Chapter 22 : Persaingan Sengit

525 112 2
                                    

Hari ini adalah jadwalnya pelajaran olahraga untuk kelas Chandra, namun yang dibuat beda adalah hari ini olahraga mereka dicampur dengan adik kelas karena guru olahraga mereka sedang tidak masuk. Raka sangat senang karena itu, karena adik kelas yang akan bergabung dengan mereka adalah kelas Alana dan yang pasti Raka bisa bertemu gadis kesayangannya itu, sedangkan Bima dan Vino hanya bisa menghela nafas berat melihat Raka dan Chandra pasti akan jadi bucin di sana dan mereka hanya menonton mereka berdua yang mungkin asik pacaran.

"Udah, udah ayo rentangin tangan kalian kita pemanasan! Jaga jarak dan jangan terlalu dekat!" Pak Danu berteriak di depan sambil menepuk tangannya memberikan instruksi kepada anak-anak supaya tidak membuat barisan yang terlalu mepet dan tetap menjaga jarak.

"Siapa yang mau jadi pemimpin buat pemanasan? Gimana kalau kamu Bima?"

"Ehh saya pak? Jangan pak, Chandra aja."

"Kok lo jadi bawa-bawa gue."

"Kalian nggak usah ribut! Ayo berdua!"

Chandra berdecak malas akhirnya dia bersama Bima melangkah ke depan untuk menjadi instruksi pemanasan, sebenarnya Chandra malas tapi karena kasihan melihat Bima yang harus memimpin sendiri akhirnya dia menemani Bima, dengan terpaksa.

"Ayo temen-temen rentangin tangan, jangan ada yang diem-diem pegangan, Raka tolong ya pacarannya nanti." Ujar Chandra melirik Raka yang tertangkap basah dengannya sedang asik pacaran dan bisik-bisik dengan kekasihnya yang berdiri tepat di samping Raka.

Chandra melirik Irene yang bersebelahan dengan Rama, tiba-tiba perasaanya jadi tidak enak.

"Bisa dimulai, Bima sama Chandra."

"Iya pak." Bima berkata dan mulai menaruh kedua tangannya di pinggang, kepalanya ditolehkan ke kiri, "Satu, dua, tiga -" Mereka mulai berhitung dan begitu selesai gantian kini kepala mereka ditolehkan ke kanan dan kembali berhitung.

Rama yang tidak fokus sejak dari awal karena hari ini dia sedang tidak dalam mood yang baik malah menolehkan kepalanya bertentangan dengan instruksi Chandra dan Bima, saat teman-temannya menolehkan kepalanya ke kiri Rama malah ke kanan dan sekarang saat semua temannya ke kanan dia malah ke kiri.

Alhasil, dia dan Irene saling melihat wajah satu sama lain karena Rama tidak mengikuti instruksi dengan benar. Irene agak kaget saat dia menolehkan kepalanya ke kanan malah melihat wajah Rama yang menoleh kepadanya.

"Satu, dua, tiga-" Semua berhitung namun Rama hanya diam sambil menatap wajah Irene yang terlihat sangat cantik saat wajahnya terkena sedikit sinar matahari pagi.

Chandra yang menyadari kalau ada yang aneh langsung menjadi tidak fokus memimpin dan melirik-lirik Rama yang mencuri kesempatan seperti ini. "Enam, tujuh, delapan." Mereka semua kembali melihat ke depan dan Irene buru-buru memalingkan wajahnya dari Rama dan melihat ke depan.

Chandra yang ada di depan sudah panas, panas karena sinar matahari dan ditambah panas karena ulah Rama, Chandra seperti terbakar sekarang bahkan raut wajahnya berubah menjadi masam saat melihat Rama yang tertangkap matanya sedang senyum-senyum sendiri, mungkin karena tadi dia dapat melihat wajah Irene makanya laki-laki itu merasa sangat senang.

Chandra hanya bisa bersabar dan kemudian melanjutkan beberapa instruksi lainnya, sampai akhirnya tiba di instruksi terakhir. "Ayo angkat kaki kanannya." kata Bima sambil mengangkat satu kaki kanannya dan menahannya di belakang.

Chandra mengikuti dan langsung menyeimbangkan tubuhnya begitu kaki satunya terangkat, "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan." Mereka menurunkan kaki kanan mereka.

"Gantian." suruh Bima lagi kali ini dia mengangkat kaki kirinya.

Saat mengangkat kaki kirinya dan menahan dengan tangan Irene sempat tidak bisa menyeimbangkan dirinya, namun dengan cepat dia dapat menyeimbangkan tubuhnya, "Satu, dua, tiga," Irene dapat menyeimbangkan tubuhnya dengan baik, sampai-sampai,

Gebetan (Crush) [COMPLETED]Where stories live. Discover now