24. Mengertilah...

526 77 153
                                    

Brian sudah jujur pada Yasmin tentang ada dua wanita lain yang menyukai dirinya selain Yasmin sendiri. Karena memendam hal itu terasa seperti berbohong bagi Brian.

Yasmin tidak marah, ia mencoba percaya pada sang kekasih pertama---yang mengatakan bahwa Yasmin tak perlu khawatir karena hati Brian hanya untuk Yasmin seorang.

Berhubung angkatan Yasmin sudah lulus, sebagai guru yang mengajar kelas 12, Brian menerima libur beberapa waktu sebelum tahun ajaran baru tiba. Namun, ia harus tetap pergi ke sekolah untuk mengurus berkas ini-itu serta urusan-urusan lain meskipun belum melakukan kegiatan belajar-mengajar.

Hari ini adalah hari Senin, tepatnya 4 hari setelah Brian keluar dari rumah sakit. Pria itu tengah berada di sekolah, menyelesaikan sesuatu-sesuatu yang sudah menjadi pekerjaan dan tanggung jawabnya.

"Permisi." Brian berucap setelah mengetuk daun pintu ruang kepala sekolah. Pintunya sudah terbuka, lantas ia masuk lebih dalam.

Yang punya ruangan langsung mengangkat wajah, lalu tersenyum cerah.

"Ini data siswa yang ikut lomba pidato Bahasa Inggris 2 bulan lalu, Bu." Brian berucap di depan meja Indita.

"Iya, taruh di sini aja." Indita menyingkirkan kertas-kertas lain dari atas mejanya.

Brian tersenyum sekadar. Meletakkan kertas laporan tersebut, sebelum berbalik badan untuk pergi ke luar.

"Brian." Indita memanggil tiba-tiba.

Langkah pria itu terhenti, lantas memutar tubuhnya lagi. "Ya, Bu?"

Lalu, Indita diam saja di atas kursi kerjanya. Menatap Brian yang sedang berdiri itu dengan penuh makna.

 Menatap Brian yang sedang berdiri itu dengan penuh makna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Brian mendekati meja Indita. Menunggu wanita cantik itu bicara. "Ada apa, Bu?" tanyanya mengulangi.

"Saya kangen sama kamu," ungkap Indita tanpa basa-basi.

Brian menelan saliva. Berusaha menatap ke arah lain, ketika Indita berdiri dari kursi untuk menghampirinya.

"Maaf, saya gak bisa sering dateng ke rumah sakit waktu kamu dirawat," ucap Indita, tetap dengan aura yang kuat.

Brian tersenyum canggung. "Gak apa-apa, Bu. Saya juga udah terimakasih banget Bu Indita mau bawa saya ke rumah sakit waktu saya pingsan," ucapnya.

"Don't mention it. Saya khawatir banget waktu itu, Brian. Jaga kesehatan, ya? Jangan begitu lagi, saya takut," balas Indita, halus dan murung.

Brian tersenyum sekadar, tanpa menatap Indita yang posisi berdirinya sudah lumayan dekat dengannya.

"Brian, liat saya," titahnya lembut, membuat Brian terpaksa menurut. Manik mereka bertemu, "Kamu benar-benar tidak ingin... hm?" Suara Indita semakin rendah, menggoda dengan tersirat.

BRIAN'S LOVE STORY✔️Where stories live. Discover now