Chapter 28 : Takdir

406 93 0
                                    

Irene berdiam diri di balkon kamarnya sambil terus melamun menatap kosong ke depan namun isi pikirannya kini tidak kosong, Irene terus memperhatikan apa yang tadi ayahnya katakan kalau mereka akan pindah ke London.

Entah apa yang akan Irene katakan tentang hal ini kepada teman-temannya terlebih lagi kepada Chandra. Irene takut kalau kabar ini akan membuat Chandra kecewa karena mau tidak mau Irene harus pergi meninggalkan laki-laki itu. Ditambah lagi waktu yang tersisa hanyalah lima hari lagi, waktu yang Irene miliki tidak banyak dan bagaimana dia akan mengatakannya kepada Chandra?

Irene terkejut saat mendengar sebuah pintu dibanting dan itu berasal dari seberang rumahnya yang tak lain adalah rumah Rama. Terlihat Rama berdiri di depan pintu balkon kamar, mata tajamnya melihat Irene yang kini malah kebingungan.

"Ke bawah! Gue mau ngomong." Teriak Rama lalu langsung pergi dari balkon dan keluar dari kamarnya.

Irene membuang nafas, Rama pasti sudah mendengar berita ini dan Irene sangat yakin kalau sekarang Rama sedang menagih penjelasan kepadanya.

Mau tidak mau Irene melangkah dengan gontai kembali masuk ke kamar dan menutup pintu balkon baru dia pergi keluar kamar dan berjalan menuruni tangga.

Irene menemui Rama yang sudah berdiri di depan pintu memunggungi pintu rumah Irene sambil bersedekap dada dan kakinya terus bergerak gelisah.

"Ram." Panggil Irene.

Rama langsung berbalik dan menurunkan kedua tangannya. "Lo mau pindah ke London?!" Tanya Rama dengan nada agak sedikit kencang.

"Ram, jangan di sini,"

"Kita ke depan aja ya?"

Rama mengangguk dan langsung melangkah lebih dulu meninggalkan sekitar rumah Irene. Irene melihat punggung Rama yang sudah agak jauh dari nya baru lah dia ikut melangkah mengikuti langkah Raka dari belakang.

Kini mereka sudah agak jauh dari rumah Irene dan terus melangkah entah kemana tujuan mereka.

"Jadi, beneran apa kata papah gue kalau lo emang kau ke London?" Rama menoleh ke arah Irene yang malah menatap ke depan dan tidak mau melihat Rama.

Rama melihat Irene mengangguk yang berarti apa yang tadi papahnya katakan itu sungguhan, kalau Irene akan segera pergi ke London.

"Terus gimana sama temen-temen lo? Gimana sama lingkungan baru lo, Chandra, dan... Gue?"

Irene hanya terdiam tidak mau menjawab pertanyaan Rama karena dia juga bingung harus menjawab apa, apa yang harus dia lakukan untuk orang-orang yang tadi Rama sebutkan.

"Do'ain gue yang terbaik aja ya Ram."

"Nggak bisa gitu Ren!"

"Tapi ya nyatanya emang kayak gini Ram! Gue harus pergi!" Irene agak membentak membuat Rama langsung bungkam.

Gadis itu terdiam sebentar dan kepalanya tertunduk. Rama hanya bisa menghela nafas dan mendongakkan kepalanya melihat langit sampai akhirnya dia mendengar suara isakan tangis yang berasal dari Irene.

"Gimana gue bilang Chandra nya, gimana gue bakal jelasin ini semua ke Chandra." Isakan tangis Irene semakin membesar, Rama langsung berdiri di hadapan gadis itu dan mengusap pundak Irene pelan.

"Udah jangan nangis Ren, kita pikirin nanti gimana kita bilangnya sama Chandra." Rama menenangkan, entah apa yang dia katakan itu bisa membuat Irene tenang atau tidak.

Irene mengusap air matanya dan mengangkat kepalanya melihat Rama, "Bantu gue Rama, gue mohon."

"Iya gue bakal bantu lo."

Gebetan (Crush) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang