Chapter 12 : Will You Be There

867 173 10
                                    

"Gimana kalau kita percepat pertunangan?"

Irene langsung menghentikan gerakannya memotong daging dan melihat ayahnya yang sekarang sudah tersenyum lebar.

Dia melihat Rama yang duduk di hadapannya, laki-laki itu tampak cuek dan asik memakan steak nya.

"Bagus itu, kalau kita percepat, bagaimana Irene, Rama?"

Mendengar itu Irene hanya terdiam, di dalam hatinya dia sangat menolak, di dalam hatinya dia ingin berteriak dan berharap Rama tidak menyetujuinya. Irene melihat Rama yang masih asik memakan steaknya.

"Bagaimana?"

"Irene nggak mau." Ujar Irene cepat membuat Rama berhenti memasukkan daging ke dalam mulutnya dan melihat Irene datar.

"Irene." Panggilnya membuat gadis itu langsung menoleh kearah Rama yang sekarang sedang menatapnya dengan tatapan tajam, namun dengan perlahan senyuman muncul di bibir Rama.

Irena sudah tau kalau akting Rama sudah dimulai sejak senyuman itu mengembang, laki-laki itu menggengam tangan Irene dan mengelusnya pelan, "Kenapa nggak kita iyain aja? Bukanya lebih cepat lebih baik?"

Irene langsung menautkan alisnya bingung, dia menatap Rama tidak percaya. Kenapa laki-laki itu malah menyetujui? Ini jelas bukan Rama yang dia kenal, padahal dia sendiri yang mau membatalkan pertunangan tapi kenapa sekarang tiba-tiba berubah cerita.

"Nahh, bener apa kata Rama."

Rama tersenyum dan melepaskan genggaman tangannya pada Irene. Laki-laki itu menunduk dan kemudian tersenyum tipis melihat wajah Irene yang sepertinya menahan marah.

"Gimana kalau minggu depan?"

Irene langsung melotot ke ayahnya ketika ayahnya itu mengusulkan pertunangan mereka akan diselenggarakan minggu depan. Rama terdiam, matanya masih fokus dengan daging steaknya sedangkan Irene sudah panik setengah mati.

Tentunya dia tidak mau bersama Rama.

"Oke."

Irene langsung menoleh ke arah Rama yang menyetujui apa kata ayahnya, dia terkejut sekaligus tidak menyangka Rama akan menyetujui ini. Irene mendengus dan kemudian menghempaskan tubuhnya ke sandaran bangku, ada yang salah dengan Rama, pasti.

***

"Gila ya? Bukanya lo yang mau semua ini hancur? Tapi kenapa malah lo sekarang yang nyetujuin ini, hah?"

Rama hanya menghela nafas saat Irene marah-marah kepada dirinya. Sekarang mereka telah berada di luar restoran, Irene menariknya ke luar hanya ingin protes dengan ucapannya tadi di dalam.

"Lo pikir gue nggak berat hati?"

Irene langsung terdiam dan menatap mata Rama yang sangat tenang, tampaknya laki-laki itu snagat santai menghadapi ini, tidak dengan emosi dan sama sekali bukan Rama yang biasanya.

"Mau kita nolak seberapa susah pun, kita akan tetep dijodohin asal lo tau, mau percepat atau enggak kita pasti bakal dijodohin."

"Tapi lo udah bikin kesalahan fatal! Lo yang semakin mendekati perjodohan itu, lo mau setiap hari ketemu sama gue, lo mau setiap lo bangun tidur ada gue, lo mau setiap lo makan atau ngelakuin sesuatu ada gue?"

"Lo aja muak sama gue Ma, kenapa harus dipersulit lagi sekarang?" Ujar Irene dengan nada lirih sambil menatap mata Rama yang membalas tatapan matanya dengan tenang.

"Gue nggak masalah,"

Irene langsung terdiam setelah mendengar kata Rama tadi, dia sama sekali tidak mengerti apa yang Rama pikirkan sekarang. "Gue nggak masalah kalau setiap hari harus ketemu sama lo." Lanjutnya dan Irene langsung menghela nafas, benar ada yang salah di dalam diri Rama.

Gebetan (Crush) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang