29. Terus berpikir

402 49 4
                                    

Shinta tau ini sejak lama. Dia dan Dewi bisa saling berbagi rasa.

Tapi...

Tapi...

Kenapa ya? Rasanya hanya Dewi yang mengetahui perasaannya. Dirinya, sama sekali tidak tau.

Kenapa?

Apa itu sejenis bayaran karena tubuh Dewi direnggut oleh dirinya? Tapikan, Shinta tidak menginginkan ini.

Shinta menghela napasnya panjang. Air matanya sudah mengering sejak tadi.

"Mau menggosip lagi sama gue?" Shinta berinisiatif membuka obrolan.

"Boleh." Sedikit tersentuh. Respon Dewi benar-benar seperti malaikat baik hati. Pasalnya, Shinta sendiri tengah butuh teman untuk bercerita.

Ah... Tapi daripada malaikat, dia ini bagaikan Dewi itu sendiri.

Ah... Apalah. Terserah.

"Lo pernah kepikiran? Kenapa dari sekian banyak tempat mereka harus kencan di taman kota? Itu nggak banget." Percakapan random sangat diperlukan oleh Shinta.

"Stella dan papa Ghani?" Dewi malah balik bertanya. "Gue pikir Lo udah punya praduga."

"Tapi tetep aja nggak masuk akal kan? Papa Ghani adalah orang terpandang. Bisa-bisanya dia seenaknya kencan di taman kota yang terbuka kaya gitu! Sama anak di bawah umur lagi. Pedofil!"

"Tapi umur Stella udah 18 tahun."

"Tetap aja masih hitungan di bawah umur kan? Gap nya aja jauh banget." Shinta meletakkan ponselnya. Dia sudah mencari banyak informasi sewaktu pulang dari mall tadi." Papah Ghani sendiri umurnya 65 tahun. Gila apa dia?"

"Dia mungkin puber kedua, ketiga, keempat atau keberapapun."

"Lo keliatan cuek."

"Karena pada akhirnya gue bakalan mati."

Khaaaaaaaah.

Shinta menghela napasnya panjang. "Pembahasan ini lagi ya. Lo nggak bosen apa ngebahas mati terus?"

"Gue rasa gue lebih bosen hidup."

"Jadi, udah berapa kali Lo ngulang kehidupan ini hei?"

Tidak langsung dijawab.

Ah, sepertinya Shinta salah bertanya. Dengan begini Dewi mungkin saja tidak ingin berbicara dengannya lagi.

"Belum pernah."

Hah?

"Maksudnya?" Refleks Shinta bertanya seperti itu.

"Aku belum pernah mengalaminya, samsara seperti yang kamu duga."

Gaya bicaranya berubah.

"Tapi kamu bilang kamu mau moksa!"

"Kupikir itu setelah aku mengakses semua ingatanmu. Lantas, tertampar sampai sadar."

Apa maksudnya hei?

Otak Shinta yang biasanya lancar itu, tidak dapat mencernanya.

Dan Dewi, menghilang. Dia tidak mengatakan kalimat apa-apa lagi setelah itu. Percakapan terakhir, mungkin.

Gila. Kepala Shinta berhenti bekerja secara total. Agaknya mesin yang selalu berputar dengan cepat itu tengah mengalami kerusakan.

***************

Shinta demam.

Suhu badannya sangat tinggi. Rama yang masih di skors bahkan heran mengapa Shinta tak kunjung keluar dari kamar. Biasanya, Shinta membuat suara gaduh ketika keluar kamar. Berlari tergesa-gesa menuju pintu depan. Rama bahkan sedikit khawatir Shinta akan terjatuh dari tangga ataupun tersandung sesuatu.

MUTUALHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin