02. Sensi

1.4K 132 110
                                    

Pukul setengah delapan malam, Brian sedang melaksanakan makan malam bersama Papanya, Maminya, juga Hyungnya. Meskipun belakangan hari ini, ada sesuatu yang membuat Brian terkadang malas makan ramai-ramai keluarga seperti ini.

"Brian." Papanya, Byun Baekjoon mulai memanggil.

"Ya, Pa?" Brian menyahut sambil mengunyah makanan.

"Kamu sudah cari-cari kerja, kan?"

"Udah, Pa."

"Kok belum dapat-dapat?"

"Pffth." Suara Malvino menahan tawa.

Nah, yang seperti ini maksud Brian. Ia baru lulus kuliah empat bulan lalu, tetapi pengejaran yang dilakukan Papanya seolah ia sudah lulus enam tahun tapi belum dapat-dapat pekerjaan.

"Emm, kurang tau, Pa. Tapi aku udah masukin lamaran ke mana-mana, kok." Brian menjawab pelan dan baik.

Papa sedikit mengerutkan dahi, sambil mengangguk-angguk menatap ke lampu gantung yang berada di atas meja makan.

"Atau kamu ke Korea aja, cari kerja di sana," tukas orang tua itu tiba-tiba.

"Hah?!" Brian kaget.

"Jangan, Yeobo...," Mami menimpali, sedikit merengek.

Brian sedikit geli setiap Maminya manggil Papanya "Yeobo", tapi biarlah. Setidaknya, si Mami mendukung Brian untuk tidak ke Korea.

"Kenapa memangnya?" Papa bertanya pada Mami, terlihat tidak sesuara.

"Gak mau ah, Mami gak mau Brian jauh-jauh dari Mami." Mami mulai cemberut.

"Iya, Pa. Jangan, dong...." Brian mengimbuhi. Serius, ia sangat tidak mau.

"Iya, tapi kenapa? Biar Brian mandiri. Siapa tau, di sana dia cepat dapat kerja." Papa berargumen lagi.

"Soalnya Brian di sini terkenal banget sebagai dokter, Pa. Kalo di sana mah mana ada pasien? Harus mulai dari nol lagi." Ini Malvino, yang kalimatnya membuat Brian kesal dan tak habis pikir.

"Apaan sih, Hyung," gumam Brian sebal.

"Hah? Dokter?" Papa kaget.

"Iya, Pa. Dokter... cinta, hahaha." Malvino menertawakan Brian. Rasanya ingin Brian timpuki dengan sendok, tapi tidak mungkin.

"Jangan bercanda, Malvino!" Papa mulai marah betulan.

Gantian Brian menertawakan Malvino.

"Ya! Brian-sshi, jangan ketawa-ketawa aja, kamu! Mikir! Rambut aja terus diurusin."

Tawa Brian pun seketika menghilang. Seketika langsung ciut nyalinya.

"Botak kamu lama-lama gonta-ganti warna rambut terus. Artis bukan, model bukan!"

"Yeee gak tau mode banget si Papa. Dahlah, pasrah gue. Hanya bisa bersungut dalam hati. Mana berani gue ngebantah? Apalagi, kalo udah dipanggil Brian-sshi. Makin serem."

"Udahlah, Pa... jangan terlalu maksa Brian. Dia kan udah masukin lamaran ke mana-mana juga. Dia udah usaha, cuma ya memang belum berhasil aja. Kita tunggu aja, Pa. Gak usah disuruh ke Korea ah, Mami gak mau." Mami mulai cemberut lagi.

Papa menghela napas. "Ya sudah, tapi Mami jangan terlalu belain juga, Mi. Manja terus nanti dia," ujar Papa untuk istrinya.

"Kayaknya... gue tau kenapa Mami keukeuh gak bolehin gue pindah ke Korsel. Mami pasti takut. Khawatir sama kondisi fisik gue kalau harus tinggal sendirian tanpa siapa-siapa."

....

Setengah jam kemudian, acara makan malam mereka selesai sudah. Ditutup dengan pembelaan Mami Andin yang membela anak keduanya untuk tetap di Indonesia. Papa Byun hanya bisa menghela napas lantaran istrinya yang sangat ia sayangi itu terlalu memanjakan anak lelakinya.

BRIAN'S LOVE STORY✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt