05. Pesan dari Vino Hyung

638 105 75
                                    

Jam 4 sore, Brian baru saja sampai rumah setelah dari sekolah dan mengantarkan Jihan, sang teman lama untuk pulang. Merasa laki-laki sejati yang bisa diandalkan, Brian merasa harus mengantarkan teman wanitanya yang sudah lama tak bersua itu dengan selamat sampai tujuan.

Omong-omong, berdasarkan obrolan satu jam Brian dengan Jihan di kantin sekolah tadi, mereka sepakat membagi wilayah dan posisi. Brian akan mengajar Bahasa Inggris dan Jihan akan mengajar Sosiologi. Sebenarnya, Brian ingin mengambil Sosiologi, tetapi Jihan bilang, Bahasa Inggris-nya tidak se-fluent Brian. Maka, yang lelaki pun mengalah saja.

"Oh iya, telfon Jessa...." Brian bergumam dalam kamarnya.

Pemuda itu sudah rebahan manja dan saksama, sangat mengantuk juga sejujurnya. Namun, tiba-tiba teringat janjinya kepada Jessa.

"Janji tetap janji. Gue mesti menelfon Jessa sebagaimana janji gue ke Stefan tadi siang," monolog pemuda itu lagi.

Brian membalikkan tubuh yang tengkurap menjadi telentang. Meraih HP yang ada di sebelah kanannya, lalu mencari kontak Jessa di Whatsapp.

Detik-detik pun berjalan. Saking mengantuknya, sudah dua kali ponsel Brian jatuh ke atas dadanya. Untung saja tidak di muka atau bibirnya.

Jeas

Kesss

Jessss

Jeddff

Dari tadi, bahkan belum menemukan kontak yang ia tuju lantaran mata Brian yang sudah setengah-setengah tertutup selalu salah mengetik nama Jessa.

Brian pun memaksa matanya untuk melebar, membukanya sekuat tenaga sambil mengetik; J e s s a

Akhirnya....

Lalu, ia pun menekan lambang gagang telepon yang artinya memanggil.

Ringing...

Menunggu Jessa mengangkat telepon, mata Brian perlahan tertutup lagi.

"Halo?"

"Ya, Ji...." Suara Brian mulai beler.

"Brian?"

Yang menelepon malah diam.

"Brian Byun!"

Brian pun terkaget karena telinganya menangkap pekikan tajam yang berasal dari Jessa.

"Eh, ya ampun. Maaf maaf, Jessa. Ini lo, kan?"

"Apaan sih, Bri? Kan lo yang nelfon gue. Ya iyalah ini gue." Jessa mulai judes.

"Sorry sorry, gue ngantuk banget, Ji– eh, Jes. Kenapa Ji Ji mulu dah gue?"

"Brian lo tidur dulu deh mendingan. Koplak banget tau, gak? Hahaha. Ji Ji siapa, sih? Jidat? Jigong?" Jessa bertanya asal.

"Sembarangan lo!" Brian tertawa. "Jihaaan, nama temen gue. Tadi gue abis sama dia jadinya kesebut mulu," jelasnya sambil tertawa.

Jessa terdengar ikut tertawa. Ia menggelengkan kepalanya di seberang sana.

"Ini loh, gue pengen ngajak lo sama Stefan makan." Brian mulai beraksi.

"Dalam rangka? Kok ngajak gue juga?"

"Ya gak apa-apa. Gue denger-denger, lo lagi deket tuh sama Stefan." Wajah Brian mengantuk, tapi begitu rumpi juga. Coba saja kalau Jessa lihat, pasti sudah ditempeleng pelan oleh Jessa.

"Soalnya gue abis dapet kerja, nih. Jadi mau merayakan sama Stefan dan Cakra sahabat gue. Cakra juga bawa emm... seseorang yang lagi deket sama dia, jadi lo ikut juga ya? Biar rame, hehe."

BRIAN'S LOVE STORY✔️Where stories live. Discover now