30. Semuanya Aman

263 43 38
                                    

Minggu sore ini begitu cantik, dihiasi senja manis di ujung kaki langit. Masih di hari yang sama di mana paginya Brian dan Malvino bicara panjang lebar soal hati. Dan semuanya sudah disepakati, kakak-adik itu akan saling mendukung masalah cinta masing-masing.

Sebagai adik yang baik pun Brian berjanji akan membantu Malvino. Ia bersedia menjembatani hubungan Malvino dengan Jihan. Lagi pula, bukan sesuatu yang sulit sebab sudah sejak dulu kerjaan Brian adalah Mak Comblang---yang sudah senang jika dibayar dengan traktiran makanan atau minuman enak.

Omong-omong, ada sebuah kegiatan yang dilakukan secara tak sengaja, namun akhir-akhir ini akan segera jadi kebiasaan agaknya. Bahkan, mungkin keharusan. Apakah itu? Jalan-jalan dengan Yasmin di malam Senin.

Iya, bukan malam Minggu! Tapi, malam Senin. Dan kegiatan ini sudah cukup sering dilakukan oleh Brian dan Yasmin.

Seperti yang Brian katakan tadi pagi, ia berniat jalan keluar di sore atau malam hari dengan Yasmin. Maka, di sinilah pemuda itu berdiri---di area bioskop XXI. Baru saja tiba dengan perempuannya, bertepatan dengan tenggelam senja di garis perbatasan muka bumi dan langit.

Selesai membeli camilan-camilan yang dibutuhkan untuk penunjang keseruan menonton, Brian dan Yasmin menuju kursi tunggu yang tak jauh dari pintu teater untuk duduk menunggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai membeli camilan-camilan yang dibutuhkan untuk penunjang keseruan menonton, Brian dan Yasmin menuju kursi tunggu yang tak jauh dari pintu teater untuk duduk menunggu.

"Ternyata, Kak Vino malah jadi suka sama Bu Jihan ya, Kak?" tanya Yasmin setelah mendudukkan diri di atas kursi tunggu yang empuk.

Di sebelah Yasmin, duduklah sang kekasih hati. Menganggukkan kepala, lalu berkata, "Ya gitu, deh. Aku sedikit kaget sebenernya, gak nyangka aja gitu. Tapi, aku tetep pingin bantuin Vino Hyung supaya bisa jadian sama Jihan," ujar Brian kemudian.

Jangan heran. Brian ini memang sangat terbuka pada orang-orang yang dipercayainnya. Maka, tidak aneh jika Yasmin pun turut diberitahukan masalah Malvino dan Jihan.

"Tapi, Bu Jihan... kira-kira udah move on belum, ya?" tanya Yasmin.

"Emm, aku sih gak tau. Semoga aja sih udah," kata Brian tak mampu memastikan.

Yasmin melamun sedikit. Percakapan ini membuatnya jadi overthinking. Memikirkan tentang perasaan Jihan yang disinyalir belum terverifikasi move on 100% dari Brian, pacarnya. Yasmin yang tidak enakan ini kerap merasa bersalah dalam diamnya.

"Kak Brian."

"Ya, Sayang?"

Brian menoleh cepat sementara Yasmin menoleh balik dengan perlahan. Tatapan gadis itu tiba-tiba diliputi kesenduan.

"Kenapa? Kok terlihat sedih?" tanya Brian lembut, setengah melucu.

Bibir tebal Yasmin agak terlengkung ke bawah. Ia ingin mengungkapkan kegelisahan terpendamnya. Maklum saja, mungkin Yasmin biasa kena hina, sehingga membuat rasa bersalah dan rasa minder dalam dirinya kerap mencuat ketika ada penyebab---meskipun hanya sepele saja.

BRIAN'S LOVE STORY✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang