Chapter 30 : The End

542 102 12
                                    

Saat ini Claudia sedang terheran-heran melihat sepupunya yang hanya diam di balkon apartemennya sambil memandang lurus ke depan dengan pikiran kosong. Chandra sudah berdiri di sana selama berjam-jam tapi laki-laki itu sama sekali tidak mau bergerak keluar dari sana.

"Ada masalah Chan?" Claudia menyandarkan tubuhnya di pintu balkon yang terbuka sambil memperhatikan Chandra yang meliriknya sedikit. "Nggak usah bawel Clau!" kata Chandra sinis.

Claudia langsung mundur perlahan, tidak mau mendekati atau menganggu Chandra lagi jika seperti ini, bisa-bisa dia kena bentak karena Chandra sedang dalam mood yang tidak baik.

Chandra kembali menatap lurus ke depan memikirkan apa yang Irene katakan padanya tadi, "Gue pulang ya Chan!" Chandra hanya terdiam mendengar teriakan Claudia lalu tak lama terdengar suara pintu yang tertutup. Claudia sudah pulang.

Kini, hanya ada Chandra di dalam apartemennya dan rasanya menjadi sangat sepi saat Claudia yang selalu berisik itu pulang, dan juga perasaan Chandra menjadi lebih sakit dua kali lipat, dia akan ditinggalkan Irene untuk selama-lamanya, karena Irene akan tinggal di London untuk ke depannya.

Chandra menghela nafas panjang, merasa bahwa hidupnya sungguh menyedihkan. Ketika Chandra menemukan sesuatu yang bisa dia cintai orang itu malah akan pergi meninggalkannya. Laki-laki itu merasa kedinginan saat angin malam mengenai tubuhnya, dengan cepat Chandra masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu balkon rapat-rapat.

Chandra harus tidur malam ini, karena besok mungkin akan menjadi harinya yang paling berat.

***

Pagi hari sudah datang, jam sudah menunjukkan hampir pukul setengah sepuluh pagi, Irene sudah berada di Bandara duduk diam sambil terus menunggu orang yang Irene harap akan datang disaat-saat terakhirnya.

"Ren, masih nunggu?"

Irene mendongak dan melihat ayahnya yang sudah bersiap-siap untuk kepergian mereka. Waktu yang Chandra punya hanyalah tiga puluh menit lagi, namun laki-laki itu belum datang bahkan sampai sekarang.

"Nanti dulu ya pah, sepuluh menit lagi." Rehan mengangguk menuruti apa yang anaknya inginkan. Sedangkan Irene duduk cemas sambil terus memandangi arlojinya, detik jam terus bergerak namun tidak ada tanda-tanda bahwa Chandra akan datang. Jangankan datang, pesan Irene saja belum di balas oleh Chandra.

Irene menjadi cemas, apakah Chandra marah kepadanya dan membiarkan Irene pergi begitu saja, apa Chandra benci padanya dan tidak ingin melihat Irene lagi, atau apapun terlalu banyak pertanyaan-pertanyaan yang Irene tujukan untuk dirinya sendiri.

"Irene!!!"

Irene langsung berdiri saat melihat suara laki-laki yang memanggil namanya, senyumnya mengembang dan melihat Rama yang sedang berlari ke arahnya membuat senyuman Irene luntur secara perlahan, ternyata yang datang bukanlah sosok yang Irene harapkan. Rama berhenti tepat di hadapan Irene dengan nafas yang tersengal-sengal dan keringat bercucuran di dahinya.

"Kenapa lari?" tanya Irene ramah dan tetap menampilkan senyumnya kepada Rama.

Rama merasakan nafasnya sudah kembali normal dan langsung membawa tubuh Irene ke dalam pelukannya. "Jaga diri lo baik-baik, nanti kalau ada waktu gue main ke sana lo harus sehat dan ceria, oke?"

Irene mengangguk dan melepaskan pelukan mereka. Rama melihat ada kesedihan di wajah Irene dan tau apa penyebabnya. Chandra tidak ada di sini. Jika Chandra ada, maka sekarang Chandra akan di sisi Irene sekarang.

"Irene, ayo."

Irene menghapus air matanya dan melihat Rehan yang sudah memintanya untuk pergi dan kembali melihat Rama. Rasanya Irene tidak mau pergi sebelum dia melihat Chandra. Rama hanya mengangguk pelan, menyuruh Irene untuk menuruti apa kata ayahnya karena memang sudah waktunya untuk mereka berdua pergi.

Gebetan (Crush) [COMPLETED]Where stories live. Discover now