25. Orang yang mengerti

380 54 9
                                    

Shinta diam. Melamun cukup lama. Pikirannya berterbangan. Memikirkan banyak hal yang membuatnya pening.

Sialan.

"Wah, wajahnya terlihat tidak bersahabat." Seseorang datang, lantas duduk di dekat Shinta. Tanpa menoleh pun, Shinta sudah tau siapa orang itu. Yeah, tentu saja. Tera si penguntit sialan itu. Dari semua tempat, kenapa Tera bisa tau dirinya berada di sini? Di dalam perpustakaan sekolah. Sedikit informasi, seharian ini Shinta tidak masuk kelas sama sekali. Sejak awal dia berada di perpustakaan, bersembunyi. Malas mengikuti kelas.

Shinta melirik Tera sedikit tajam. Diam, tidak berniat untuk membalas perkataannya itu.

"Kamu itu kenapa sih? Padahal ada seseorang yang datang sebagai teman, tapi kamu malah menolaknya."

Dahi Shinta sedikit berkerut. Kini dia menatap Tera sedikit tertarik. "Kamu tau sesuatu?" Memancing Tera agar sedikit memiliki rasa penasaran.

"Haaa? Apa?"

Bibir Shinta menyeringai. "Kemarin, ada seseorang yang aku usir dan dia terlihat cukup kesal. Kupikir, dia tidak akan tertarik lagi kepada diriku."

Wajah Tera kini terlihat masam.

Shinta kini merubah senyumannya menjadi senyuman hangat yang penuh dengan pertemanan. Kedua kelopak matanya bahkan sempurna tertutup. "Kamu tau, siapa orang yang ku maksud?"

Wajah Tera masih terlihat masam, tapi kini berusaha untuk membuat senyum yang sama seperti milik Shinta. Tera menatap mata Shinta secara langsung. "Kalau boleh menjawab, apakah itu adalah orang yang sangat sabar hei? Hihihi," Tera bahkan terkikik pelan. Mencoba bersabar menghadapi perangai menyebalkan dari Shinta.

Shinta menghela napas panjang. Dia memejamkan matanya sejenak. Sepertinya akan sulit untuk mengusir Tera sialan ini.

"Kamu tau sesuatu?" Tera mencoba menarik atensi. Shinta hanya menggerakkan bola matanya sampai ujung sebagai respon.

"Ghani, sudah siuman."

Hah?

Dahi Shinta terlipat.

Setelah diam beberapa detik untuk mengingat, kini Shinta tau siapa itu Ghani.

Anak dari SMA Stella. Ketua geng yang kemarin menyerang sekolah ini.

"Tunggu." Shinta kini memutar tubuhnya, menghadap ke arah Tera. "Siuman? Memangnya dia pingsan lama sekali hei?"

"Loh, kamu nggak tau? Dewa memukul tengkuk Ghani keras, jangan lupakan juga, bahwa mereka sempat berkelahi hebat."

Shinta memegang dagunya menggunakan jari telunjuk dan juga jempol. Mengelus-elus nya, berpikir dalam. Lebih tepatnya, mencoba mengingat. Peran Ghani di dalam novel original.

Apa ya?

Ah... Shinta ingat. Selain menjadi rival Dewa karena dulu Dewa pernah "merendahkannya," Ghani juga memiliki masalah dengan Liana——pacar Dewa. Kalau tidak salah, mendekati ending novel diceritakan bahwa Liana bukanlah anak dari keluarga tidak mampu. Tapi, dia adalah anak haram dari papa Ghani.

Itu menjelaskan mengapa Liana yang berasal dari kasta rendahan mampu bersekolah di sekolah elit seperti SMA Star light ini. Papa Ghani, adalah orang yang memberikan beasiswa pada Liana. Anak kandungnya yang tidak sah.

Memikirkan ini membuat detak jantung Shinta berpacu dengan cepat. Dia sempurna menikmatinya. Bibir nya perlahan naik ke atas, menyeringai. Bola matanya terbuka lebar. Dia memiringkan kepalanya ke samping. "Sempurna."

HA HA HA.

****************
"Ini bukan ya? Bangsal kencana nomor 11," entah angin apa yang menerpa, Shinta memutuskan untuk mengunjungi Ghani.

MUTUALDonde viven las historias. Descúbrelo ahora