Part 26

3.3K 166 0
                                    

Nindy dan Ilman berjalan bersama masuk ke gedung kantor mereka.

"Aku kelupaan titip makan siang," Nindy menoleh ke sumber suara. Rio sedang duduk di sofa lobi bersama Pak Malik.

"Maaf aku kelupaan menginfokan menu makan siangnya, Rio," Nindy merasa bersalah pada temannya.

"Ah, kalian terlalu asyik berkencan," Rio bicara sekonyong-konyong. Nindy memerah, Ilman tersenyum-senyum.

Pak Malik di sebelah Rio sedari tadi tak bicara. Matanya tampak fokus membaca koran yang sedang dipegangnya.

Nindy melanjutkan langkahnya menuju ruangan, meninggalkan Ilman yang mengobrol dengan Rio di lobi.

Hampir jam lima sore ketika ponsel Nindy berdering. Pak Malik?

"Iya, Pak?" tanya Nindy tak tau mengapa bosnya menelepon di mendekati jam pulang.

"Notulensimu ada beberapa koreksi, ke ruangan saya," suara Pak Malik terdengar jelas. Nindy benci karena ternyata merasa senang dihubungi bosnya. Beberapa jam lalu padahal perempuan itu nyaris mengutuk laki-laki yang baru saja menghubunginya itu.

Nindy ke ruangan Pak Malik, sengaja membiarkan pintu ruangan itu terbuka untuk mengingatkannya agar tidak berlama-lama di sana. Nindy ingin segera pulang.

"Koreksi laporan ini," ucap Pak Malik pada Nindy. Perempuan itu memperhatikan rasa lelah yang tergambar dibalik kacamata tebal bosnya. Nindy tak mau mengakuinya tetapi dia prihatin dengan Pak Malik. Ingin rasanya menanyakan apa yang meresahkan pikiran bos barunya itu. Pasti tak mudah harus mempelajari pekerjaan di kantor ini dalam waktu singkat. Bukan urusanku.

"Boleh besok, Pak?" tanya Nindy. Dia akan terlambat jika mengerjakannya sekarang. Meskipun sering datang terlambat, Nindy pantang pulang telat.

"Sekarang," suara bosnya meninggi. Hal yang tidak disukai Nindy. Membuatnya terintimadasi untuk melakukan hal yang sama.

Sekarang ya sekarang. Nindy menahan diri untuk berdebat.

Nindy keluar ruangan sambil menggerutu dalam hati. Semakin cepat diselesaikan semakin cepat bisa pulang.

Nindy menghidupkan kembali komputer yang sudah dimatikannya. Ruangan sudah kosong, teman-temannya sudah pulang.

Sedang mengedit laporan yang sudah ditandai Pak Malik, bosnya itu tiba-tiba masuk ruangan. Hanya ada mereka berdua berarti. Mau apalagi?

Bos Baru KamiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon