35. Kabar Bahagia

640 70 90
                                    

Sudah 3 bulan berlalu setelah ijab kabul. Hari ini, Rabu malam jam 7, Brian sedang bersantai di balkon kamar atasnya sambil menikmati secangkir teh manis hangat. Menatap bintang-bintang di langit, sesekali menatap ponsel juga melihat berita-berita di internet. Tidak ada asap-asap yang biasa menemani kaum lelaki ketikan sendirian, sebab Brian bukan perokok pastinya.

Setelah menikah, Brian dan Yasmin tinggal di rumah Brian bersama orangtua Brian sementara Tante Mely, mama dari Yasmin, tinggal dengan adik juga keponakannya di rumah lama.

"Sayang." Yasmin tiba-tiba memanggil pelan. Ia muncul dari pintu yang menghubungkan balkon ke ruangan tingkat dua rumah.

"Ya, Sayang?"

"Aku... telat," ucap Yasmin menginformasikan.

"Telat? Mau kemana kamu emangnya?"

"Ih, Kak Brian... bukan itu...," suara Yasmin manja dan ditarik. "Dateng bulan maksudnya. Udah mau 2 minggu aku gak dapet-dapet," jelas Yasmin lagi.

Sontak, Brian melebarkan matanya. Terpaku beberapa saat, kemudian ia berdiri dengan cepat, lantas masuk ke dalam rumah dan kamarnya dengan gerakan yang cepat-cepat juga.

"Kak? Mau ke mana?" Yasmin berlari kecil, mengikuti Brian hingga ke kamar mereka.

"Mau ke apotek, beli testpack," jawab Brian sambil mengenakan jaket. "Kamu tunggu sebentar. Aku gak lama, mau pake motor."

Yasmin hanya mampu melongo karena suaminya belum apa-apa sudah amat sangat siaga.

"Assalamu'alaikum." Brian memberi salam sebelum keluar dari kamar mereka untuk turun ke bawah.

"Wa-wa'alaikumsalam," balas Yasmin terputus-putus, masih terperangah dengan sikap spontan dan kelewat tanggap suaminya. Sungguh tak ada basa-basi dan aba-aba.

....

Tidak sampai 25 menit, Brian sudah kembali lagi ke rumahnya dengan 3 jenis testpack berbeda. Ia membelinya di apotek terdekat.

Terdengar suara pintu rumah yang dibuka lalu ditutup, Mami Andin yang kebetulan melintas dari kamar menuju ruang keluarga pun mengintip. Ternyata anaknya.

"Dari mana, Bri?" tanya Mami kemudian.

Brian yang sudah mau naik tangga itu pun menyetop langkah dan berbalik badan, lantas menghampiri maminya untuk merumpi sedikit.

"Dari apotek, Mi. Beli testpack. Yasmin telat!" ujar Brian heboh dengan mata sipitnya yang melotot.

"Hah? Masa? Mami bakal punya cucu???" Mami Andin tak kalah heboh.

"Bentar, Mi, bentar." Brian memberi gestur 'tahan, tahan' pada maminya. "Makanya, kita suruh dia tes dulu," lanjutnya.

Mami Andin pun lantas setuju. Mulai berjalan dengan sang anak menaiki tangga menuju kamar di mana Yasmin berada.

Sesampainya di depan pintu kamar, Brian dan Mami Andin langsung saja masuk sebab pintu itu terbuka setengah. Terlihatlah Yasmin sedang duduk di ranjang sambil memainkan ponselnya, tengah menunggu suaminya pulang.

"Yasmin, aku udah beli testpack-nya," ujar Brian penuh ceria pada sang istri. "Tes, gih," suruhnya kemudian seraya memberi seplastik testpack itu pada Yasmin.

"Heh!" Mami Andin memukul lengan Brian hingga anaknya terkaget. "Enak aja kamu langsung nyuruh-nyuruh begitu," sambungnya protes.

Brian pun terdiam bingung.

"Sini." Mami Andin mengambil seplastik testpack itu dari tangan Brian, lalu menghampiri menantunya dengan senyuman terulas di bibir. Ia pun duduk di ranjang bersama Yasmin. "Cantik, nanti kalau mau pipis, sekalian coba dites, ya," ucap Mami Andin pada Yasmin. Tak lupa juga, ia menjelaskan bagaimana cara menggunakan alat penguji kehamilan tersebut.

BRIAN'S LOVE STORY✔️Where stories live. Discover now