Chapter 23 : Mengalah

463 101 4
                                    

Irene menatap langit yang sudah berwarna merah pertanda akan turun hujan malam ini. Di balkon kamarnya yang sunyi serta sambil menatap langit adalah hal yang paling disukai oleh Irene. Sambil mendengarkan lagu di earphone nya Irene bersenandung kecil kepalanya bergerak sesuai dengan ritme lagu yang sangat gembira.

Tanpa Irene sadari, seorang laki-laki yang berada di seberang rumahnya memperhatikan dari dalam laki -laki yang tak lain adalah Rama memperhatikan Irene di depan pintu balkon kamarnya, tadinya Rama ingin nongkrong santai sambil menikmati kopi di balkon kamarnya, namun dia malah terhenti tepat di depan pintu balkon kamarnya yang tertutup.

Saat melihat Irene di sana, di balkon kamarnya yang ada di seberang membuat Rama mengurungkan niat untuk nongkrong di balkon kamarnya, bisa-bisa Irene kabur saat Rama memunculkan batang hidungnya.

Irene agak menundukkan pandangannya dan tersenyum serta mulutnya begerak ikut menyanyi dan itu membuat Rama tersenyum melihat gadis itu yang tampak sangat ceria hari ini.

Jika biasanya Rama akan sebal jika Irene selalu muncul di matanya namun kini rasanya dia sangat senang saat melihat gadis itu di manapun dan kapanpun.

Irene mengangkat kepalanya melihat ke seberang rumahnya dan melihat ada sosok laki-laki yang berdiri di balik pintu kaca transparan sambil memegang secangkir kopi laki-laki itu menatap Irene dan dengan berani Irene menatap mata laki-laki itu juga dan tatapan mereka berdua bertemu.

Irene sudah memasang wajah tak suka dan kemudian melepas satu earphonenya dan berbalik hendak meninggalkan balkon kamarnya dan masuk ke dalam, tapi buru-buru Rama menggeser pintu balkonnya, "Irene!" Rama memanggil.

Gadis itu menghentikan langkahnya dan kemudian berbalik melihat Rama yang tersenyum, "Gausah pergi." kata Rama menampilkan senyumnya.

Irene terdiam, agak sedikit aneh melihat Rama tersenyum seperti itu karena jujur saja ini pertama kalinya Irene melihat Rama tersenyum seperti itu, biasanya laki-laki itu akan menunjukkan wajah sangarnya kepada Irene.

Irene mengangguk dan kemudian kembali memakai satu earphonenya yang sempat terlepas dan tatapannya kembali fokus kepada ponselnya merasa sangat canggung karena ada Rama di seberangnya.

"Irene gue mau-"

"Makasih Ram." Irene memotong pembicaraan Rama, bukan memotong tapi mereka bicara secara bersamaan dan keduanya langsung membungkam setelah itu.

"Makasih? Buat apa?" tanya Rama memecahkan keheningan. "Udah nolongin gue kemarin, makasih banyak udah gotong gue ke UKS." Ujar Irene penuh dengan ketulusan berterimakasih kepada Rama yang sudah mau membantunya waktu itu.

Rama terdiam agak tersenyum namun tentu saja dia langsung kembali memasang wajah biasa saja karena tidak mau Irene melihat dirinya yang senang. "Sama-sama." kata Rama tenang dan melihat Irene yang kini sudah mengalihkan pandangannya dari ponsel dan kini sedang menatap Rama.

"Lo tadi mau ngomong apa?" tanya Irene.

"Ohh itu," Rama menunduk, merasa malu karena ucapannya tadi terpotong. Sebenarnya Rama ingin meminta maaf kepada Irene dan berniat mengajak gadis itu untuk memulai kisah baru bersamanya. Rama tau, mungkin dia tidak tahu malu karena meminta Irene kembali padanya mengingat semua tindakan Rama yang mungkin menyakiti hari gadis itu, tapi Rama tidak bisa membohongi dirinya sendiri, laki-laki itu menyukai Irene dan dia harus mengungkapkannya.

"Gue sebenarnya ma-"

"Hujan!" Irene berseru saat merasakan tetesan air hujan jatuh mengenai tubuhnya, Rama juga langsung menatap langit dan benar saja hujan tiba-tiba turun.

"Gue masuk dulu ya Ram, lanjut besok!" kata Irene menutupi kepalanya yang terkena air hujan yang turun lumayan deras, gadis itu berbalik dan kemudian berlari kecil meninggalkan balkon dan masuk ke dalam kamarnya.

Gebetan (Crush) [COMPLETED]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें