjawab, Pak Malik kembali melontarkan komentar pedas.

"Beginilah kalau lebih mementingkan kehidupan pribadi," tambah Pak Malik. 

Laki-laki itu bersandar pada dinding sambil melihat ke arah Nindy. Nindy yang kesal menekan tuts keyboardnya semakin keras. Diperhatikan seperti itu membuatnya sering salah mengetik, menambah waktu yang digunakannya untuk menyelesaikan koreksi laporan.

Nindy hanya diam, berusaha tetap berkonsentrasi dengan layar di depannya. Sesekali Nindy melirik hasil cetakan pertamanya yang sudah dipenuhi coretan koreksi Pak Malik. Nindy sama sekali tidak mempedulikan laki-laki sombong itu.

"Ke mana larinya keberanian bicaramu tadi pagi?" kata-kata Pak Malik yang makin lama makin tidak enak didengar.

Nindy mulai mencetak hasil laporannya, sengaja tidak menggubris bosnya. Nindy menyerahkan hasil laporan yang baru saja dicetak tadi kepada Pak Malik.

"Kamu belum menjawab pertanyaan saya?" Pak Malik melontarkan kata-kata itu sembari menerima notulensi yang sudah diedit Nindy.

Nindy mengangkat wajahnya, menatap sepasang mata itu dengan memberanikan diri. Perempuan itu tak bicara kali ini, bukan, bukan karena Nindy seorang pengecut. Dia hanya tak ingin mengakhiri hari ini dengan perdebatan tak berkesudahan. Seandainya laki-laki di hadapannya ini sedikit saja bisa berkata lebih baik, Nindy yakin kalau dia pasti akan menyukainya. Meskipun tidak mungkin menyukai atasan sendiri. Apa kata dunia?

Cukup lama kedua pasang mata itu bertatapan. Laki-laki di hadapannya ini seolah menunggu Nindy meresponnya tetapi Nindy tak jua melakukannya. Pertahanan Nindy lebih kuat kali ini. 

"Baiklah, saya periksa kembali laporan kamu," ujarnya sembari melepaskan pandangan dari mata Nindy. 

Dalam hati, perempuan itu menarik napas lega. 

"Oke, sudah cukup," ujar Pak Malik, meraih pulpen di saku kemeja lengan pendek batiknya dan membubuhkan tanda tangan di laporan Nindy. 

"Sampaikan kepada Bapak," tambah Pak Malik dan menyerahkan laporan itu kepada Nindy.

Nindy mengangguk, masih tak mau mengeluarkan suara.

Pak Malik diam sejenak, kembali menatapnya untuk kemudian berlalu, meninggalkan Nindy yang menghela napas lega.

Pak Malik kemudian berbalik, "kau tak bisa selalu diam saja seperti ini, saya butuh ocehanmu,". Pak Malik kembali berbalik dan meninggalkan ruangan.


Bos Baru KamiWhere stories live. Discover now