Part 9

4K 213 1
                                    

"Bisa-bisanya terlambat?" Pak Malik langsung menerornya ketika baru saja Nindy masuk.

Tak ada orang lain di mobil itu, hanya mereka berdua.

Nindy tak tau apa yang berhak ditanyakannya. Pikirannya penuh oleh tanda tanya tetapi bibirnya tak berani membuka. Perempuan itu bahkan tak menyiapkan apapun. Block note dan pulpen apalagi. Karena terburu-buru, hanya ponsel yang sempat dimasukkannya ke dalam tas.

"Kamu tau untuk apa kita ke sana?" Pak Malik bertanya tanpa sekalipun memalingkan muka pada Nindy.

Nindy harus berpikir dahulu sebelum menjawab. Teman-temannya di ruangan tidak ada yang membahas tentang BPS selama ini. Apakah mereka akan melakukan kerja sama atau baru sounding memperkenalkan kegiatan kantor mereka?

Nindy sibuk dengan pikirannya sendiri sampai lupa apabila ada pertanyaan yang harus dijawabnya.

Tintinnn...

Nindy kaget. Langsung tersadar dari lamunan dan melongok ke depan. Jalanan kosong, lalu untuk apa membunyikan klakson?

Nindy mengalihkan pandangan pada laki-laki di sebelah kanannya. Mata bosnya itu tetap tak beralih dari jalanan di depan mereka. Nindy mencoba memahami maksud bosnya tadi.

Mobil yang dikendarai Pak Malik sampai di BPS. Nindy turun mengikuti bosnya, mengekor kemanapun bosnya itu melangkah. Sampai kemudian langkah Nindy terhenti, Pak Malik masuk ke toilet pria.

Bosnya itu sama sekali tak bicara. Nindy penasaran apa yang salah. Kediamannya membuat Nindy serba salah. Alih-alih bertanya tujuan mereka ke sini, tak ditinggalkan sendirian di kantor yang sama sekali tak dikenalnya ini saja sudah untung.

Nindy menunggu Pak Malik sambil membuka ponsel, melihat chat online yang sedari tadi tak henti bergetar.

Pak Malik keluar tanpa menoleh pada Nindy apalagi bicara. Nindy kembali mengikutinya dalam diam.

Pak Malik menuju sebuah ruangan dan menyebutkan jabatan seseorang yang akan ditemuinya. Nindy tak mengenal orang yang berada di depannya saat ini. Kini mereka sedang duduk di sebuah ruang rapat kecil dan Nindy memilih duduk di sebelah bosnya.

Setelah obrolan ngalur ngidul pembuka kegiatan tiba-tiba saja Pak Malik meminta Nindy mempresentasikan kegiatan kantornya tahun ini kepada peserta rapat.

Nindy sontak terkejut. Dia tak menyiapkan ppt atau apapun juga. Matanya membelalak tak percaya pada apa yang diucapkan Pak Malik barusan.

"Nindy akan menginformasikan kegiatan kami tahun ini," ujar bos barunya itu sekonyong-konyong tanpa memandang Nindy.

Hanya ada satu Nindy di ruangan itu. Nindy tak mungkin mengelak tetapi apa yang harus dilakukannya?

Bos Baru KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang