9: Bakar novel

1.7K 131 13
                                    

Oke, biarkan Shinta mengingat kejadian memalukan waktu itu.

°°°°°°°°°°°°°

Shinta memasuki kamar dengan mata yang membengkak, dia terus-menerus menangis sedari tadi. Rasanya, sakit sekali melihat orang yang kita cinta tertawa bahagia bersama makhluk lain. Dan makhluk itu adalah hewan bernama bajing yang kecil nan imut.

Brakkkk!!!

Shinta menggeser novel-novelnya dari rak, mengeram kesal.

"Cerita wattpad sialan!!!" Dia menatap novel-novel yang berjatuhan itu, mengontrol napas.

Dia menoleh ke samping kanan, lalu samping kiri, mencari kardus.

Tidak ada.

Shinta berlari keluar kamar, menuju dapur.

Yeah, ada beberapa kardus di dapur. Shinta segera mengambil banyak. Lalu kembali lagi ke dalam kamar.

Dia mengambil novel-novel dari wattpad yang kebanyakan adalah teenfiction, novel-novel remaja yang seusia dengan dirinya.

"Cerita sampah! Murahan!!!" Shinta mulai memilah, memasukkan novel yang bergenre teenfiction ke dalam kardus.

Shinta berhenti sejenak, mengelap air matanya. Memandang satu judul. "Cerita yang bener-bener sampah! Mana ada anak SMA yang selalu bolos dan naik kelas dengan peringkat atas? MANA ADAAA!!"

Bukkk.

Shinta melemparkan novel itu ke dalam kardus.

Dia mengamati satu judul lainnya. "Mana ada sikopat yang selalu membunuh tapi nggak pernah ketahuan, dapat hidup bahagia dengan pasangannya tanpa mendapatkan timbal balik atas perbuatannya yang sangat merugikan banyak pihak. Terlalu tidak masuk akal. NGGAK MASUK AKAALLLL!!!" Shinta melempar novel itu ke dalam kardus juga.

Shinta mengontrol napas. Dia melihat satu judul lagi lalu mengambilnya. "Mana ada orang yang menghamili cewek jadi seorang polisi?? Meninggalkan cewek itu sewaktu keadaan susah, lalu kembali lagi dengan tidak tau dirinya. Keadilan macam apa yang dia tegakkan?" Shinta masih berusaha mengontrol napas.

Sreeetttt!

Dia mencoba merusak novel itu. "Perbuatan sampah! HANYA KARENA PEMERAN UTAMA DIA MENDAPATKAN DUKUNGAN!!!" Shinta menjerit, lalu menangis. "Ha-hanya karena pemeran utama perlakuannya dibela, mencari-cari alasan. Hanya karena pemeran utama. Pemeran utama."

Napas Shinta tercekat.

Dia masih memegang novel itu lalu segera melemparnya ke dalam kardus.

Shinta menunduk, menangis dalam diam.

30 menit, air matanya sudah mengering.

Dia mendongak melihat novel-novel di depannya, menyeringai. "Cerita tak bermutu. Pasaran. Sampah. Cacat logika."

Shinta tertawa. "BISA-BISANYA GUE BELI NOVEL KAYAK GINI!!! MENIKMATINYA!!!!" Napas Shinta memburu. "Membangun ekspektasi tinggi yang pada kenyataannya itu hanyalah imajinasi semata yang begitu sampah karena kenyataannya tidak benar-benar terjadi pada kehidupan nyata."

"....imajinasi sampah para manusia yang merasa hidupnya di dunia nyata ini sangat membosankan. Tidak adil."

Shinta tertawa. Dia sudah sejak lama menjadi bagian dari manusia dengan imajinasi yang tinggi itu.

Dan dia, kini sangat membencinya.

Di halaman belakang rumah.

Shinta sudah selesai dengan memilah-milah novelnya. Kebanyakan dari wattpad, cerita teenfiction. Tentu saja. Platform itu penghasil terbesar cerita teenfiction bukan?

Shinta mengamati tujuh kardus besarnya yang terisi penuh. Dia tertawa. Mengingat dia hanya menyisakan 10 novel karena bergenre horor, dan juga fantasi—novel terjemahan.

Shinta menyiram kardus-kardus itu menggunakan minyak tanah yang dia temukan di dapur tadi.

Bau minyak tanah begitu khas. Shinta tidak tahan dengan baunya. Dengan segera, dia mengambil korek di sakunya, segera menyumatnya.

"Selamat tinggal ekspektasi."

Setelah mengatakan kalimat itu, api mulai berkobar. Membakar ratusan novel miliknya.

"Ooh." Shinta mengoreksi. "Imajinasi tinggi yang sama sekali tak masuk akal." Dia menyeringai.

Sedetik kemudian, tergelak.

°°°°°°°°°°°°
Di tipu. Shinta benar-benar merasa ditipu oleh cerita-cerita seperti itu. Cerita manis yang berakhir manis. Cerita sad lalu berakhir manis.

Dia menyukai semua kisah yang berakhir manis.

Tapi, ketika rasanya dia tidak akan pernah mendapatkan kata manis itu.

Sebenarnya, apa itu kisah yang berakhir manis? Akhir sebuah cerita itu, relatif kan? Kita bisa mengakhirinya di momen-momen bahagia, tepat setelah menikah misalnya. Tapi, setelah cerita itu sendiri berakhir, kamu tidak akan tau kan jika sang pemeran lantas mengalami kecelakaan dan berakhir meninggal?

Karena, cerita itu sudah berakhir.

Ah. Maaf, kalian boleh mengabaikan tentang cerita yang sudah berakhir tadi. Shinta hanya, sedang merasa pusing. Makanya dia terpikirkan oleh kata-kata tak berguna tadi.

Maaf.

Sekali lagi, Shinta benar-benar minta maaf.

*************
Senin, 12 Desember 2022

MUTUALOù les histoires vivent. Découvrez maintenant