31. Semangat masih zero

490 58 14
                                    

Hallo semuanya, terimakasih sudah membaca!!

Apakah jika ku sapa akan ada yang menjawabnya?

Yah, apapun itu...

Selamat membaca!!!!!!

*********
Yang dilakukan Shinta hanya bergelung di bawah selimut. Hari ini dia sudah sehat kembali, tapi enggan untuk berangkat sekolah.

Semangatnya, zero.

Sebenarnya semangat miliknya sudah hancur sejak mengetahui papa Ghani di balik semua ini.

Lagi, bagaimana caranya dia melawan orang yang berkuasa penuh heh?

Ini di luar kemampuan Shinta.

Shinta memejamkan matanya. Ingin tidur saja. Berharap, ketika terbangun nanti dia akan melupakan masalahnya. Tapi, harga yang harus dibayar ketika melakukan hal itu adalah; dia yang akan menjadi seorang pelupa.

Itu menyebalkan.

Khaaaaah.

Shinta menghela napasnya panjang. Kesal.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Posisinya sangat tidak di untungkan. Selain alur novel yang dia tau, Shinta tidak memiliki apa-apa di dunia ini.

Ah... Alur novel itu... Bahkan Shinta tidak bisa menggunakannya sebagai informasi lagi. Entah plot ini sudah melebar sampai mana, menjauhi cerita aslinya.

Menyebalkaaaan.

Rama hari ini tidak di rumah. Dia sudah berangkat sekolah setelah memastikan keadaanya baik-baik saja.

"Tumben." Hanya itu komentar Shinta. Kini Shinta terdiam. Dia baru sadar, kemarin Rama yang menjaganya. Mengompres, menyuapi, membawakan obat. Shinta mengedipkan matanya beberapa kali.

Nggak salah nih?

Seorang Rama loh?

Dewa Rama yang selalu menampilkan wajah sebal jika tengah bersamanya?

Ah~

Atau ini karena perasaan senasib, jadi Rama merawatnya? Masuk akal. Senyum Shinta mengembang di wajahnya.

"Lo goblok juga ya ternyata."

Suara Dewi tiba-tiba muncul.

"Hah?!" Jelas Shinta bingung dengan perkataan barusan. "Terus, apalagi? Kalau bukan perasaan senasib hei? Rama yang benci banget sama gue nggak bisa tiba-tiba jatuh cinta gitu aja sama gue." Shinta diam sejenak. Dia tau Dewi mengomentari apa.

"Tapi, itu nggak menyingkirkan fakta bahwa gue suka dengan perlakuannya."

"Jadi, Lo sekarang lebih sadar diri?"

Hahahaha.

Shinta ingin tertawa mendengar itu. "Nggak gitu. Sejak awal gue tau, dia selalu membenci gue."

"Jadi, kenapa?"

Shinta diam. Matanya menatap depan, kosong.

Kenapa ya...?

Benar...

Shinta sudah tau sejak awal Rama membencinya. Tapi, kenapa ya, dia masih saja mendekati Rama. Mengekangnya melalui pertunangan.

Pertunangan ya....

Shinta menyeringai kecil. Rama semakin membencinya setelah pertunangan itu terlaksana.

Jadi, kenapa ya?

Kenapa dirinya mengejar Rama?

Rasanya menyenangkan... Juga menyebalkan, ketika dirinya berada di dekat Rama.

MUTUALWhere stories live. Discover now