Chapter 24 : Haruskah Mengalah?

422 112 4
                                    

Chandra terdiam mendengar kalau Irene kecewa pada dirinya, dan memang Chandra akui kalau dia yang salah di sini, dia yang sudah lebih dulu meninju wajah Rama dan terjadilah pertengkarang kecil ini.

Chandra masih terdiam di ruang BK masih terdiam dan bingung apa yang harus dilakukannya sekarang agar Irene dapat memaafkannya, "Chan." Chandra mendengar namanya dipanggil, laki-laki itu menoleh dan melihat Raka, Vino, dan Bima yang berjalan menghampiri mereka, sedari tadi ketiga manusia itu sudah ada di sana menunggu Chandra yang keluar dari ruang BK.

"Dah yuk, jangan dipikirin dulu." kata Vino mengusap punggung Chandra dan karena diam saja akhirnya Vino membawa Chandra ke dalam pelukan, Bima dan Raka juga menatap Chandra dengan iba dan mereka berdua ikut bergabung memeluk Chandra.

"Udah Chan, sabar aja gue yakin pasti Irene bakal maafin lo." kata Bima dan disetujui anggukan kepala dari Raka dan Vino. Chandra hanya terdiam lalu dia sedikit tersenyum saat tiba-tiba Vino tanpa tau tempat malah buang angin di sana.

Raka dan Bima menahan tawa tidak mau tertawa karena suasana sekarang sedang sedih, takut kalau Chandra bakal tambah tidak mood. "Bau Vin." kata Chandra membuat Bima dan Raka semakin merapatkan bibir mereka karena menahan tawa.

"Maap Chan, kebelet berak." jawab Vino tak tau malu dan segera disambut gela tawa dari Raka dan Bima yang sudah tidak dapat menahan tawa mereka lagi.

Chandra tertawa pelan melihat Vino yang memisahkan diri dari mereka bertiga dan kemudian ngacir pergi ke kamar mandi, Chandra mungkin sangat bersyukur bisa mendapatkan teman yang bisa membuat dirinya tersenyumdan tertawa lagi seperti ini, dan hal yang harus dia lakukan sekarang adalah meminta maaf kepada Irene dan mengakui kesalahannya.

Chandra pergi ke dalam kelas dan melihat Irene yang sedang membaca buku, mata gadis itu terlalu fokus kepada buku yang sedang dia baca padahal Chandra mulai melangkah mendekat dan pada akhirnya duduk di samping gadis itu.

"Ren?"

Gadis itu menutup bukunya dan kemudian menoleh melihat Chandra yang ada di sampingnya, dia melihat wajah Chandra yang luka terutama pipi kirinya yang berwarna biru pasti itu luka dari tonjokan Rama.

"Apa?"

Tak biasanya Irene begini, gadis itu menanyakannya dengan nada bicara yang dingin dan itu membuat Chandra merasa sangat bersalah kepada Irene.

"Gue mau minta maaf, gue tau gue salah gue mau minta maaf sama lo Ren, lo mau maafin gue kan?" tanya Chandra wajahnya sangat berharap mendapatkan maaf dari Irene karena sudah membuat gadis itu kecewa.

Irene melihat Chandra yang menatapnya dengan tatapan sendu gadis itu menghela nafas berat dan saat ingin mengatakan sesuatu bel masuk sudah berbunyi lebih dulu dan itu membuat Irene mengurungkan niatnya untuk berbicara lebih lanjut kepada Chandra.

"Udah masuk, lebih baik lo duduk di tempat lo." Irene merapihkan buku-bukunya dan memasukkanya ke dalam kolong meja, gadis itu sudah tidak menatap Chandra lagi dan kemudian fokus ke depan.

Chandra yang merada dirinya diusir dan sudah tidak ditanggapi lagi akhirnya laki-laki itu menyerah dan kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tempat duduknya sendiri namun pandangannya tidak bisa lepas dari Irene.

***

Bel istirahat pun berbunyi dan hanya Rama yang ada di dalam kelas hari ini adalah hari yang paling kacau buatnya karena hari ini wajahnya harus bonyok karena tonjokan Chandra dan juga karena itulah bibirnya jadi sakit jika mengaga lebar-lebar.

Rama memilih di dalam kelas dan melihat kelas yang sepi dan kosong karena semua penghuninya sedang pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka. Saat menikmati kesendiriannya tiba-tiba saja seorang perempuan masuk ke dalam kelas dan melihat Rama seraya menghela nafasnya.

Gebetan (Crush) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang