Chapter 14 : Kekacauan

715 158 13
                                    

"Tidak ada pernikahan! Tidak ada semuanya!!"

Rehan menggebrak meja dengan kencang, dia menatap Johan serta Rama dengan tatapan marah, dia tidak sangka kalau selama ini Rama bersikap seperti itu kepada putrinya.

"Apa tidak bisa dibicarakan baik-baik Re? Pertunangan sedikit lagi."

"BATALKAN SEMUA!"

Teriaknya membuat semua orang yang ada di sana terkejut, Johan yang tidak tau apa-apa merasa bingung, mengapa Rehan tiba-tiba ingin membatalkan semuanya, padahal persiapan pertunangan sudah hampir selesai.

"Ayah." Irene menarik pelan ujung baju Rehan dan menatap pria itu takut, Rehan menghela nafas. "Kamu, naik." katanya dan Irene hanya terdiam dan kemudian menuruti apa kata ayahnya, dia beranjak dari kursinya dan naik ke atas kamarnya.

Yang tersisa di ruang tamu hanyalah dirinya, Johan dan juga Rama.

"Bagaimana saya menikahkan anak saya, memepercayakan anak saya kepada dia! Dia menindas anak saya di sekolah, kamu tidak tau itu kan? Kamu tidak tau kelakuan anak mu kan? Aku pun tidak tau, dan syukurlah aku bisa mengetahuinya sekarang!" Kata Rehan sambil menunjuk Rama dengan tatapan marah.

Johan terkejut dan melihat anak laki-lakinya tidak percaya, dia kembali melihat Rehan, "To-tolong tenang."

"Seharusnya saya tidak mempercayai kalian lagi setelah kalian mengkhianati saya!"

"Reh-"

"Tidak ada pernikahan, tidak ada persatuan keluarga, hiduplah kamu dengan kesengsaraan Johan,"

Rama menunduk mendengar Rehan yang terus menyumpahi ayahnya, seketika saja perasaan nya menjadi sangat marah, karena Rehan terus membahas pengkhianatan yang memang tidak di duga-duga oleh kedua keluarga ini.

"Saya sangat kecewa, kalian memperlakukan saya seperti ini kalian memang tidak puny ak-"

"Oom." Rama memanggil, rahangnya sudah mengeras dan kemudian mendongak melihat Rehan dengan tatapan tajam.

"Oom pikir, keluarga kita nggak kesusahan setelah kejadian itu? K-karena kejadian itu saya harus kehilangan ibu saya, dan bahkan saya sampai sekarang belum bertemu dengan dia!! Dan oom mau menambah beban dengan menyumpahi keluarga kami!"

Tiba-tiba nada suara Rama menjadi lantang dan juga gemetar, matanya berkaca-kaca dan melihat Rehan tanpa takut.

"RAMA!" Ayahnya membentak.

"Saya- saya juga merasa tersiksa, kalau dipikir-pikir ini bukan salah saya ataupun oom, tapi salah ayah dengan istri oom."

"RAMA!"

Plak!!

Johan menampar pipi Rama dengan kencang, sangat kencang bahkan. Laki-laki itu memegangi pipinya dan terdiam, pipinya memanas dan terasa sangat sakit, bahkan hampir mati rasa. "BISA KAMU KALAU NGOMONG DIJAGA HAH!"

Rama semakin mehan tangisnya, dan dengan berani dia menatap ayahnya, "Sikap ayah yang seharusnya dijaga, aku penindas karena aku lahir sebagai anak dia." Kata Rama menatap tajam ayahnya dan melangkah keluar dari rumah Rehan.

Johan menghela nafas dan memijat kepalanya yang sangat pusing, Rehan memejamkan matanya pelan, sambil berpikir bahwa apa yang dikatakan oleh Rama ada benarnya juga.

Sedangkan Irene terdiam mendengar semua pembicaraan mereka di depan kamarnya, apalagi saat Rama menyingungg masa lalu keluarga mereka yang membuat luka lama Irene kembali terbuka, kalau dipikir-pikir memang Rama yang paling terluka di sini karena pengkhianatan keluarga mereka berdua.

***

Chandra menatap layar ponselnya dengan cemas. Irene belum membalas pesannya hingga saat ini, padahal dia mengirimi pesan itu saat jam pulang sekolah, tapi sampai malam ini gadis itu belum membacanya.

Gebetan (Crush) [COMPLETED]Where stories live. Discover now