06. Gak Penting Banget

584 104 101
                                    

"Jadi lo tuh salah, Bung. Bukan kayak gitu caranya...." Brian sedang menyanggah sesuatu.

Pukul 7 malam sekarang dan semua orang pun mengangguk-angguk, tentunya termasuk orang yang sebelumnya menanyakan sebuah pertanyaan pada sang Love Coach kita.

"Nih, kebetulan ada barbie ketinggalan, punya sepupu gue yang masih kecil. Lumayan buat model." Lalu, Brian mengambil sepasang barbie dari dalam bufet kamarnya.

Ia menggenggam 2 barbie itu di tangan kanan dan kirinya, sebelum kembali berceramah. "Jadi... kalo mau nyium cewek, lo jangan abis makan batagor atau abis makan cuanki terus lo maen nyosor aje. Mana mau cewek lo? Ya lo pikir aja, siapa yang mau nyium mulut lo yang bau naga begitu?"

Ada yang tertawa, ada yang serius, ada yang mengangguk-angguk.

"Lo cari timing, Sob. Saat mulut lo lagi gak bau-bau banget. Lebih bagus lo sediain permen relaxa, permen kiss atau permen alpenlibe dah biar manis, sebelum lo memulai aksi lo. Atau gak, lo bawa listerine sekalian buat kumur-kumur. Nah abis itu, baru dah... set... set."

"Anjaaay." "Swit swit!" "Wahahahaha." "Anjir, Briaaan." Respons membahana pun menjadi penutup aksi tutorial Brian yang dilakukannya di depan 4 orang teman kuliahnya dulu (Stefan, Cakra, Didit dan Indra).

Brian pun tersenyum sombong.

Empat teman Brian sedang berada di rumah Brian, tepatnya di dalam kamar biru si pemuda. Brian sendiri yang mengundang mereka untuk menunjangnya berlatih menjadi guru yang baik dan benar. Maka, ia mendapat empat sukarelawan yang sekarang tengah duduk bergerombol di lantai kamar.

Satu jam latihan, obrolan mereka pun menjadi melenceng seperti yang sudah kita saksikan tadi.

Dimulai dari aksi Didit, yang bertanya pada Brian: kenapa pacarnya tidak mau menciumnya saat Didit mengajak. Dan, seperti tadilah jawaban Brian.

"Terus, gue mau tanya nih, Dit." Brian berkata pada Didit yang sudah selesai bersorak sorai.

"Ha, apaan?"

"Lo waktu mau nyium si... siapa itu nama cewek lo? Dono?"

"Dona, anjim!"

"Hahaha." "Hahahaha." "Anjir, jeruk makan jeruk itu, Bri!" Respons 3 teman Brian yang lain.

"Hahaha, iya Dona. Maap maap." Brian meminta maaf setelah tertawa. "Lo waktu mau nyium si Dona, lo abis makan apa gue tanya?" lanjutnya kembali serius.

"Nasi sama tempe orek teri, pake sambel dan sayur kangkung. Gue abis makan di warteg waktu itu."

Brian lantas menutup mata dan menggelengkan kepalanya, merasa gak banget dengan apa yang Didit lakukan.

"Hahahaha." "Najis, bau tempe orek!" "Hahaha, geli banget ada kangkung nyelip tuh, hahaha." Lagi-lagi, respons dari 3 teman Brian yang lain.

"Terus dia tau lo abis makan itu?" Brian kembali bertanya serius pada Didit.

"Tau." Didit menjawab.

"Nah, itu! Itu mengapa si Dona ogah. Next time, lo jangan bikin dia ilfil lagi. Kemungkinan besar, Dona ada rasa geli gitu Dit sama lo," pungkas Brian.

"Briaaan." Suara Mami Andin tiba-tiba mengudara memanggil anak keduanya dari luar kamar. Membuat Stefan, Cakra dan Indra meng-cancel tawa mereka.

"Ya, Miii?"

"Kok berisik banget? Ada temen-temen arisan Mami itu di bawah, kamu jangan berisik-berisik banget, malu."

"Oh iya iya, Miii. Emang kebiasaan banget ini para tukang tempe orek!" Brian berujar asal.

Keempat teman Brian hanya menahan tawa.

BRIAN'S LOVE STORY✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora