33. Jihan dan Hatinya

462 66 101
                                    

Tak pernah menyangka hati Jihan akan berakhir pada seseorang yang tak pernah ia harapkan sebelumnya. Takdir sering kali mengecoh, penuh misteri juga kejutan.

Jihan dan cintanya pada Brian tak berbuah manis sebab bagaimana pun, cinta tak bisa dipaksakan. Brian tak ingin memaksakan hatinya untuk Jihan karena itu akan menyakiti Jihan juga pada akhirnya.

Namun, takdir Jihan sepertinya tak bisa jauh-jauh dari lelaki berjenis 'Byun', karena sekarang, ia berpindah pada sosok Byun yang lainnya.

Iya, Malvino.

Membuka hati adalah salah satu cara Jihan untuk bertahan hidup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Membuka hati adalah salah satu cara Jihan untuk bertahan hidup. Tak mungkin ia mengharap sesuatu yang jelas-jelas tak bisa secara terus-terusan. Menyiksa hati dan pikiran, lalu menolak orang-orang yang mencoba ingin membahagiakan.

Setidaknya, Jihan masih bisa berpikir jernih meski sempat dilanda stres beberapa bulan. Lama-kelamaan, ia sadar, dirinya berharga dan tak pantas menangisi seseorang yang itu-itu saja. Apalagi, si seseorang itu selalu menyuruh untuk tidak menangisnya lagi karena Jihan harus bahagia juga.

Sabtu siang ini, Jihan sedang bersama dia, kekasih barunya, seorang pria berumur 28 tahun yang lebih tua 2 tahun saja darinya.

"Jihan."

"Ya?"

"Kamu... kira-kira udah ada rencana untuk nikah?" tanya si lelaki.

Jihan hampir tersedak boba mendengar pertanyaan Malvino.

Sejujurnya, Jihan sudah memikirkan hal itu mengingat dirinya sudah berumur 26 tahun. Usia yang sudah cukup untuk memulai hidup baru. Terlebih, orangtua sudah sering menanyakan tentang apakah Jihan sudah memiliki calon atau belum.

Sudah 4 bulan dirinya berpacaran dengan Malvino. Sejauh ini, semuanya berjalan lancar. Jihan merasa Malvino tak punya kekurangan. Dari segi fisik, materi, sikap dan sifat, Malvino tidak ada cacat.

"Udah ada rencana kok, Kak," jawab Jihan apa adanya, sambil menyipitkan mata menahan silau matahari jam 2 siang.

Malvino bersandar pada mobil barunya, yang sedang terparkir di parkiran PIM sambil menyedot Hazelnut Latte yang ia beli di Chatime bersama Jihan baru-baru saja.

Mereka belum memasuki mobil karena Malvino tengah mendinginkan ruangan mobilnya dengan AC terlebih dahulu. Mengeluarkan uap-uap panas karena mobil itu baru saja terpanggang di terik matahari karena tak mendapat parkiran indoor.

"Ibu sama Bapak kamu, suka-suka aja kan sama aku? Atau ada keluhan mungkin?" Malvino bertanya lagi. Sudah seperti dokter saja pertanyaannya.

"Suka kok, Kak. Kak Vino baik banget, Ibu bilang. Bapak juga suka. Katanya, yang penting sayang sama aku dan selalu mau bertanggung jawab." Jihan menjelaskan dengan ringan, lalu tersenyum dengan manisnya.

BRIAN'S LOVE STORY✔️Where stories live. Discover now