27. Hampir tergenggam

468 48 5
                                    

Kalian tau apa yang Shinta dapatkan di tempat ini?

Stella.

Bukan SMA Stella tempat Ghani bersekolah.

Tapi Stella, teman dari Liana.

Kalian tau apa yang tengah Stella lakukan di taman kota? Berkencan dengan seseorang.

Tunggu. Informasi dadakan apa ini. Shinta tidak jadi membeli Cimol. Dia lebih memilih untuk memakai tudung di hoodienya. Menggunakan masker dan kacamata hitam dengan cepat, berjalan ke arah mereka.

Tunggu. Apa mereka benar-benar berkencan? Mata Shinta membola. Tapi orang itu, lebih terlihat seperti om-om. Tunggu. Stella bukan tipe orang yang seperti itu kan? Jadi, mungkin itu adalah kerabatnya. Tapi kerabat tidak bergandengan tangan dan berciuman mesra.

"Heh?" Bibir Shinta tersungging ke atas. Dia berhasil memvidio momen itu. Lagi pula, kenapa harus dilakukan di taman kota? Itu kan tempat terbuka. Seseorang pasti akan mengetahuinya. Tidak berkelas, sama sekali. Padahal kesan pertama Shinta pada Stella adalah gadis yang elegan.

Hah? Apa-apaan ini? Shinta sangat ingin tertawa. Dia ingin tertawa kencang. Senjata tak terduga ini. Dia bisa menggunakannya.

HAHAHHHAHA.

Stella, lock on!

*********
"DEWI!!!!"

BRAAAAAAAAAKKKKK!!!!

Stella membawa kegegeran. Pagi-pagi dia datang ke kelas Dewi, melabrak orang itu.

Shinta yang tengah bermain ponsel tentu saja berjenggit kaget. Beberapa orang juga mengalihkan atensinya ke sini. Apalagi Tera, orang itu sudah mendekat ingin mencari tau apa yang terjadi.

"MAKSUD LO APAAN SIALAN!!!" Stella marah besar. Kata-katanya juga cukup kasar. Tidak seperti Stella di first impresion nya yang terlihat cukup elegan.

Shinta memiringkan kepalanya. "Why?" Dia bertanya dengan raut wajah tanpa salah. Terlihat tenang, lebih tepatnya tidak ingin mengikuti emosi ini. Toh, dia tidak salah, kan?

"LO—— belum selesai Stella dengan kata-katanya, Shinta dengan cepat memajukan badan. Meletakkan mulutnya berdekatan dengan telinga Stella.

"Hei, bukankah cukup bodoh kamu melabrakku? Kamu akan kehilangan semua reputasi mu. Atau, kamu tengah mempersiapkan bahwa seorang Stella adalah gadis yang buruk?"

Shinta berbisik pelan. Wajahnya datar tanpa seringaian. Dia tentu tidak ingin anak-anak kelas menangkap ekspresi wajahnya.

Jari Stella terkepal erat. Dia mengatur napasnya yang memburu. Itu adalah refleks. Terjadi secara tiba-tiba. Bagaimana tidak? Tiba-tiba saja Dewi mengiriminya Vidio kissing itu, berkata bahwa akan menyebarkannya.

Ini adalah Dewi. Orang paling bodoh di sekolahan. Tentu saja Dewi pasti akan menyebarkan itu tanpa pikir panjang. Karena itulah, tanpa pikir panjang pula Stella berlari ke mari, melabrak Dewi.

Tapi, apa ini?

Dewi, terlihat seperti orang yang ingin bernegosiasi. Tunggu. Negosiasi? Dengan dirinya huh?! Yang benar saja sialan! Stella menggigit bibir bagian dalamnya kuat-kuat. Wajahnya masih masam.

Tapi dia harus tahan.

Apa yang sebenarnya Dewi inginkan dari dirinya ini?

"Temui gue di gudang terbengkalai sehabis pulang sekolah."

Dengan begitu, Stella meninggalkan kelas sambil menendang meja dengan kasar. Wajah penuh kemurkaan itu membuat semua orang yang melihatnya penasaran.

Apalagi, tentang Dewi yang berhasil mengusir Stella tanpa keributan besar. Bukankah itu terlalu luar biasa bagi seorang Dewi yang gemar terhadap keributan?

MUTUALWo Geschichten leben. Entdecke jetzt