Part 21

3.5K 185 0
                                    

"Apa maksud Bapak?" Nindy seolah tak percaya dengan yang baru saja didengarnya.

"Kamu sempat-sempatnya main hape saat rapat," Pak. Malik masih saja bicara tanpa memandang wajah Nindy. Padahal. mereka sedang berhenti karena lampu merah.

"Oh, karena itu," Nindy tak habis pikir ada yang meragukan loyalitas seorang Nindy hanya karena sebentar melihat ponselnya. Padahal aku sengaja melihat ponsel untuk mengalihkan perhatian dari laki-laki itu.

"Kalau Bapak meragukan loyalitas saya, tidak perlu mengajak saya meeting bersama," Nindy dingkol dengan sikap bosnya itu. Mereka selalu saja cekcok tetapi kenapa harus dia yang selalu diajak rapat di luar.

Nindy memberengutkan wajahnya. Aku tak mungkin menyukai laki-laki seperti ini. Sebelumnya sungguh kesalahan besar.

Mereka tiba di parkiran, Nindy keluar mobil dan membanting pintunya dengan keras.

Sungguh salah, sungguh salah. Nindy setengah berlari kembali ke ruangannya.

Nindy hanya tersenyum ketika seorang teman menyapanya. Perempuan itu sedang tak ingin diganggu, perasaannya sedang kacau. Dan lagi-lagi, bos barunya yang pandai sekali berbuat itu padanya.

Baru beberapa menit duduk di kursi dan memasang headset di telinganya, Pak Malik masuk ruangan, matanya seolah berputar memperhatikan satu per satu bawahannya. Nindy hanya melihat sekilas dari ekor matanya, mengacuhkannya.

Tengah mengetik notulensi hasil rapat  tadi, seseorang mendekatinya. Nindy sepertinya mendengar orang itu berbicara, sesaat Nindy tak memperdulikannya, perempuan itu sungguh tak sedang ingin diganggu. Bagai macan yang sedang marah, terusik sedikit saja dia bisa menggigit.

Toktok..

Sebuah tangan mengetuk atas mejanya, tepat di antara kedua tangannya yang sedang mengetik.

Nindy mengangkat mukanya. Wajah Pak Malik berada di sebelahnya, mata mereka saling bertatapan.

Bos Baru Kamiजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें