22. Wei Ni Wen

754 87 1
                                    

"Cih, jika tak mengingat kau adik kandung Kaisar, aku tak sudi memberikan hormatku padamu. Bahkan aku lebih pantas di hormati dari pada dirimu. Kau tak lebih dari seorang jalang dari rumah bordil."

"Ni Wen jaga ucapanmu!"

"Kau dan ibumu itu sama saja, ibumu yang seorang penari yang dinikahi ayah, lalu di angkat menjadi permaisuri. Ibuku yang seorang tuan putri yang lebih pantas menjadi permaisuri."

"Maafkan aku Ni Wen aku harus kembali ke kediaman sekarang."

"Tunggu dulu! Aku belum selesai! ChuXi!" kesal Ni Wen menatap ChuXi yang akan melewatinya.

"Aku sudah memperingatkan padamu untuk menjaga ucapanmu di hadapanku! Aku bukan orang yang sabar lagi Ni Wen. Aku bukan ChuXi yang bisa kau tindas lagi!" Bisik ChuXi di telinga Ni Wen kemudian ia berlalu.

"Kenapa? Kau biasanya akan menangis, tapi sepertinya kau sudah cukup kebal dengan ucapanku. Apa yang bisa kau lakukan sekarang? Kau hanya sendirian tak bersama pelayanmu itu. Apa dia sedang melayani para prajurit? Atau kau yang akan pergi melayani prajurit? Kau sama saja seperti ibumu seorang jalang murahan yang berselingkuh dengan jenderal perang. Hahaha..."

"Aku sudah cukup bersabar. Tapi tidak kali ini." Aura dalam diri ChuXi berubah menjadi ungu pekat, membuat Ni Wen merasa sesak nafas. Posisi mereka yang berada di halaman belakang dan tanpa membawa pelayan masing-masing membuat ChuXi langsung menunjukkan amarahnya.

"Hah... A.. Apa yang bisa kau lakukan ha? Da.. Dasar jalang murahan!" ChuXi menunjukkan tatapan mata yang tajam, mendung datang di sertai gemuruh petir. Langit berubah menjadi hitam dan beberapa celah cahaya ungu bersinar pekat.

"Rarghh..." Sebuah suara terdengar dari Langit, surai indah ChuXi diterpa angin membuatnya terlihat menakutkan. Ni Wen tak dapat menggerakkan tubuhnya, dia terjatuh bersimpuh di tanah. Seekor naga keluar dari awan yang membentuk pusaran di langit, terbang berputar lalu berdiri di sebelah kiri ChuXi.

"Craaak..." Kini suara kicauan kematian dari seekor burung terdengar memekakkan telinga Ni Wen. Tubuhnya gemetaran di sertai datangnya seekor burung Phoenix dari neraka. Tak lama auman singa dan lolongan serigala terdengar dari belakang Ni Wen. Kemudian duduk di depan ChuXi menatap tajam ke arah Ni Wen.

"Siapa kau! Ke.. Kenapa hewan hewan ini muncul!!"

"Jika kau ingin tau siapa aku, ini lah aku yang sebenarnya."

"Kau iblis kau iblis!!!"

"Aku memang iblis yang haus darah. Sudah ku bilang jangan membuatku marah. Jadi biar aku tunjukkan siapa aku sebenarnya."

"Kau pasti bukan ChuXi, ChuXi yang payah itu tak mungkin sekuat dirimu."

"Tanyakan saja pada mereka. Liu bersaudara!!" Tiga pedang tiba-tiba menancap di samping ChuXi, lalu tiga orang datang dan mencabut pedang masing-masing.

"Salam tetua Wei Chu Xi."

"Mengapa kalian memberi hormat padanya." Ni Wen menatap remeh ke arah ChuXi, dan Liu Bersaudara.

"Siapa yang meragukan kekuatan mu ChuXi meimei, aku akan segera mencelupkannya ke neraka." Yan Yang berdiri menatap Ni Wen tajam.

"Katakan padanya bagaimana ia harus bersikap di hadapanku."

"Bersujudlah minta ampun pada ChuXi meimei sekarang." Teriak Yan Yang.

"Tidak akan, derajatku lebih tinggi dari jalang itu."

"Baiklah, setelah mereka tak mampu membuatmu melunak aku akan menggunakan cara ini." ChuXi berubah menjadi ibu dari Ni Wen, kemudian memeluk Ni Wen lembut.

"Aku bisa menjadi siapapun Ni Wen. Ni Wen tolong ibumu, ibumu ini akan dihabisi oleh dirimu sendiri." seketika Ni Wen menancapkan pedang ke tubuh ibunya ia pun berteriak histeris dan ketakutan hingga tak sadarkan diri. Semua itu hanya dapat dilihat oleh Ni Wen, sedangkan yang dilihat oleh orang istana adalah Ni Wen yang mencekik ChuXi hingga FengXi dan HongYu datang membawa ChuXi dan Ni Wen yang tak sadarkan diri.

>>>>>
"Ni Wen gongzhu.."

"Dimana dia, jalang itu." Ni Wen kembali histeris saat sadar.

"Ni Wen kau tak apa ibu sangat khawatir."

"Kemari kau aku akan membunuhmu jalang sialan." Ni Wen menjadi gila dan berulang kali ingin membunuh ibu nya dan ibu selir.

>>>>>
"ChuXi apa yang kau lakukan?" Lin Mei sedang membantu ChuXi mandi.

"Hanya mengajarkan cara menghargai orang lain. Dan berjalan jalan ke neraka."

"ChuXi kau selalu memendam dendammu pada mereka. Sejujurnya aku senang sekarang kau sekuat ini untuk membalaskan dendam."

"Lin Mei jujur saja, aku sangat bersenang-senang sekarang. Dan sebagai temanku kau harus ikut bersenang-senang dan beradaptasi dengan semuanya. Kau sudah mengetahui semuanya, jadi aku harap kau akan merahasiakan semuanya dan setia kepadaku. Aku akan selalu menjagamu Lin Mei."

"Aku akan selalu setia ChuXi, terimakasih sudah menganggapku teman. Meskipun aku hanya seorang pelayan."

"Sudahlah Lin Mei, aku juga senang kau sudah mulai pandai membuat alasan membantu setiap jalanku membalas dendam. Diistana ini masih ada banyak orang yang menindasku, termasuk jenderal Zebu. Dia sudah masuk daftar balas dendamku, biarkan FengXi gege mengurus pemerintahan." ChuXi menyudahi acara mandinya dibantu Lin Mei.

Sore itu dihabiskan ChuXi dan Lin Mei di gazebo sambil meminum teh. ChuXi ingin Lin Mei menganggapnya meimei sama seperti yang lainnya. Pemandangan danau di kediaman ChuXi sangat indah membuat mereka tenggelam dalam suasana sore itu.

===========
Hewooo Semuanya......

Makasih yang udah vote dan kasih semangat...

Jangan bosan-bosan ya....































-Yoon Hilda-
(Authornim)

Princess of Wei Where stories live. Discover now