17. Bersegi-segi

416 85 159
                                    

3 Hari Kemudian. Hari Kamis.

".... Heh! Sini lo!" Seorang siswi perempuan bernama Dini, memanggil Yasmin dengan kasar.

Lalu, Yasmin menatap Dini dengan tatapan ragu, antara mau menatap dan tidak.

"Heh! Budek lo ya?!" Dini kembali membentak.

Yasmin pun tak ada pilihan selain menghampiri Dini dan 2 temannya, Rilla dan Gina.

"Kerjain PR kita bertiga. Bahasa Indonesia, Sejarah, sama Ekonomi. Berarti ada berapa tuh." Dini menghentikan ucapan, lalu menghitung dengan jarinya. "3 kali 3, sama dengan 9 PR. Dan harus selesai besok! Gue gak mau tau!" pungkasnya.

"Ta-tapi, Din... Sejarah sama Ekonomi kan ngerangkum. Kayanya... gak bakal bisa kalau gue harus ngerjain semuanya dan selesai besok-"

"Eh gue gak mau tau! Kalo lo gak kelarin PR kita besok, gue bakal nyebarin berita kalo lo pacaran sama Pak Brian!"

Yasmin yang tertunduk sontak mengangkat kepala. Matanya membesar, ia menggeleng cepat. "Gue gak pacaran sama Pak Brian, Din." Suara Yasmin begitu lembut, tidak seperti suara Dini yang terdengar seperti istri Dajjal.

"Bohong!"

"Enggak, Din, gue gak bohong!"

PLAKK!

"Tai! Gak usah bohong lo! Tampang lo doang polos padahal aslinya kayak l*nte!"

Yasmin meringis dan mendesis. Memegangi pipi kirinya yang mulai panas akibat tamparan Dini. Air mata pun mulai berlinang, memaksa tak mengiringi.

"Gak usah sok nangis lo! Sok imut! Ngaku aja apa susahnya, sih?! Gue sama kakak gue lagi di PIM pas malam Minggu, dan gue liat lo jalan sama Pak Brian!" Dini kembali menukas.

"Tapi... gue beneran gak pacaran sama Pak Brian, Din...," ucap Yasmin sambil menangis.

"Ish. Kesel banget gue kalo dia udah nangis," bisik Gina pada Rilla.

"Bacot! L*nte mah l*nte aja! Pokoknya kerjain tuh PR. Kalo gak, kedok lo sama Pak Brian bakal gue bongkar-"

"Siapa yang l*nte? Kedok apa yang mau kamu bongkar?"

Tiba-tiba, Brian datang ke kelas 12-B yang hanya berisi Yasmin, Dini, Rilla dan Gina. Bertanya dingin, membuat keempat gadis itu merinding kemudian.

Dini sontak terkesiap, menatap Brian yang berjalan mendekatinya.

Brian menatap Yasmin sebentar, lantas rahangnya mengeras kala melihat Yasmin yang sudah bersimbah air mata, lengkap dengan pipi putihnya yang sudah memerah.

Beralih menatap Dini lagi dan semakin mendekatinya, "Nama kamu Dini, kan?" tanya Brian.

"I-iya, Pak." Dini terbata.

"Dini, mulut itu dijaga, ya. Jangan dibuat mirip comberan. Kotor." Brian berujar pelan, tapi tatapannya tajam. Menusuk manik Dini, membuat gadis jahat itu seketika diam tak berkutik.

"Saya sama Yasmin pacaran kamu bilang?" Brian bertanya lagi.

Dini membisu.

Lalu, Brian mengambil ponsel dari saku kemejanya. "Ini HP saya. Ada chatting saya sama Yasmin. Kamu mau baca?"

Dini masih menunduk bergeming.

"Saya akui saya sering chatting sama Yasmin, karena saya mau jadi temannya. Karena di kelas ini Yasmin gak punya teman, yang ada cuma orang-orang seperti kamu, kamu dan kamu." Brian menunjuk Dini dan kedua temannya secara bergantian sambil berujar dengan nada yang begitu tajam, namun pelan.

BRIAN'S LOVE STORY✔️Where stories live. Discover now