Chapter 9 : Day

2.9K 265 42
                                    

Setelah pengakuan Chandra di bawah hujan itu, jelas dia tidak bisa tidur sama sekali, entahlah kata-kata Chandra masih terngiang dengan jelas di kepalanya. Bagaimana bisa laki-laki itu mengatakan dengan mudahnya kata-kata yang bisa membuat jantung Irene berdetak tak karuan.

Dia menghela nafas, lalu beranjak dari kasurnya dan bercermin di cermin besar yang ada di kamarnya.

"Gue nggak bisa buat nggak ikut campur masalah lo,"

Kata-kata itu terus terputar di kepala Irene, membuat Irene langsung menarik nafasnya dalam-dalam. Dia memejamkan matanya, berharap agar kata-kata itu hilang dari kepalanya.

"Jadi biarin gue buat terus seperti ini, biarin gue yang ingin tau tentang lo terus menerus."

Irene langsung terdiam, "Aaaa!!!" Dia memekik karena tidak bisa mengeluarkan kata-kata itu dari kepalanya.

Pipinya panas karena malu, dia hanya ingin terus terusan tersenyum saat mengingat itu.

"Kenapa?" Suara berat seseorang menyadarkan Irene. Irene langsung berbalik ke kearah pintu dan melihat Rama yang sedang bersandar disana. Laki-laki itu melihat Irene ragu.

"Kenapa lo disini?" Tanya Irene dan laki-laki itu langsung keluar dari kamar Irene. Irene menghela nafas, kunjungan apa lagi ini?

Dia ikut keluar kamar dan melihat Rama yang sudah berada di bawah, duduk di ruang tamu. Irene merasakan ada yang tidak enak hari ini, kedatangan Rama memang selalu horor baginya.

Dengan langkah cepat Irene turun dan menemui Rama yang sedang mengenggam sesuatu. "Apa?" Tanya Irene dan laki-laki itu melemparkan payung miliknya yang dipinjam oleh Clara.

Irene menghela nafas dan mengambil payung nya yang jatuh di lantai. "Gue balikin, sorry kalau Clara udah buat lo hujan-hujanan." Ujarnya dengan ekspresi datar.

Irene mengangguk. "Tapi, kayaknya lo nggak hujan hujanan kemarin." Ujar Rama dan Irene langsung mengangkat kepalanya.

"Chandra ya?" Rama berdiri dari duduknya dan mendekati Irene beberapa langkah.

"Lo yakin, masih mau berhubungan sama dia?" Tanya Rama dan Irene hanya diam saja. Buat apa menjawab pertanyaan dari orang gila.

Rama tersenyum lalu mencondongkan tubuhnya ke depan, mendekatkan bibirnya dengan telinga Irene, "Kita liat aja, sampai kapan Chandra bertahan sama lo, dan kesialan apa lagi yang akan Chandra dapet kalau dia terus sama lo." Bisik Rama membuat Irene langsung merasa emosi.

Rama menjauhkan dirinya dari Irene dan tersenyum. "Eh Rama, kamu ada disini?" Tanya ayah Irene yang baru saja tiba di rumah. Rama langsung melayangkan senyuman kepada ayah Irene dan mengangguk.

"Iya, sudah kok oom." Ujar Rama dengan sangat lembut, layaknya anak baik-baik di hadapan ayah Irene.

"Sudah makan malam? Kalau belum ayo makan bareng, ada banyak banget makanan. Tadi udah nyuruh bibi buat masakin makana yang banyak." Ujar ayah Irene dengan senyuman.

"Wah, serius oom? Ada acara apa nih sampai banyak banget masaknya." Tanya Rama basa-basi. Ayah Irene langsung merangkul Rama dengan akrab, membuat Irene merasa sangat muak.

Bisa-bisanya laki-laki itu bersikap sangat manis di depan ayahnya tapi bersikap jahat di hadapan nya.

"Irene kan sebentar lagi ulang tahun, jadi harus dikasih yang spesial." Ujar ayahnya dan Rama langsung menatap gadis yang sedang menatapnya dengan tatapan tak suka.

"Iya oom Rama mau kok makan bareng di sini." Ujar Rama dengan senyuman yang Irene yakin senyuman itu hanya senyuman palsu.

"Oke, ayo. Rene, yuk makan." Ujar Ayahnya mengajak anak putri nya untuk makan bersama-sama namun Irene hanya terdiam.

Gebetan (Crush) [COMPLETED]Where stories live. Discover now