03. Day Dream

4.2K 502 54
                                    





"Bagaimana jika akulah yang menyesal nanti?"

- Lee Haechan








"Kau tak punya mata?!" Seru seorang pria berkulit Tan pada Huang Renjun yang tak sengaja menabraknya setelah ia keluar dari perpustakaan.

"Ma-maaf, aku tak sengaja." Renjun berucap gagap. Orang itu membuatnya takut meski Lee Haechan lebih menakutkan. Kepalanya menunduk sedangkan tangannya mencengkram erat buku yang ia bawa.

"Apa orang China selalu tak sengaja jika menabrak orang?" Bentakkan serta sindiran dari mulut pria itu benar-benar membuat kepalanya pening. Airmatanya siap lolos kapan saja, tapi Renjun dengan segenap jiwa menahannya.

Hingga akhirnya bias suara asing menyapa keduanya. Dengan kedua tangan dimasukkan kedalam celana, ia mendekati Huang Renjun dan Kim Mingyu.

"Santai bung. Dia memang tidak sengaja, kenapa membawa negaranya, ini bukan kasus penbunuhan." Ucap sarkas Lee Jeno setelah sampai dihadapan Kim Mingyu. Ia menatap sinis tepat dikedua mata pria yang lebih tinggi darinya itu. Mingyu menaikkan sebelah alisnya kemudian bersuara, "Aku tidak sedang bicara denganmu, Lee keparat Jeno."

Saat keduanya tengah beradu pandang, Haechan dengan sopannya menyenggol tubuh mungil Renjun lalu melewatinya, "Aku sengaja." Setelah melakukan itu, ia menepuk punggung Lee Jeno mengisyaratkan bahwa ia akan menunggu.

Lee Jeno tersenyum tipis pada Kim Mingyu, lalu melipat kedua lengan kekarnya didepan dada. "Siapa yang lebih keparat, Aku atau kau yang meniduri jalang malam itu?" Mingyu melebarkan matanya, tak percaya apa yang Jeno katakan barusan.

Sedangkan para mahasiswa yang tengah menonton mereka mulai berbisik tentang Kim Mingyu. "Kau!" Serunya diiringi tarikan pada kerah jaket milik Jeno, "Bajingan!"

Baru saja Mingyu hendak meninju wajah tampannya namun tangan mungil menahannya dengan cepat, "Kim Mingyu, jangan! Staff kampus akan tahu soal ini."

Mingyu yang serasa harga dirinya dijatuhkan begitu saja dihadapan mahasiswa lain hanya mendengus kasar melepas kerah jaket pria bermarga Lee itu serta beranjak pergi. Jeno hanya menyeringai penuh kemenangan atas dirinya.

"Renjun!" Dengan setengah berlari, Felix berteriak menghampiri keduanya. "Ada apa? Kenapa? Kau baik-baik saja?" Tanyanya setelah sampai dihadapannya, raut wajah dan nada bicaranya terlihat begitu panik dan khawatir.

"Dia lebih dari baik. Hanya sedikit terkejut, mungkin." Lee Jeno-lah yang menjawab pertanyaan beruntun dari sahabat lama nya itu, diiringi pandangannya yang tak lepas dari wajah Felix.

"Aku tidak memintamu menjawab." Felix hanya berucap datar tanpa memandangnya.

"Aku pergi dulu. Lee Haechan sedang menungguku." Lee Jeno berpamitan pada keduanya kemudian menepuk pundak Renjun, "Hati-hati, Renjun." Ia tersenyum penuh rasa terimakasih padanya.

Lee Jeno pergi dan memang benar, Lee Haechan sedang menunggunya didepan tikungan kelas. Renjun melihat interaksi keduanya dimana Haechan menendang kaki Jeno membuatnya mengaduh kesakitan. Namun tak lama keduanya saling mengejar hingga hilang dari penglihatan Renjun. Felix benar, Lee Haechan yang terkesan dingin melebihi dinginnya puncak gunung di Merkurius hanya menunjukkan sikap hangatnya pada Lee Jeno. Dari interaksi tadi juga, Renjun melihat senyuman Haechan yangㅡ

[✔️HYUCKREN] Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang