04. Calon Guru

772 111 116
                                    

Bener kan apa Brian bilang? Setelah penyelidikan yang pemuda itu lakukan pada chat Sirly dan Malvino, Brian melihat ketidakseimbangan pada cara mereka berkomunikasi.

Sirly sangat agresif. Kakak lelaki Brian alias Malvino lebih pasif, cuma menjawab dan membalas chat seperlunya. Sebagai rekan chat yang baik, Malvino pastinya akan balik menanyakan apa yang Sirly tanyakan seperti: "udah makan?", "udah mandi?", "udah sholat?", "udah selesai?" Dan lain sebagainya.

Setelah Brian menjelaskan, Sirly pun mau mengerti dan tidak mengatai Malvino Hyung PHP lagi. Dirinya saja yang berharap kelewat tinggi.

Omong-omong, sampai sekarang, Brian masih sebal saja. Mengapa sih harus bertemu dengan Tania kemarin? Brian sampai harus berbohong mengatakan Sirly adalah pacarnya. Itu sangat memalukan. Untungnya, Sirly pengertian dan bisa diajak bekerja sama.

Ya sudahlah.

Nasi putih sudah menjadi nasi goreng.

Sekarang ini, Brian sedang berada di SMA Labschool, salah satu sekolah swasta terbaik di Jakarta. Ada angin segar yang menyatakan dirinya berkemungkinan dapat menjadi guru di sana.

Pemuda itu sedang berjalan menyusuri koridor sekolah, mencari-cari di mana ruang kepala sekolah berada. Semalam, ia dihubungi oleh asisten kepala sekolah. Katanya, Brian akan di-interview. Selain itu, ia juga diperbolehkan untuk bertanya perihal segala syarat dan ketentuan mengajar di sekolah tersebut.

But seriously, I think I did some mistakes.

Rambut gue....

Siswa-siswa di sini jadinya ngeliatin gue. Karena selain gue ganteng, rambut gue juga mengundang atensi banget. Gue udah pake jas padahal. Resmi banget pokoknya kayak mau ijab kabul, tapi ya gitu... gue lupa sama bagian kepala gue.

Ya udahlah, hadapi aja. Semoga gue gak ditolak.

Terjadi pergolakan batin yang bodoh di otak Brian. Namun sesampainya di ruang kepala sekolah, ia lantas mengetuk pintu secara profesional.

"Masuk!" titah seseorang dari dalam.

Karena sudah ada respons, Brian pun menekan engsel pintu dengan perlahan, lalu membukanya.

"Selamat pagi, Bu," ujarnya penuh kesopanan.

Terpampanglah di pandangan Brian, wanita cantik yang ia pastikan merupakan kepala sekolah di sini sebab ini memang ruangannya. Wanita itu balas menatap Brian, tapi dengan tatapan sedikit heran.

Iya, balik lagi, pasti karena rambut gue.

"Pagi. Silakan masuk. Duduk, duduk," ujar wanita itu tergesa, menyadari diri yang terpana sesaat karena melihat Brian yang mungkin terlalu tampan.

Brian tersenyum sungkan sambil berjalan, lalu mendudukkan diri di sofa yang si wanita tunjukkan.

Lalu, pemilik ruangan alias kepala sekolah itu duduk di sofa yang berhadapan dengan Brian. Ada meja kotak dan pot bunga yang membatasi mereka.

"Mau cari siapa ya, Mas?" tanya yang wanita letih dulu.

"Saya Brian Byun, Bu. Kemarin dapat telfon dari asisten kepala sekolah, katanya saya disuruh ke sekolah," jelas Brian sopan.

"Oh, jadi Mas orangnya? Iya, iya." Dia mengangguk-angguk. "Kenalin, Mas. Saya Indita Riska, kepala sekolah di sini," ucapnya, kemudian menyodorkan tangan kanannya.

Brian menyambut, lalu mereka bersalaman sebentar.

"Jadi, Mas Brian... kita lagi butuh guru IPS Sosiologi dan Bahasa Inggris. Kita sudah cek file lamaran Mas Brian, kayaknya cocok." Indita tersenyum.

BRIAN'S LOVE STORY✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang