Part 44

2.8K 126 0
                                    

Nindy takjub pada pemandangan yang tersaji sepanjang jalan yang ditempuhnya. Belum banyak orang yang ditemuinya sepagi itu. Ada beberapa teman kantor yang ditemui Nindy sedang berfoto di sekitar taman bunga. Nindy tersenyum melihat mereka. Nindy pun berniat untuk mendokumentasikan pemandangan yang dilihatnya. 

Apalagi yang bisa mengganggu pagi harinya yang indah itu selain pertemuan dengan bosnya. Pak Malik dan Nindy berpapasan dan mereka berhadap-hadapan. Nindy yang sedang berjalan santai tak tau harus seperti apa bersikap. Laki-laki yang melangkah semakin dekat ke arahnya itu selalu berhasil membuat mood-nya buruk. Ingin rasanya tersenyum tetapi bibirnya tak sanggup diajak berdusta.

Keduanya berpapasan dalam diam. Pak Malik menggunakan topi dan earphone yang terpasang di telinganya. Bosnya itu sama sekali tak menoleh padanya. Nindy kecewa, sesungguhnya kecewa karena tidak diperhatikan.

Keringat bercucuran dan hari mulai panas. Nindy memutuskan kembali ke kamar, beristirahat sebentar, dan mandi untuk kemudian keluar mencari sarapan. Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Nindy sedang sendirian di kamar karena teman sekamarnya sudah terlebih dahulu sarapan. Penasaran, Nindy mengintip dari balik tirai siapa yang mengetuk pintu kamarnya di pagi hari ini.

Pak Malik?

Nindy segera menutup tirai kamarnya. Pertanyaan berkelana dalam benaknya. Apa yang membuat Pak Malik mengetuk pintu kamarnya sepagi ini? Apakah karena ada urusan dengan teman sekamarnya? Apakah bosnya itu tau kalau Nindy berada di kamar ini?

Amarah dan rasa kesalnya pada laki-laki itu mengalahkan segalanya. Rasa penasaran tak lagi diindahkan Nindy. Nindy berbalik dan menjauh dari pintu kamar, membiarkannya tetap tertutup, dan masuk ke kamar mandi.

Ketika selesai mandi, Nindy sudah tidak lagi mendengar suara ketukan dari luar. Pelan Nindy berjinjit menuju jendela di dekat pintu dan kembali mengintip lewat celah tirai. Tidak ada orang di depan pintunya, bosnya itu pasti sudah pergi. Dalam hati Nindy menarik napas lega. Dia sudah tak mau ambil pusing dengan apa yang dilakukan dan dikatakan Pak Malik. Semakin dipikirkan hanya membuatnya tambah tak senang.

Nindy tiba di ruang makan dan pasang mata yang pertama kali dilihatnya adalah milik bosnya, Pak Malik sedang duduk di dekat pintu dengan sepiring sarapan di depannya dan menatap tajam pada Nindy. Nindy tau apa yang akan terjadi kalau hal ini berlangsung di ruang Pak Malik dan hanya ada mereka berdua. Api kemarahan di mata laki-laki itu tak lain hanya akan mengakibatkan petaka bagi Nindy. Tak lebih.

Bos Baru KamiWhere stories live. Discover now